Hasuli mengepalkan kedua tangannya melihat Maruli yang sedang mengusap air mataku. Hasuli langsung mendaratkan pukulannya di pipi kiri Maruli. Aku tersentak melihat Maruli yang hampir terjatuh oleh pukulan Hasuli. Maruli membalas pukulan Hasuli. Aku mencoba melerai mereka berdua dan masih tak bisa ku kendalikan pertengkaran mereka berdua. Aku berteriak memanggil nama putra dan putra ikut melerai pertengkaran antara Maruli dan Hasuli.
Putra hampir bisa merelai mereka berdua aku menarik Maruli menjauh dari Hasuli. Hasuli mencoba untuk memukul Maruli kembali. Aku yang melihatnya bergerak cepat mendorong Maruli. Dan pukulan Hasuli hampir mendarat di pipiku.
Namun di tahan oleh Hasuli.Aku menatap Hasuli dengan tajam "cukup kalian sudah dewasa.. hanya karena aku kalian bertengkar seperti ini.. apa gak malu?".
Hasuli dan Maruli hanya bisa diam menatapku.
"Maafkan Aku Rei.. aku hampir saja memukulmu." Hasuli menyentuh pipiku dengan lembut. Aku menghempaskan sentuhannya
Maruli yang melihat hanya bisa menahan emosinya dwngan mengepalkan kedua tangannya.
"Lepaskan aku.. aku tak ingin berurusan denganmu Hasuli.. "
"Mengapa.. apa kau tak menginginkan aku lagi.."
"Tidak.. aku tidak akan menginginkan seseorang yang mencampakkanku hanya karena seseorang itu lebih percaya temannya yang berbohong dari pada kekasihnya. Tanpa melihat kenyataan itu." Aku masih menangis menatapnya dan juga menatap Maruli.
"Maaf kan aku Rei.. aku bodoh."
"Aku sudah memaafkanmu. Tapi aku tidak bisa bersamamu. Aku mencintai dia yang mencintaiku dengan tulus." Sambil ku tunjuk ke arah Maruli."
Hasuli pergi meninggalkanku dan Maruli tanpa berkata sepatah katapun.
Maruli menghampiriku mengusap pipiku yang basah dengan air mataku."terimakasih sayang kau mencintaiku dengan sungguh."
"Mari kita masuk aku akan mengobati lukamu." Aku menatap Wina dan dengan isyarat Wina mengerti apa maksudku. Wina masuk dan mengambil kotak obat dan memberikannya untukku yang berada di gazebo.
Putra Dan Wina hanya bisa menatap aku dan Maruli dengan diam.
Aku mengobati luka Maruli sambil terus menangis. Menatap lukanya.Maruli yang tak tahan melihatku menangis terus menerus. Lalu memelukku dan mencium pucuk kepalaku.
"Maafkan aku telah membuatmu menangis sayang.. maaf.. aku gak bermaksud membuat mu sedih.""Aku merasa bersalah padamu bang.. karena aku kamu jadi seperti ini."
"Shhhhht sudah.. aku tak apa - apa besok juga sembuh." Katanya sambil mengeratkan pelukannya kepadaku.
Pelukannya membuatku tenang dan memberhentikan air mataku."
Aku menyamankan diriku di pelukannya lalu kini tatapanku beralih ke wajahnya yang sedikit babak belur. Mataku masih berkaca-kaca melihatnya. Aku melepaskan pelukanku darinya dan menyentuh pipinya dan di sambut lembut tangannya. Dan di berinya sedikit kecupan di sana."Sebaiknya kamu istirahat Rei.. aku yakin kamu lelah dengan kejadian tadi."
"Janji kamu akan langsung pulang dan takkan kemana - mana bang."
"Janji sayang."
"Baiklah.. kalau gitu.. pulanglah bang".
"Win aku titip Areina yah.. jaga dia hibur dia.." di lihatnya aku yang masih tak ingin berpisah dengannya.
"Pasti.. aku akan jaga dia.." ucap Wina pada Maruli.
"Aku pulang sayang. Besok aku ke sini lagi.. tenang saja."
Aku mengangguk dan hanya menatap punggung Maruli yang pergi meningalkanku."Sabar Rei.. gua sedih liat loe nangis kayak gini" Wina memelukku mengusap punggungku.
"Iyah gue udah sabar kok.."
"Dah sekarang kita masuk, kita tidur dah.. lagian udah malam"
Aku dan Wina masuk ke dalam rumah dan istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
AREINA LOVE STORY ( COMPLETED )
RomanceNamaku Areina, aku siswi baru di sma kota medan, setelah lulus smp aku memutuskan bersekekolah di medan untuk menemani nenekku di sini, sebenarnya keputusannku pindah bukan karena untuk menemani nenek saja, alasan lainku karena aku putus cinta denga...