Kehidupan setiap orang berakhir pada cara yang sama. Hanya detail bagaimana dia hidup dan bagaimana dia mati yang membedakan satu orang dengan yang lainnya.
—Ernest Hemingway
Dulu, Carita sama sekali tidak ingin Gabriel tahu tentang masa lalu suaminya.
Sehingga dia menyembunyikan hal itu bertahun-tahun, sampai Gabriel dewasa, bahkan, awalnya, Carita ingin sampai Gabriel tua dia tidak pernah tahu tentang perbuatan papanya di masa lalu. Tetapi, Carita tidak menduga-duga sampai sejauh ini semuanya berjalan dan saling berhubungan. Ternyata, Gabriel mencintai gadis yang merupakan putri dari seorang perempuan yang pernah menghancurkan kebahagiaan Carita.
Pikir Carita, semuanya tidak bisa didiamkan begitu saja. Dia harus menemukan seseorang yang akan membantunya berpikir, bukan Gian, atau Gatra, apalagi Gabriel. Karena putranya itu justru tidak akan bisa diajak diskusi. Carita perlu bertemu dengan Prawira Muis, agar jika Carita berhasil menemui Prawira Muis, maka dia akan menemukan teman diskusi yang memiliki masa lalu serupa.
Carita sengaja membuat janji bertemu dengan Prawira Muis saat jam makan siang agar saat Carita keluar dari kantor konsultan tempatnya bekerja, Prawira Muis juga keluar dari perusahaan yang dipimpinnya.
Mereka sudah duduk berhadapan di salah satu meja bernomor 09 di restoran bintang lima yang letaknya strategis dengan kantor Carita dan kantor Wira. Saat pertama kali menyambut kedatangan Wira, Carita tidak bisa menarik senyum normal. Ada rasa canggung saat dirinya berhadapan langsung dengan ayah Gris ini.
"Lama tidak berjumpa, Carita," ucap Prawira Muis penuh wibawa, "apa kabarmu?" tanyanya sambil menjabat tangan Carita.
Carita tersenyum sekilas, namun tidak menanggalkan senyum berkarisma andalannya. "Sangat baik, Mas Wira. Kabarmu bagaimana? Gris?"
Prawira Muis menjawab pertanyaan Carita dengan anggukan singkat. Pahatan wajahnya yang tegas dan penuh wibawa menatap Carita penuh tanya, tetapi tidak terlalu kentara. Jawabnya, untuk tanya terakhir Carita, "Gris baik. Oh, ya, bagaimana kabar suami dan anakmu?"
Pria itu sangat pandai menyembunyikan raut wajah aslinya. Saat menatap Carita, dia tidak melupakan kewajiban untuk terus memasang raut wajah tenang. Namun, di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Prawira Muis menahan nyeri ketika dia bertanya kabar perihal Gian Tirtanara, dan ...
Gabriel Tirtanara.
Sejak laki-laki yang membawa Gris kencan malam itu mengenalkan diri sebagai Gabriel, pikiran Prawira Muis selalu terganggu.
"Tentu saja baik, Mas Wira," balas Carita. Wanita itu menyapu dahinya yang berkeringat dengan tisu. Carita harus segera membuka diskusi mereka.
Belum sempat Carita berkata, Prawira Muis lebih dulu bertanya, "Ada apa kamu mengajak saya bertemu hari ini, Carita?"
Carita menarik napas panjang. "Aku mau membahas tentang anak kita, Mas Wira," ujarnya.
Wira memikirkan hal yang sama. Maka, pria itu benar-benar memasang telinga untuk mendengarkan apa yang ingin disampaikan Carita. Prawira Muis duduk tegak dengan tangan yang berada di atas meja. Melihat Carita tampak kesulitan untuk memulai semuanya, pria itu mengatakan ini untuk mencairkan suasana, "Santai saja, Carita. Kamu tidak perlu tegang seperti itu, kita dulu tetangga. Jadi, bersikaplah santai seperti dulu."
Wanita berambut pirang kecokelatan seleher yang ditata sedemikian rupa agar terlihat elegan itu berdeham. Lalu, Carita mengatakan sesuatu yang beberapa menit belakangan berusaha ia tahan, "Mas, Gabriel mencintai anakmu, Grisha Kania."
KAMU SEDANG MEMBACA
Before Us✓
Novela JuvenilJatuh cinta pada Grisha Kania adalah sesuatu yang selalu Gabriel lakukan dalam separuh hidupnya. Dengan mengamati gadis itu diam-diam, setidaknya Gabriel merasa cukup. Tetapi, ketika mereka bertemu di reuni SMA, semua tak lagi sama. Gabriel tidak b...