28. Ujian

36 9 1
                                    

Reminder © Group 2

LavenderWriters Project II

PART 28 — Ujian

Created by pnrizka_

***

“Bunda, aku berangkat ya,” pamit Ercha pada Ester.

“Lho, pagi banget tumben?”

“Lagi pengen berangkat pagi, Bunda,”

“Sudah sarapan?”

“Sudah,”

“Berangkat sama siapa?”

“Sama Shany, katanya dia ada udah ada di gerbang. Ercha berangkat ya, bye Bunda.” pamit Ercha sembari ia mencium tangan Bundanya.

Saat ia membuka gerbang, Ercha dikejutkan dengan seorang lelaki, tak asing baginya. Lelaki itu adalah Rendra.

“Lho kok?” Ercha masih tidak percaya pasalnya yang mengajaknya adalah Shany.

“Selamat pagi peri cantik,” sapa Rendra sembari ia membuka helmnya.

”Ini makhluk ngapain sih? Dia ganteng juga, tapi nyebelin sih. Eh ini gue kenapa si,” Ercha menggelengkan kepalanya

“Peri cantik kok melamun?”

“HEH SEJAK KAPAN LO DISINI?”

“Sejak, tadi,”

“Tapi kan harusnya Shany!”

“Shany tadi kasih tau, kalo dia berangkat bareng bokapnya,”

“Shany, awas aja lo!”

“Dia telpon lo, katanya gak di jawab,”

Ercha pun melihat ponselnya, 8 panggilan tak terjawab tertera dari Shany.

“Yaelah ga asik banget ni orang,” Ketus Ercha

“Jadi mau gak berangkat bareng? Nanti telat gak bisa ikut ujian,”

“Hah, ujian?”

“Hayo, gak belajar ya?”

“Belajar, cuma gue baru inget hari ini tenyata masih ujian. Yaudah ayo berangkat!”

Ercha menaiki motor Rendra, keduanya berangkat menuju sekolah.

Hening seketika tercipta, Ercha yang bingung karena ia tak biasa. Rendra yang ragu harus mulai dari mana ia bicara.

“Er,”

“Hm?”

“Sebenernya ujian bukan cuma hari ini,”

“Maksud lo?”

“Ya setiap hari itu ujian,”

“Kenapa lo bilang gitu?”

“Sama lo dan bisa ngobrol gini, itu ujian Er. Lo yang tiap hari gue gangguin, itu juga ujian. Iya kan?” Jelas Rendra, Ercha hanya terdiam menyimak apa yang Renda bicarakan.

“Orang-orang yang jualannya laris, dan ternyata hari ini gak habis itu juga ujian.”

“Iya gue tau kok,”

“Er,”

“Apaan?”

“Tetep gini ya, lo mau ngobrol sama gue. Gak apa lo belum bisa terima gue, tapi gue bakal berusaha ada buat lo. Gue disini Er,”

Deg

”Perasaan ini muncul lagi, setelah beberapa tahun. Tapi apa iya? Ah, gue gak boleh gampang luluh!” Tegas Ercha dalam hati.

“Ren,”

“Apa?”

“Ini kapan sampenya?”

“Ini sampe, coba liat ke depan!”

“Eh iya ahahaha,”

“Hahahaha,” Keduanya pun tertawa.

***

“Selamat pagi peri cantik!” sapa Shany sembari ia menggoda Ercha.

“Bener-bener ya lo!” Gerutu Ercha.

“Hahahaha, sorry tadi gue emang bareng bokap,”

“Shan, ayo ikut gue!”

“Kemana?”

“Jangan banyak tanya! ”

“Tolong mbak jangan interview saya, kan saya gak ngelamar kerja,”

“Apasih lo gak lucu,”

“Sensi amat,”

Ercha membawa Shany ke kantin. Selagi kantin sepi, ini waktu yang pas untuk berbincang face to face

“Jadi lo mau traktir gue?”

“Yaudah pesen aja!”

“Ini tumben amat, lo jadian ya sama Ren—“

“Lo bisa diem gak sih? Yaudah deh lo bayar sendiri!”

“Eh i-iya, jadi kenapa ini?”

“Punten neng, ini bubur ayam spesialnya tanpa bawang daun.” cela Pak Mansyur penjual bubur yang mengantarkan pesanan.

“Makasih pak,” ujar Shany

“Eh Er, ayo lanjut jadi ini ada apa?” tanya Shany sembary ia mengaduk buburnya.

“Lo kenapa sih kaya pengen banget gue sama Rendra?”

“Jawabannya singkat Er, cuma gue gak mau nanti lo marah kalo gue jelasin,”

“Kalo lo gak ngejelasin, gue lebih marah,”

“Okay, lo janji?” Shany mengacungkan jari kelingking.

“Janji!”

“Gue cuma mau lo bahagia,”

“Gue punya sahabat kaya lo juga bahagia,”

“Bukan itu pointnya,”

“jadi maksudnya gimana?”

Shany menelan suapan pertama, ia menatap Ercha dengan serius. Dilihatnya Ercha menatap Shany bingung, apa yang ia maksud? Suasana hening, keduanya terlihat sangat canggung.

“Gue cuma gak mau lo stuck di masa kelabu itu. Gue tau ini bukan hal yang mudah, tapi apa salahnya mencoba?”

* * *

Bukannya tak ingin melangkah, hanya saja ada luka yang belum kering dan ada lara yang tak kunjung usai.

***

To Be Continued

[2]Reminder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang