Malam pengantin yang sungguh suram. Bora baru saja selesai membersihkan diri setelah pesta pernikahan panjang yang mereka lalui. Matanya sembab karena menangis di kamar mandi tadi. Sedangkan Doyoung sedang rebahan diatas kasur king size sambil memainkan handphonenya.
Sekarang mereka berada di kediaman keluarga Kim.
"Kak Doyoung mandi dulu. Nanti aku siapin baju tidurnya" Ucap Bora saat melihat Doyoung berbaring masih dengan menggunakan kemeja putihnya.
Doyoung tidak menjawab, ia hanya langsung beranjak menuju kamar mandi. Bora menjadi semakin sedih dan tidak enak hati. Doyoung terpaksa begitupun dengannya, sungguh tidak ada sama sekali kebahagiaan di malam pengantin mereka ini.
Hanya 15 menit Doyoung sudah selesai mandi. Diliriknya piyama yang sudah disiapkan sang istri. Sedangkan istrinya sendiri sudah berbaring membelakanginya. Doyoung tau, istrinya iti sedang menangis, terbukti dengan bahunya yang bergetar, seharusnya gadis itu berbahagia dengan kakaknya sekarang namun Doyoung sekarang yang menggantikan posisinya dan sialnya diantara mereka tidak ada yang bahagia.
"Maafin kakak saya" Ucap Doyoung membuat Bora berbalik.
"Saya tau dia gak berniat khianatin kamu" Sambung Doyoung, lalu naik ke kasur sekarang posisinya Bora berbaring menghadap Doyoung sedangkan Doyoung duduk dan bersandar dikepala ranjang.
"Kak Doy" Lirih Bora, Doyoung menunduk searaya menunduk menatap Bora
"Hm" Jawab Doyoung, dahinya sedikit mengerut. Bora adalah orang pertama yang memanggil namanya dengan sebutan 'Doy' bukan 'Young'.
"Aku boleh peluk?" Tanya Bora. Dia butuh sandaran
Doyoung mengangguk, lalu Bora memeluk pinggangnya yang masih dengan posisi duduk.
"Maaf" Lirih Bora sambil sesegukan. Ia menenggelamkan wajahnya di pinggang Doyoung
"Kamu gasalah, kak Gongmyung yang salah. Jadi kamu gaperlu minta maaf"
"Tapi kak Doyoung jadi nikah sama aku. Dengan terpaksa"
"Sudah kamu tidur saja, sekarang sudah tengah malam" Doyoung seraya menepuk-nepuk pelan bahu Bora guna menenangkannya.
Cahaya matahari yang masuk melalui celah jendela membuat Doyoung terbangun dari tidurnya. Ia merasa tangan sedang merengkeh dirinya, iya Bora masih tertidur dengan posisi memeluk Doyoung. Tidak erat tapi sangat menggemaskan dimata Doyoung.
Doyoung memutuskan hanya untuk memandangi kekasih kakaknya yang kini berstatus sebagai istrinya itu.
Wajah kecil dan bulu mata lentiknya sungguh menggemaskan, ia tidak habis fikir kenapa kakaknya bisa-bisanya menghamili sahabatnya sendiri dan menghianati gadis yang tulus mencintainya. Doyoung tidak paham dengan perasannya, tapi dilubuk hati kecilnya ia ingin melindungi Bora. Semuanya bisa dimulai pelan-pelan, semuanya sudah terjadi, mereka sudah menikah dan Doyoung yakin dengan sikap Bora yang seperti ini mereka pasti bisa membuka hati untuk satu sama lain meski memerlukan waktu yang sangat lama karena Doyoung tau, hati Bora masih sepenuhnya untuk Gongmyung, begitu juga hatinya yang masih kosong tanpa ada siapapun didalamnya. Semua hanya soal waktu.
"Kak Doy lagi mikirin apa?" Tanya Bora mengerjap-erjapkan matanya, seperti anak kecil yang baru bangun tidur. Tangannya kini sudah tidak memeluk Doyoung lagi.
"Eh? Udah bangun?" Tanya Doyoung ketika lamunannya tersadar
"Kak?" Tanya Bora balik
"Hm?"
"Makasih banyak ya"
"Untuk?"
"Karena mau ngorbanin diri kakak, tadinya kupikir kakak itu galak, soalnya dulu kalau aku datang kerumah kakak mukanya datar kadang juga kayak orang ngajak gelud" Jawab Bora panjang lebar.
"Saya emang galak" Balas Doyoung, Bora sedikit terkejut dengan balasan Doyoung
"Kenapa?" Tanya Doyoung saat Bora berhenti berbicara
"Nanti ga KDRT kan?" Tanya Bora polos membuat Doyoung tertawa
"Kenapa ketawa?" Tanya Bora heran
"Gapapa, saya cuma bercanda tadi" Jawab Doyoung
"Kak?"
"Hm"
"Aku janji akan jadi istri yang baik. Meski hati aku sepenuhnya masih milik kak Gongmyung tapi aku janji akan mencintai kakak sepenuh hati dan pasti aku akan lupain kak Gongmyung meski itu ga akan mudah dan butuh waktu lama, makasih ya kak"
Doyoung diam. Entah kenapa sejak tadi fokusnya pada bibir Bora yang lumayan tebal, apa ini efek dari pengantin baru? Oh ayolah meski mereka menikah tanpa cinta dan hanyalah keterpaksaan tapi Doyoung adalah pria normal yang akan tergoda jika berduaan di kamar dengan lawan jenisnya.
Entah sejak kapan mulai namun Doyoung kini mendaratkan bibirnya pada bibir Bora. Tidak ada balasan namun Doyoung tetap mengikuti naluri laki-lakinya.
Dengan sengaja Doyoung menggigit kecil bibir bawah Bora sehingga lidahnya bisa menjelajah bebas di mulut sang istri. Persetan dengan semuanya, Bora kan istrinya jadi dia berhak atas semuanya.
Doyoung tetap melumat bibir Bora, tangannya mulai menyusup di piyama yang Bora kenakan namun ia menghentikan ciumannya saat merasakan cairan asin yang ia yakini adalah air mata dari sang istri.
"Maaf saya hilang kendali" Ucap Doyoung terengah lalu beranjak dari tempat tidur "saya mau mandi dulu" Setelah itu ia melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Merutuki dirinya yang tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.
"Maaf" Lirih Bora yang masih sempat Doyoung dengar. Doyoung mengerti, ini terlalu cepat, ia harus sering mengontrol dirinya. Doyoung bertanya-tanya bagaimana bisa Bora menarik perhatiannya lebih? Dan juga apakah dulu Gongmyung bisa menahan diri untuk tidak menyentuh Bora? Doyoung tidak tau. Tapi gairahnya mudah naik sejak pagi tadi, hanya dengan tatapan mata dan Doyoung rasa ia sudah gila.
🐰
KAMU SEDANG MEMBACA
☑PENGANTIN PENGGANTI-[Doyoung+GongMyung] Completed✔
FanfictionKarena kesalahan fatal yang dilakukan Gongmyung tepat satu minggu sebelum pernikahannya dengan sang kekasih, mau tidak mau Doyoung harus menggantikan sang kakak sebagai pengantin di pesta pernikahan untuk menjaga nama baik keluarga.