25

14 2 0
                                    


Aku bersiap dan memakai afron kerjaku. Dan membuka kafe. Tak ku hiraukan bang Ferdi dan Wina yang asik berdua dengan candaan mereka.
Aku melayani pelanggan yang datang.

Tak lama aku melihat Kak Bastian muncul di depan pintu. Dan menghampiriku "Rei.. sudah siap?"
Katanya menatapku.

"Bentar kak.. aku ijin dulu sama bang Ferdi."

"Okeh.. kakak tunggu"

Setelah aku mendapat ijin dari bang Ferdi aku keluar dari kantornya dan menghampiri kak Bastian.

"Rei.. kamu bawa apa.. kok repot-repot".

"Gak ngerepotin kok kak.. lagian ini cuma buah. Ayo kak.."

"Iyah..." katanya sambil berjalan mendahuluiku lalu membukakan pintu mobilnya untukku. Kami lalu berangkat menuju rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit. Kak Bastian menyuruhku berjalan duluan menuju ruangan di mana ayahnya di rawat. "Rei.. kamu masuk dulu yah.. kakak mau keluar sebentar ngirim berkas ini gak apa-apa kan?"

"Gak apa kak.."

"Da.. Rei.. kakak cuma sebentar."
Aku menganggukkan kepalaku dan kak Bastian meninggalkanku. Aku berjalan menuju ruangan di mana ayahnya kak Bastian berada.
Saat aku akan menuju ruangan ayahnya kak Bastian aku melihat seseorang yang membawa barang dengan kantung kresek namun isinya tercecer berjatuhan. Aku langsung lari menghampiri paman itu.

"Mari saya bantu paman.." kataku sambil memungut makanan yang tercecer itu.

"Terimakasih nak.. sudah membantu paman..".

"Sama-sama paman... paman ruangannya yang mana.. biar saya bantu membawakannya". Kataku sambil membawa barang milik paman itu.

Dia membawaku ke ruangan di mana ruangan itu seingatku ruangan yang di tunjukkan kak Bastian padaku.
"Letakkan di situ saja nak.. terimakasih sudah membawakannya untuk paman."

Aku mengangguk " maaf paman.. apa paman adalah ayahnya kak Bastian?" Kataku.

"Iyah... kamu kenal sama anak saya.?"

"Salam kenal paman.. saya teman kak Bastian. Sebentar paman tadi saya meninggalkan barang bawaan di kursi depan" aku lalu keluar mengambil buah tangan yang akan ku berikan pada ayahnya kak Bastian.

Aku lalu masuk kembali ke ruangannya.

"Kenapa repot-repot bawa makanan nak.. oiyah nama kamu siapa?"tanyanya kepadaku.

"Areina paman".

"Oh.. Bastiannya kemana?"

"Katanya dia masih mengirimkan File nya. Bentar lagi kemari." Kataku.

"Bastian-bastian.. dia selalu saja tak pernah santai."

"Memangnya kenapa dengan kak Bastian paman?"

"Dia... selalu menyibukkan dirinya semenjak menggantikan posisi paman sebagai CEO. Dia kuliah sambil bekerja. Dia tak pernah bermain. Bahkan dia gak pernah mengenalkan seorang gadis ke pada paman.. baru kamu Areina yang dia bawa ke paman."

"Ah paman bisa aja" aku tertunduk malu dengan ucapan ayahnya Bastian.

"Iyah.. dia memutuskan mengurus paman semenjak ibunya meninggal. Paman menjadi bersalah."

"Paman gak perlu berbicara seperti itu.. kak Bas pasti tidak pernah merasa terbebani kok." Kataku.

"Kamu memang anak yang baik Areina.. pantas saja dia membawamu kepada paman".

"Paman.. sudah jangan di bahas. Oiyah paman mau makan buah apa biar Reina yang kupasin. Gak usah sungkan sama Reina." Kataku sambil tersenyum.

"Apel aja boleh"

Aku menganggukkan kepala dan tersenyum kepada ayahnya Bastian dan mulai mengupasnya.

"Ehem.... cie.. asik berduaan" kata Bastian yang sudah masuk ke dalam ruangan namun aku tak mengetahuinya.

"Kak bas..." kataku malu.

Lalu Bastian ikut duduk di sampingku.

"Bas.. kamu ajak pacarmu ini jalan-jalan. Kasihan dari tadi dia ngurus papa."

"Paman saya kan sudah bilang saya cuma teman kak.." belum sempat aku berbicara kak Bastian mencela.

"Iya.. pa kami sudah jalan berdua kemarin "

"Papa senang jika dia menjadi istrimu. Karena papa ingin cucu"

"Mau cucu laki-laki atau perempuan?" Kata Bastian.

"Laki-laki biar dia setampan papa.."

"Harus mirip denganku.. pa.. dia kan anakku"

Bastian dan ayahnya tertawa aku yang mendengar mereka hanya bisa tertunduk malu.

AREINA LOVE STORY ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang