Akhirnya kami sampai di rumahku dan bang Ferdi langsung memasukkan mobilnya ke garasi . Aku turun dan mengambil payung dan aku di cekal oleh bang Ferdi."Mau ke mana kamu.. masih hujan ini."
"Mau anterin Hpnya Maruli bang.."
"Nanti aja.. bandel banget sih kamu."
"Gak papa.. sapa tau dia butuh.." aku berlari keluar dari garasi.. meninggalkan bang Ferdi dan Wina.
Aku berjalan keluar rumah menuju rumah Maruli. Sesampainya di depan rumah Maruli aku berhenti di depan gerbangnya. Aku melihat Maruli dan ke dua orang tuanya seperti sedang berdebat. Aku terkejut saat melihat Maruli di tampar mamanya. Aku langsung bergegas membuka gerbang rumahnya dam masuk dalam pelataran rumahnya. Ketika aku akan mengetuk pintu. Aku terhenti mendengar percakapan mereka."Kau.. masih saja berbuat sesukamu. Ku kira dengan aku membiarkan kau pergi dari rumah kau akan menjadi pria yang dewasa." Kata ibunya yang berteriak..
"Ma... aku sudah memutuskan apa yang menjadi pilihanku."
"Kau mengapa sekarang malah berpacaran dengan anak si Burhan. Dia gak pantas buat kamu"
"Tapi ma... apa salahnya.. aku cinta sama dia.."
"Salah... karena dia tidak sama dengan kita."
"Aku gak perduli.. ma.. karena aku mencintainya."
"Maruli... dengarkan apa kata mamamu.. dia berhak memilih seseorang yang akan mendampingimu." Ucap papa Maruli membela mamanya.
"Apa yang salah dari Reina ma.. aku cinta sama dia."
"Jelas beda... dia gak se iman sama kamu".
Maruli terdiam.Aku yang mendengar perdebatan mereka rasanya menyayat hatiku. Hatiku hancur aku menangis tanpa bersuara. Aku meletakkan hp Maruli di meja kursi teras mereka.
Aku berlari menjauh dari rumahnya.
Tanpa aku sadar aku lupa membawa payungku bersamaku. Aku berjalan hujan-hujanan . Menangis sambil meratapi nasibku. Aku terngiang-ngiang dengan perdebatan mereka. Kakiku terasa lemas. Aku terjatuh diam menangis di derasnya hujan yang mengguyurku.
Lalu aku merasa ada seseorang yang memayungiku. Berdiri tepat di depanku. Aku nendongak melihat Hasuli yang memayungiku dari derasnya hujan. Dia menatapku dengan tatapan yang tak bisa aku mengerti. Lalu aku bangkit dan menatapnya."Mengapa kamu hujan-hujanan."
Aku tak menjawab pertanyaannya. Aku berlari meninggalkan Hasuli yang masih setia berdiri menatap kepergianku.
Aku berlari ke rumahku. Aku mengetuk pintu depan lalu Ferdi membuka pintu menatapku dengan terkejut.
"Rei... kau.."Aku tak menjawab langsung ku hamburkan tubuhku dalam pelukan Ferdi. Aku menangis sekencang-kencangnya.
"Ssssshhhht sudah sudah.. jangan nangis. Abang ada di sini. Ayo... masuk" tiba-tiba pandangan Ferdi tertuju di depan gerbang rumahku. Ya dia melihan Hasuli yang berdiri di depan rumahku yang menatap kami dari kejauhan.. Ferdi akan menghampirinya namun aku mencegahnya menahannya dengan tanganku.
"Bukan dia yang membuat aku menangis bang.. bukan" aku menatap matanya dan memberi kebenaran dari dalam mataku."Ayo kita masuk.. ganti bajumu istirahatlah."
Aku dan Ferdi masuk ke dalam rumah Wina yang melihatku terkejut dengan keadaanku saat ini.
"Rei... lu kenapa?""Win... biarkan dia sendiri dulu.. kita beri dia ruang.." kata Ferdi yang menuntunku ke kamar.
"Sekarang bersihkan dirimu Rei, abang sama Wina akan berada di luar."
Aku mengangguk. Lalu aku masuk ke dalam kamar mandi aku menyalakan shower agar bisa mengguyur tubuhku aku teringat lagi kejadian di mana Maruli berdebat dengan ke dua orang tuanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AREINA LOVE STORY ( COMPLETED )
RomanceNamaku Areina, aku siswi baru di sma kota medan, setelah lulus smp aku memutuskan bersekekolah di medan untuk menemani nenekku di sini, sebenarnya keputusannku pindah bukan karena untuk menemani nenek saja, alasan lainku karena aku putus cinta denga...