Bab 12 : Mencintai dengan Cara yang Benar

427 39 22
                                    

Kamu adalah debar dengan aku sebagai frekuensinya.

***

Rasanya seluruh fragmen kejadian yang ada hari ini terlalu suprised untuk Gris.

Semuanya terjadi begitu cepat. Sangat akurat. Tanpa ragu, tanpa rencana, Gris menerima Gabriel masuk di hidupnya. Keterlaluan sekali cara laki-laki itu menarik perhatiannya.

“Argh!” Gris mengerang frustrasi. Banyak perasaan yang tertahan dalam dirinya. Seharusnya Gris membentengi diri lebih kuat dari ini. Agar saat laki-laki itu meminta untuk bisa memilikinya, Gris tidak akan selemah ini.

Namun, Gris tidak bisa mengendalikan perasaannya. Gadis yang menjunjung tinggi logika itu kini luluh lantak karena seorang Gabriel Tirtanara. Si Pengatur. Bukan hanya karena pesona pemuda itu, atau karena kepintaran laki-laki itu ketika mendebatnya. Tetapi lebih dari itu. Gris tak mampu mengabaikan karena bekas luka yang melintang di bibir pemuda itu bukanlah hal kecil.

Gabriel mendapatkannya karena melanggar aturan yang ditetapkan oleh pemimpin rumah tangga mereka. Yang kenyataannya, jika saja Gris ingin mengatur pemuda itu agar menjadi seseorang yang diinginkannya tanpa rokok, Gabriel pun tidak akan mengabulkannya.

Sialan!

Selain itu, Gris menerimanya juga karena Gabriel satu-satunya kandidat terkuat yang datang ketika orang lain pergi.

Walau sebetulnya tidak ada orang lain sebagai kandidat lain. Yang pergi hanya Bara. Dan yang datang hanya Gabriel. Yang membuat Gris ada pada perasaan ini juga karena Gabriel memenangkan persaingan yang seharusnya tak memiliki pemenang.

Pengatur :
Aku sudah sampai. By the way, Gris, aku lapar lagi:)

Grisha Kania :
Kalau lapar, ya, makan. Kenapa malah laporan sama aku?

Pengatur :
Hei, aku ini punya pacar. Seharusnya dapat perhatian lebih dari pacarku. Ya, kan?

Grisha Kania :
Terus saja berharap.

Setelah itu, Gris mematikan ponselnya. Ia memejamkan mata dan meletakkan tangan di atas kepala. Potongan bagian ketika Gabriel memintanya waktu itu kini berputar di kepala Gris. Saat Gabriel mengatakan bahwa ia datang karena Gris, maka ia tak lagi ingin berbohong bahwa sejak Gabriel menjadikannya satu-satunya alasan, Gris tak lagi baik-baik saja.

“Karena kamu yang aku datangi, makanya aku datang,” begitu kata Gabriel saat itu.

Dan Gris langsung menatap Gabriel dengan sorot kosong. Setelah beberapa saat ia terdiam dan Gabriel pun demikian, Gris meneguk salivanya. Ia akan melakukan hal yang benar sekarang.

“Jadi, kamu menjadikan aku alasan, ya?” tanya Gris. Gris tidak ingin menyimpulkan sesuatu hanya dari satu pemahaman.

Dan Gabriel mengangguk cepat. “Satu-satunya alasan, Gris,” jawabnya mantap.

Dan seketika setelahnya, Gris mengizinkan Gabriel untuk memilikinya. Lalu, Gabriel mendekat dan berhenti tak lebih dari satu langkah di depan Gris. Tangan laki-laki itu menarik dagu Gris agar mendongak menatapnya.

“Kamu bilang kencan hanya untuk sepasang kekasih dan orang yang berada dalam masa pendekatan, ‘kan?” Gabriel tersenyum menang. “Kamu benar, Gris. Dan sekarang kita adalah dua orang yang berada pada kedua situasi itu. Ya, ‘kan?”

Gris tahu seharusnya ia menepis tangan Gabriel di wajahnya. Tetapi, hangat tangan Gabriel membuatnya tak kuasa menolak. “To the point saja, El. Nggak usah mengungkit-ngungkit ucapanku lagi. Jadi kamu mau apa?”

Before Us✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang