Vote sebelum membaca!!!.
.
.
Lesya berjalan membalah jalan perkotaan dengan langkah kecilnya, dengan yakin ia menatap jalanan yang sangat sepi. Air hujan dari langit yang mulai menggelap mengguyur kota ini. Lesya tidak menyukai hujan, tapi mungkin semangat hidupnya telah hilang membuatnya seperti ini. Petrichor yang mulai menyeruak dan tercium, Lesya berhenti dan mendongakkan kepalanya dan menutup matanya.
Dengan tidak sadar Lesya meneteskan air mata dan menyapu bersih kedua pipinya, ia menghelakan nafasnya sejenak rasanya sangatlah berat masalah di hidupnya. Lesya berjalan dengan sisa tenaganya ia terus tersenyum tipis dan tidak lupa air matanya yang terus mengalir dari mata jernihnya, ia berhenti di sebuah taman dan menghampiri kursi taman yang kosong, Lesya duduk dan mulai menutupi wajahnya dengan kedua matanya.
"Jangan buat gue tersiksa kayak gini, gue ikhlas pergi untuk selamanya hiks... hiks... hiks...."
Sebuah tepukan membuat Lesya sadar dan segera menghapus air matanya.
"Nih, mungkin lo butuh." ujar Bimo, yah orang itu adalah Bimo yang kini duduk di samping Lesya
Lesya hanya menatap tissue itu tanpa minat, sedangkan Bimo meletakannya di tangan Lesya.
"Gue tau lo sedih, tapi gue ga tau apa masalah yang lo hadepin sekarang, lo luapin semuanya disini Les, biar lo tenang." seru Bimo.
"Gue capek Bim, gue lelah hiks... hiks... gue ikhlas untuk pergi selamanya." ujar Lesya yang meluapkan kekesalan.
"Arghhh... gue benci lo!" teriak Lesya.
Bimo hanya menatap lekat Lesya, sungguh Bimo baru kali ini melihat seorang wanita seprustasi ini, membuatnya sedikit sadar bahwa dulunya Bimo sering menyakiti hati seorang cewek.
"Gue benci lo." ujar Lesya dengan nada rendah yang di akhiri dengan isakan.
"Puas?" Lesya mengangguk.
"Udah malem, ga pulang?" Lesya menggeleng cepat ketika Bimo bertanya kepadanya, tidak ada keinginan untuk kembali ke rumah.
"Gue ada urusan, mendingan lo balik Les." ujar Bimo yang kemudian melenggang pergi.
~ ~ ~
Hari weekend adalah hari yang di tunggu oleh Lesya, ia akan pergi ke kafe, sudah lama ia tidak jenguk para karyawannya. Lesya keluar dari rumahnya mengenakan masker, topi bucket, jeans robek-robek yang bewarna hitam, kaos kuning yang bertuliskan di bagian dadanya 'Bitch' yang dilapisi dengan jaket hitamnya. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi hanya membutuhkan waktu beberapa menit Lesya telah sampai di tempat tujuan. Lesya memasuki kafe yang di sambut dengan senyuman dan anggukan kepala oleh semua karyawannya. Sedangkan Lesya mencari tempat yang kosong.
"Non mau minuman apa?" tanya salah satu waiters yang bertanya sopan kepada Lesya.
"Cappucinno." ujar Lesya dengan singkat.
Lesya melepaskan masker hitamnya yang melekat di bagian mulut dan hidungnya.
Tak... Tak... Tak
Lesya memainkan ponsel miliknya di ketukak-ketukan di mejanya, ia sangat malas ketika di kafe miliknya rata-rata pengunjungnya berpasang-pasangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lesya Story (END)
Teen Fiction[ HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA ] Lesya, dia adalah toko utama di cerita yang memiliki sikap antagonis. #Rank 1 Lesya (30/5/2020) #Rank 1 kejutan #Rank 1 Sia-sia (30/5/2020) #Rank 2 Rayhan