20. Akhir yang Berakhir

44 7 0
                                    

Reminder © Group 2

LavenderWriters Project II

PART 20 — Akhir yang Berakhir

Created by all members

***

Hai Eza, apa kabar lo disana? Udah gak ngerasain sakit lagi, kan? Lo liat gue gak disana? Bahagia enggak lo disana? Maaf gue cengeng banget, sekarang gak ada lagi bodyguard gue Za, gue gak baik-baik aja tanpa lo.

Za, lo tau gak? Papa sekarang sibuk keluar kota buat kerjaan, katanya. Gue takut kejadian lagi, Za. Nanti gue harus apa? Shany ada, tapi gue gak siap soal ini.

Za, lo gak mau temuin gue? Gue disini, di danau. Biasanya sore hari gini kita sepedahan ya, Za. Nungguin indahnya senja. Make a wish lalu teriak disini untuk melepaskan beban-beban yang ada

Za, rencana kita buat rumah pohon belum tercapai, lo pun sudah pergi ninggalin gue disini. Tuhan lebih mengerti lo, Tuhan lebih sayang sama lo.

Za, gue gak tau suatu saat nanti, entah benerapa tahun yang akan datang, apa bakal ada yang bisa ganti posisi lo? Gue takut, gue kecewa, Za. Papa gue sendiri orang yang pertama buat gue kecewa. Gue gak bakal lupain lo, Za. Gak akan pernah bisa.

Za, gue gak mau jadi egois. Gue takut kalo suatu saat gue gak bisa terima kenyataan kalo gue suka sama orang lain, tapi nyatanya gue masih berharap sama lo. Semoga gue bisa ikhlas sama kenyataan, Za.

Za, lo denger gue gak disana? Gue bawa sesuatu buat lo. Gue bacain ya.

"Hai, Tuan yang paling menyebalkan, Makhluk Tuhan yang paling mengesankan.
Perkenalkan nama saya Ercha, oh ya kan sudah kenal. Ini sebuah pengakuan, semoga kamu disana mendengarkan."

"Tuan, terima kasih tak terhingga, melebihi luasnya lautan yang ada di dunia.
Hadirmu membuat hari yang luar biasa, walau Tuhan menakdirkan kamu tidak lama di dunia."

"Tuan, mungkin ini adalah hal yang konyol. Ini sudah terlambat, tapi ini terpaksa saya sampaikan agar saya tidak akan terlihat lagi seperti manusia tolol."

"Tuan, mengenalmu bukan waktu yang sebentar. Saya menyukaimu, bisa dibilang ini kali pertama saya jatuh cinta. Ya, kamu adalah cinta pertama saya, Tuan.
Apa kamu merasakan hal yang dama juga? Saya tidak pernah tau itu, karena saya ingin kamu terus bersama saya.
Saya terlalu pengecut, tidak berani mengungkapkan.
Ego saya tinggi, sebab yang saya pikirkan yang harusnya mengungkapkan laki-laki.
Ya, karena saya gak mau ambil resiko jika saya mengungkapkan kamu akan pergi nantinya.
Kemudian akhirnya, saya menyesal."

"Bagaikan tetesan air hujan yang membasahi bumi, seperti itu pula diri saya saat kamu pergi."

"Penyesalan ini tidak akan membuatmu kembali.
Apa yang telah disesali, semoga saya dapat pelajari."

"Garis waktu, ini penghubung antara saya dan kamu. Walau semesta tak memberi restu, lantas kita tak bisa bersatu."

"Tuan, i love you more than you know."

Tertanda,
Ercha

Hari semakin larut, Ercha mengambil sepedanya lalu kembali menuju rumah.

Seminggu sudah berlalu setelah kepergian Ferzha. Akhir yang berakhir.

Ercha menghela nafas panjang kemudian mengambil sepedanya lalu kembali menuju rumah karena hari semakin larut.

Gue bisa lewatin semuanya, semoga lo tenang di alam sana, lo udah gak ngerasain sakit lagi, Za.

* * *

"Apa yang perlu diungkapkan sebaiknya dibicarakan. Tidak semua dugaan yang kita pikirkan itu benar, begitu pula tidak semua yang orang lain pikir tentang kita itu benar. Coba ungkapkan walau haya satu kata, jangan sampai menyesal kemudian karena tak pernah berani menyuarakan rasa."

***

To Be Continued

[2]Reminder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang