08. Bidadari

74 11 0
                                    

Reminder © Group 2

LavenderWriters Project II

PART 08 — Bidadari

Created by restianjani993

***

Menyerah bukanlah jawaban, berjuang begitu teka-teki. Hei bidadari, mengapa kamu sulit untuk dimiliki?
—Rendra Athala

***

"Astaga gue ngaret baget ini, semoga gak telat!" ujar Ercha sambil berjalan tergesa-gesa.

Tidddddn

Bunyi klakson motor dari arah belakang membuat Ercha terkejut, dan reflek melihat ke arah pelaku. Ternyata Rendra, manusia paling menyebalkan yang ia kenal akhir-akhir ini.

Kenapa harus makhluk astral ini? Mau dia apa sih, kok ga ada nyerahnya batin Ercha, yang baru saja melihat siapa pelakunya.

"Bareng gue yok, bentar lagi masuk, lo bisa telat! "Ajak Rendra sang pelaku.

Ini gak ada ojek atau taksi? Motor kenapa harus sakit sih? Papa di luar kota. Kalo gue gak bareng makhluk astral ini, gue bisa telat. Barin Ercha dilanda sejuta kebingungan.

Ercha merasa bingung, ia ingin menolak tapi jika ia menolak, maka ia akan terlambat sampai sekolah. Waktu semakin bejalan, akhirnya Ercha memilih untuk berangkat bersama Rendra.

"Heh makhluk asral! Gue mau bareng sama lo karena kepepet doang," ujar Ercha.

"Lo mau telat apa enggak? Ayo cepet naik!" Celetuk Rendra, tanpa banyak bicara Ercha pun menuruti perintah Rendra.

Rendra menahan tawa dibalik helmnya karena ucapan Ercha, ingin ia tertawa sekencang-kencangnya tapi ia takut Ercha akan marah.

Dia udah mulai suka gue belum ya? Macan cantik, lo lucu banget hari ini.

Rendra menambah kecepatan laju motornya, karena gerbang sekolah akan segera ditutup dan mereka pasti akan terlambat.

"HOIII LO MAU BAWA GUE MATI?!" Teriak Ercha sambil memegang pundak Rendra.

Gue mimpi apa semalem ya? Kapan lagi si macan cantik ini mau megang gue? batin Rendra senang

"INI KITA UDAH MAU TELAT, LO PEGANG YANG ERAT BENTAR LAGI KITA SAMPAI." balas Rendra yang sedang mengemudi, karena sudah ketakutan Ercha memilih memejamkan matanya.

Saat sampai disekolah, untung saja gerbang belum ditutup dan mereka masih bisa masuk. Sesampainya diparkiran, Rendra melihat Ercha masih memejamkan matanya.

Lucu juga kalau kayak gini, tapi kasian mukanya pucat batin Rendra.

"Er, udah sampe sekolah nih. Ayo buka matanya" ujar Rendra dan Ercha pun membuka matanya.

"Heh lo mau buat gue mati muda ha?!" kesal Ercha turun dari motor Rendra.

"Hmm sorry, tadi gue takut telat. Apa lo mau telat juga?" ujar Rendra merasa bersalah. Melihat muka Rendra yang merasa bersalah, Ercha mengacuhkannya dan ia memilih pergi ke kelas tanpa bicara satu patah katapun.

***

Saat sampai dikelas Ercha lansung duduk di kursinya.

"Lah itu muka kok kusut banget neng, ngak disetrika dulu? " ujar Shany yang melihat raut wajah Ercha.

"Au ah, kalau Bu Nana udah masuk bilangin ya gue mau tidur bentar!" Ujar Ercha sambil menenggelamkan kepalanya diantara tangan.

"Aisss ni anak," lirih Shany. Baru saja Ercha tertidur Bu Nana sudah masuk, Shany pun membangunkan Ercha.

"Er bangun, itu guru udah masuk!"Shany menepuk punggung Ercha.

"Aisss baru aja gue tidur." Kesal Ercha sambil merapikan rambutnya.

"Pagi anak-anak!" Sapa Bu Nana.

"Pagi bu..." Jawab anak-anak serentak.

"Sekarang buka bukunya hal......" Pelajaran pun dilanjutkan, Ercha mengikutinya dengan setengah sadar dan setengah mengantuk.

***

Bel istirahat berbunyi, Ercha pun merasa lega, matanya yang semula sayu sekarang sudah fresh lagi.

"Shan lapar nih, kantin yuk!" Ajak Ercha.

"Iya ni gue juga lapar," setelah itu Ercha dan Shany pergi ke kantin.

Saat hendak ke kantin, keduanya dibingungkan dengan segerombol perempuan yang menghalanginya.

Ya, itu adalah Valerie, murid yang dikenal gebetan Rendra padahal Rendra tidak pernah merasa dekat dengan Valerie.

"HEH LO KECEBONG!" Celetik Vale pada Ercha, namun Ercha tak merasa itu untuk dirinya.

Saat Ercha ingin meneruskan langkahnya menuju kantin, tangan Ercha ditarik oleh Vale. Namun dengan cekatan, Ercha menangkis itu.

Konyol ini orang, dipikir gue takut? gerutu Ercha kesal.

"Ada masalah apa sih lo? Mau lo apa?" tanya Ercha dengan tegas

"Mau gue? Lo jauhin Rendra!"

"Mon maap nih ye, lagian siapa yang deketin Rendra? Gini deh, jangan mentang-mentang lo ini hits, lo ini cantik, lo jadi bisa seenaknya sama semua orang? Layaknya tuan putri, tapi lo gak pantes dapet sebutan itu. Di pikir gue bakal takut? Udah berapa orang yang lo tindas karena lo merasa tersaingi?" celetuk Ercha dengan tegas dan lantang.

Orang-orang yang berada di sekitar mereka jelas kaget. Pasalnya selama ini tak ada yang berani melawan Valerie, karena ia selalu mengancam akan di keluarkan dari sekolah.

"Berani ya lo sama gue?!" tatap Valerie dengan licik.

"Gue tegasin dan semua yang ada disini jadi saksi, kalo gue ga takut sama lo. Lo selama ini cuma punya kunci kalo yang buat masalah sama lo akan dikeluarin dari sekolah. Otak lo dimana? Yang buat gara-gara lo, kenpa lo yang keluarin orang?" 

Sekeliling terdiam, termasuk Shany sahabatnya. Pasalnya dulu Ercha orang yang pendiam dan tak pernah berontak.

Er, lo keren bisa lebih berani batin Shany

Valerie merasa dirinya dipermalukan. Ia murka lantas menampar Ercha. Namun gagal karena seseorang menahannya.

"Ada apa ini?" tanya Rendra pura-pura tidak tahu padahal sebenarnya ia melihat kejadian ini.

"Ren, gue bisa jelasin" ujar Vale dengan wajah memelas dan memamerkan senyumnya.

"Dramaqueen! Shan ayo ke kantin, buang-buang waktu!" celetuk Ercha lalu meninggalkan keramaian itu namun ia tertahan oleh seseorang.

"Tolong lo gak usah ganggu Ercha, dia gak salah.  Ya, gue yang deketin Ercha. Masalah buat lo?" tegas Rendra membuat Vale tertohok.

"Re, tapi gue kurang apa?" tanya Vale merasa tak bersalah dengan wajah polosnya.

"Lo kurang akhlak! Er, ayo" dengan lantang dan tegas Rendra mengatakan itu pada Vale,  membuat Vale merasa dipermalukan.

Rendra menarik Ercha menuju kantin diikuti oleh Nando dan Shany.

Hari yang memalukan bagi Valerie karena orang yang sangat ia suka mempermalukannya.

***

To Be Continued

[2]Reminder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang