17. Hilang

50 8 0
                                    

Reminder © Group 2

LavenderWriters Project II

PART 17 — Hilang

Created by pnrizka_

***

Sudah sebulan berlalu sejak kejadian itu. Ercha telah memaafkan Edward namun kecewa itu masih membekas.

Ibarat kaca yang jatuh dan retak, jika diperbaiki tidak akan lagi utuh. Begitu pun dengan kecewa, akan percaya namun tak lagi sama.

Hari demi hari dihabiskan bersama sahabatnya itu, Ferzha. Danau adalah tempat favoritnya, waktu terus berputar hingga akhirnya Ferzha harus menuruti bundanya, demi kebaikan dirinya.

Ferzha atau lebih akrab dipanggil Eza, dia laki-laki tampan nan baik hati. Dirinya terlihat kuat namun sebenarnya tidak. F mengidap penyakit _liver_ yang mengharuskannya jauh dari Ercha.

"Bu, anter Eza beli buku ya, boleh?" pinta Ferzha pada Ibunya

"Lho, tumben banget kamu mau beli buku"

"Kan hari ini terakhir aku tinggal disini dan gak tau kapan lagi bakal ketemu."

"Yang kuat ya, anak ibu pasti bisa!"

"Iya bu, siap."

***

"Er, udah lama disini?"

"Eh, e-enggak sih baru aja, kebetulan tadi gue abis sepeda santai jadi berenti disini"

"Er, coba tutup mata"

"Eh ada apa ini? Tumben banget lo"

"Udah lo tutup mata aja"

Ferzha memberi sebuah bingkisan berwarna biru itu pada Ercha "Coba buka matanya sekarang"

"Wahhhh, apa ini Za? Boleh gue buka?"

"Boleh"

Dengan semangat Ercha membuka bingkisan berwarna biru itu. Ternyata isinya adalah sebuah buku dengan judul "Garis Waktu" dan sebuah kertas.

"Er, kalo kertasnya dibuka di rumah aja ya" pinta F pada Ercha

"Lho kenapa emang"

"Di rumah aja pokonya"

"hmmm, okedeh"

***
Sesampainya di rumah, Ercha sesegera mungkin membuka kertas itu.

Teruntuk Ercha yang cantik.
Er, untuk beberapa hari ke depan gue gak bisa temenin. Lo jaga diri baik-baik.

Er menggelengkan kepala, pikirnya diserbu sejuta tanya. Apa maksudnya ini? Eza lo kenapa? Mau kemana? Kenapa gak ada penjelasan sih?

Setelah surat itu, Ferzha tak lagi menampakkan wajahnya. Ercha menjadi seseorang yang murung.

Dunianya tentang Ferzha. Sebenarnya ada Shany sahabatnya. Namun Shany mengerti dan membiarkan sahabatnya itu.

***

Beberapa bulan setelah surat itu, nyatanya Ferzha tak pernah kembali. Ercha benar-benar kehilangan sahabat sekaligus cinta pertamanya.

Za, kok lo ga balik lagi? Lo kemana? Ada apa sebenarnya? Ercha terisak di tepi danau.

Samar-samar terdengar suara yang memanggil dirinya, Ercha sesegera kungkin menghapus air matanya.

"ERCHA, YUHUUUUU" teriak seorang perempuan dan itu adalah Shany.

"Apasih lo berisik banget!" ketus Ercha pada Shany

"Abis nangis ya lo?"

"Mana ada,"

"Gue gak bisa lo bohongin, Er"

"Shan, Eza kemana ya?"

"Emang dia gak ngomong apa-apa gitu?"

"Cuma kasih surat itu" jelas Ercha sambil memperlihatkan surat.

"Dia gak ada telpon lo sama sekali?"

"Enggak" jawab Ercha begitu murung

"Udah-udah nanti juga Eza balik kok"

"Sampe kapan Sha gue nunggu?"

"Sabar dulu, yang penting lo berdoa."

"Kalo dia gak balik lagi, gimana?"

"HEH KALO NGOMONG!"

"Gimana Shan?"

"Gak gimana-gimana. Udah ayo balik"

***

"Er, udah jangan sedih lagi. Kalo sedih gue tampol lo ya."

"Iya"

"Mingdep nonton yuk? Ada film baru, gue yang traktir!"

"Banyak duit lo traktir"

"Kan gue sultan"

"Hala bacot amat"

"Yauda gue masuk dulu, lo hati-hati ye Shan"

"Siap! Kalo ada apa-apa telpon gue, ok?"

"Iya etdah bawel amat"

"Kalo gak bawel nanti lo galau mulu,"

"Ok, dah"

"Dadah!"

***

To Be Continued

[2]Reminder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang