20

13 1 0
                                    


Aku dan Wina mengikuti langkah bang Ferdi masuk ke dalam kafe. Dan sebelum membuka kafe bang Ferdi memberi pesan kepada seluruh karyawanya. Bahwa selama seminggu lebih ke depan aku akan membantu abangku Ferdi menjalankan usahanya. Dan tentunya itu mendapat persetujuan dari semua karyawan yang ada. Setelah meeting selesai kami langsung membuka kafe.
Yah aku akui kafe milik bang Ferdi memang cukup ramai. Walau baru lima menit buka sudah ada pelanggan yang datang. Aku mempersilahkan pelanggan yang datang dan memberikan menu dengan sikap ramah ku.

Bang Ferdi yang melihatku cukup puas apa yang aku lakukan.
Setelah melayani pelanggan aku menghampiri Wina yang duduk di kursi dekat kasir.
"Hai Win.. bosan yah liatin aku.."

"Yah.. lumayan sih.. aku boleh bantu gak.. Rei?"

"Gak usah... nanti kamu capek.."

"Enggak papa Rei.. kayaknya menyenangkan deh.. boleh yah yah.."

Aku menghela napas. Dan menatap bang Ferdi yang sudah ada di belakan Wina. Bang Ferdi menganggukkan kepalanya tanda aku boleh melakukan apa saja asal aku senang.
"Okeh.. baik lah Win.. kamh boleh bantu.. ingat kalau capek istirahat. Dan ini.. gak cuma-cuma.. nanti kamu bakal dapat gaji juga kok."

"Uh... maacih.. kawanku..." sambil di peluknya aku.

"Dah.. dah.. ayo kerja."

"Oke.. "katanya.

Aku menatap Hpku.. sudah hampir jam makan siang Maruli tak menghubungiku atau mengirim pesan kepadaku. Aku mengirim pesan padanya.

Aku
"Sayang kamu lagi apa"

Setelah sepuluh menit Maruli baru membalas pesanku.
From Maruli
" maaf aku lagi sibuk. "

Aku melihat seperti ada yang aneh dari Maruli namun aku mencoba berfikiran positif. Aku tak membalas pesan darinya.

Aku melihat pengunjung sudah semakin ramai di karenakan waktu jam makan siang sudah tiba. Aku meletakkan hpku di meja kasir dan membantu karyawan melayani pelanggan yang berdatangan.

Saat aku selesai melayani pengunjung yang datang. Aku berjalan menuju toilet dengan tergesah-gesah sampai pada akhirnya aku menabrak seseorang hingga kepalaku membentur dagunya.
"Aw... " kataku kesakitan " maaf  saya ngak sengaja " kataku.

"Sshhhh.. kalau jalan pelan-pelan dong mbak katanya."
Aku menatapnya dan dia juga menatapku. Sepertinya aku mengenalnya tapi aku sedikit lupa.. aku mencoba mengingat-ingat dia siap.
"Reina... kamu Rerina kan?" Katanya sambil mencari ke pastian.

"Iyah.. aku Reina... tunggu.. kamu.. kamu kak Bastian?"

"Iyah... aku Bastian. Mari ikut aku."

"Tunggu kak.. kakak duduk aja dulu di sana aku nanti menghampiri. Soalnya aku mau ke toilet dulu."

"Okeh. Jangan lupa hampiri aku. Aku mau ngobrol sama kamu".

"Siap..." kataku sambil ku lemparkan senyumanku padanya.

Setelah selesai dari toilet aku menghampiri Bastian yang sedang duduk di kursinya.
"Hai kak Bas.."kataku.

"Duduk Rei.." aku lalu duduk di kursi yang di tunjuk Bastian.

"Kamu sedang apa di sini Rei..?"

"Oh.. aku kerja bantu abangku ngurus kafe ini."

"Oh.. kamu makin cantik yah.. selama gak pernah ketemu. "

"Ah kak Bas bisa aja." Sambil ku tundukkan wajahku.

"Kamu bukannya sekolah di luar kota. Apa kamu sudah pindah ke sini?"

"Iyah.. aku sekolah di luar kota kak Bas.. di sini lagi liburan sekolah."

"Kirain kamu sekolah di sini..  kamu kelas tiga yah.. tamat sekolah mau lanjut kuliah?"

"Iyah kak.. gak tau.. belum ada pandangan mau kuliah di mana..

"Oh gitu"

"Kak Bastian apa kegiatannya?"

"Aku kuliah sambil urus bisnis papaku".

AREINA LOVE STORY ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang