PROLOG

16.8K 833 31
                                    

Pada pagi hari di akhir pekan itu ia harus sudah bangun untuk segera mereview satu tugas yang baru saja diselesaikan stafnya tadi malam. Bahan evaluasi ini akan digunakan oleh Arini hari Senin nanti bersama dengan tim dari Singapura.

Singapura. Seniornya itu akan pindah menjadi CEO regional perusahaannya di Singapura.

Siapa yang menyangka perusahaannya kini bisa berekspansi hingga negara Singapura? Setelah mereka kehilangan satu tiang terkuatnya.

Jika Chandra mengingat kembali masa-masa sulit itu, sepertinya dirinyalah yang paling hancur ketika Bintang pergi meninggalkan mereka. Bintang adalah panutannya, seseorang yang membimbingnya dan ia hormati selayaknya kakak kandungnya sendiri. Kepergiannya sempat membuatnya kehilangan arah. Sebagai yang termuda dan paling terakhir bergabung dalam tim, Chandra selalu merasa sungkan untuk menunjukkan emosinya pada para seniornya yang lain. Sehingga tak jarang ia menangis dalam diam tanpa sepengetahuan mereka.

Pada saat Bintang kembali lima tahun yang lalu, Chandra adalah orang pertama yang berlari untuk segera menemuinya. Di hadapan Bintang ia menangis tersedu. Ketika itu yang Bintang lakukan hanya menepuk pundaknya. Pesannya hingga kini masih terngiang di kepalanya.

"Chan, lo harus bisa, gue percaya lo bisa, tanpa gue lo pasti bisa." Kata Bintang padanya.

Sejak saat itu ia memutuskan untuk terus berjuang seribu kali lebih keras dari sebelumnya. Ia pun akhirnya bisa membuktikan bahwa dirinya bisa. Sepeninggal Bintang, Chandra didaulat sebagai direktur sistem dan teknologi informasi yang sebelumnya dipegang oleh Bintang yang merupakan seorang sarjana Teknik Informatika. Sebuah pencapaian besar baginya yang merupakan seorang sarjana ekonomi dan hanya mempelajari sistem TI dan pengelolaan website secara otodidak.

Sesungguhnya sejak kecil Chandra jarang menangis, ia selalu menjadi yang terkuat di keluarganya, walaupun ia merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Namun, kehilangan Bintang tidak pernah mudah baginya. Walaupun Bintang berkata ia pasti bisa berjuang tanpanya, hingga kini ia masih sering meneleponnya untuk meminta pendapatnya akan suatu pekerjaan yang harus ia kerjakan. Kakaknya itu selalu bisa menjadi tempatnya mencari percerahan atas kegalauannya.

Suara bel apartemennya kemudian berbunyi berkali-kali.

Caca? Why does She come here this early in morning?

Chandra kemudian beranjak dari tempat tidurnya untuk membukakan pintu.

"Iya bentar Ca, elah sabar." Katanya dari balik pintu. Ia tahu gadis itu tidak akan menggubrisnya dan akan terus memencet bel sampai ia membuka pintunya.

"Hehe." Sapa Alyssa. "Pagi sahabat gue paling baik sedunia.. muka lo bangun tidur aja cakep kayak aktor gimana kalau udah mandi." Katanya lalu masuk ke dalam apartemennya seperti itu adalah rumahnya sendiri. "Gue bawa martabak dan Gery Malkist keju kesukaan lo." Lanjutnya.

Alyssa Larasati, yang biasa dipanggil Caca olehnya adalah sahabatnya, mereka kenal sejak ia di sekolah dasar. Dari SD hingga kuliah mereka tak terpisahkan. Ya, mereka sekolah dan kuliah di tempat yang sama, bahkan di jurusan yang sama.

Sebenarnya pertemuan Alyssa dan Chandra ketika di sekolah dasar dulu tidak semulus yang saat ini terlihat. Hubungan mereka diawali oleh sebuah pertengkaran. Kedua orang tua mereka adalah teman yang telah lama tak bertemu yang malah dipertemukan kembali ketika Chandra dan Alyssa dipanggil oleh Kepala Sekolah karena telah membuat onar di sekolah. Sejak saat itu, baik hubungan kedua orang tua maupun mereka berdua berlanjut hingga sekarang.

"Bokis lo, dan gue udah mandi kampret!" Katanya.

"Eits.. ketauan ya gue bokis? hahaha." Katanya terkekeh.

Tangled UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang