12

14 4 0
                                    

Aku sangat antusias menunggu kedatangan Maruli kekasihku itu aku duduk di bangku rias dan menatap wajahku di cermin. Sambil memoleskan bedak tipis dan natural.
Wina yang melihat ku dari tadi bersolek terlihat bosan.

"Rei.. dari tadi ngaca mulu.. gak bosen loe liat wajah loe yang itu itu aja.."

"Enggak kan gue mau ketemu Maruli.".

"Iye... yang mau ketemu pacarnya."

"Eh dia udah kirim pesan.. katanya dia udah di depan gerbang rumah."

"Eh serius loe.." Wina terlihat panik dan merias sedikit wajahnya.

"Yaudah gua keluar dulu.. tar nyusul loe.."

"Oke oke" kata Wina yang masih memoles wajahnya itu.

Aku berjalan keluar rumahku dan membuka gerbang rumah ku.
Kulihat dia yang sudah lama tidak pernah ku lihat secara langsung. Dai menatapku. Dengan tatapan penuh kerinduan. Begitu juga denganku aku menatapnya malu dan sangat merindukan dirinya. Kami bertatapan tanpa berkata sepatah katapun.kami beradu dengan pikiran kami masing-masing sampai pada akhirnya kami tersadar dengan suara deheman dari temanya Maruli."

"Eh.. maaf.. ayo masuk" kataku berjalan mendahului mereka berdua. Aku mempersilahkan mereka duduk di gazebo taman rumahku.
"Maaf yah aku gak ngajak kalian masuk ke dalam rumah. Soalnya Ayah dan Ibuku lagi gak ada di rumah."

"Iyah gak apa lebih bagus di sini". kata Maruli yang masih menatapku dengan sendu.

" aku siapin makanan dulu yah kalian tunggu sini." Aku berjalan masuk ke rumah dan mengambil makanan. Tak lupa Wina juga ikut membawakan kopi latte instan di nampan. Kami berjalan keluar. Dan aku melihat teman Maruli melihat Wina dengan tatapan sumringah.

"Eh iyah tadi belum kenalan sama temanku " kata Maruli.

"Yeelah loe lupa ama temen sendiri kata temannya menatap Maruli dengan sebal." Kami tertawa geli melihat tingkah Temannya.

"Kenalin Aku Putra" sambil menjabat tanganku dan Tangan Wina.

"Areina" kataku
"Wina" kata Wina dan juga sambil menjabat Tangan Maruli.

"Maruli.. panggil aja Rully"

"Biasa di panggil Tua.. jangan mau di suruh panggil Rully." Kata Purta meledek Maruli.

"Terserah gua lah.. kok loe yang sewot.

Aku dan Wina tertawa melihat perdebatan antara dua sahabat itu.

Aku menatap Maruli masih dengan tatapan rindu yang menggebu gebu.
Begitu juga dengannya yang sama menatapku penuh arti.

"Apa kabar sayang.?" Katanya sambil memegang tanganku.

"Baik..abang apa kabar?".

"Baik juga.. akhirnya kita bisa ketemu sekarang tapi aku masih rindu kamu sayang."

Belum sempat aku berbicara Putra pencela omonganku. "Hieeekkk.. gayamu Tua.. jijik aku sama omonganmu."

"Kau jijij aja sendiri.. makanya cari pacar sana.. ganggu aja.."

"Ini aku lagi cari pacar. Dek kamu mau jadi pacar abang?" Kata Putra menatap Wina.

Wina hanya terdiam malu dengan perkataan Putra.

"Yaelah Put. Mana mau dia sama kau..." kata Maruli mengejek Putra.

"Sudah biar itu jadi urusan mereka." Kataku menghentikan kegaduhan yang mereka buat.

Maruli tersenyum melihatku. Dia memposisikan duduk di sebelah kananku dan memberi ruang Putra untuk mendekati Wina.

"Kamu makin cantik sayang.. "

Wajahku memerah seperti tomat mendengar perkataannya."akh jangan goda deh."

"Serius.. kamu makin cantik...tapi aku jadi takut."

"Takut kenapa?" Kataku heran.

"Yah takut kamu cari yang lain. Secara kan aku jelek." Maruli menundukkan kepalanya.
"Enggak kok kamu tampan"

"Jangan begitu...jangan puji aku.."

"Ih beneran sayang.. suer.." sambil ku tunjukkan dua jari kananku ke atas.

AREINA LOVE STORY ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang