08. I do

1.3K 284 5
                                    

Yeji mengusap air matanya sambil duduk di halte tak jauh dari sekolahnya. Untungnya, halte sekolahnya sudah sepi dari para siswa sekolahnya dan Yeji bersyukur akan hal itu. Jadi orang-orang tidak perlu menyaksikan betapa menyedihkannya dia menangis sendirian seperti ini.

"Ternyata lo disini? Gue cariin lo kemana-mana."

Yeji menoleh dan mendapati Hyunjin sudah duduk di sebelahnya. Cowok itu bahkan dengan tidak tahu dirinya menyunggingkan senyuman super lebar yang membuat Yeji gemas dan ingin meninju wajah cowok itu. Yah minimal mematahkan tulang hidungnya lah. Atau membuat lebam di pipi kanan Hyunjin? Well, Yeji harus menahan diri.

"Lo ngapain sih gangguin gue terus?" Sewot Yeji. Cewek itu bener-bener nggak habis pikir sama Hyunjin. Apa sih yang cowok itu mau darinya? Kenapa akhir-akhir ini dia selalu mengekorinya seolah-olah Yeji punya hutang yang belum dia bayar.

"Weits, santai dong non. Gue kesini mau menghibur lo sekaligus mau nawarin lo sesuatu."

"Nggak, makasih." Sahut Yeji tanpa minat.

"Lo kan belom denger tawaran gue apa." Hyunjin merajuk. Tapi sumpah Yeji malah makin pengen menonjok cowok itu. Sok imut banget najis! Lagi-lagi Yeji mati-matian menyimpan bogem mentahnya agar tidak melayang ke arah Hyunjin.

"Gue nggak minat buat berurusan sama lo. Jadi gue minta lo pergi deh." Usir Yeji.

Hyunjin memutar bola matanya. Rasanya dia sudah ratusan kali di usir sama cewek itu tapi Hyunjin juga nggak tahu kenapa dia masih bersikeras untuk mendekati Yeji yang di nobatkan sebagai siswa paling jutek se Harapan Bangsa.

"Ini soal Soobin." Yeji langsung menoleh ke arah Hyunjin begitu cowok itu menyebutkan nama Soobin.

"What?"

Hyunjin seketika tersenyum tipis. Dia berhasil mendapatkan atensi cewek itu. "Gue bakal bantuin lo, buat dapetin Soobin." Dahi Yeji mengkerut. Jujur aja, Yeji makin nggak ngerti sama jalan pikiran Hyunjin yang nggak pernah bisa ketebak.

"Gue tahu lo suka kan sama sa-ha-bat-lo itu." Kata Hyunjin dengan menekankan pada kata sahabat. Sengaja menyindir si tuan putri yang masih menatapnya penuh tanya.

"Dan urusannya sama lo apa? I mean, kenapa lo mau bantuin gue?" Tanya Yeji heran sekaligus menuntut penjelasan dari Hyunjin.

"Emang nggak ada hubungannya sama gue. Cuman, karena gue baik jadi gue mutusin buat bantuin lo. Dan satu hal lagi, lo butuh orang lain buat dapetin cowok itu. Dan gue, adalah partner yang tepat." Hyunjn tersenyum bangga. "Apalagi, gue tahu kalau lo mulai khawatir kan dengan keberadaan Lia?"

Yeji tertawa sinis mendengar perkataan Hyunjin. Bagaimana bisa cowok itu tahu begitu banyak soal dirinya? Tapi jujur saja Yeji cukup tertarik dengan tawaran cowok di sebelahnya padahal kalau Yeji ingat, dia baru kenal dengan si Hyunjin ini kurang dari seminggu. Tapi bagaimana bisa dia bisa semudah itu mempengaruhi Yeji?

"Gue tahu lo cemburu?" Kata Hyunjin lagi. Sengaja memancing Yeji agar cewek itu sadar dengan perasaannya.

Yeji menatap sinis Hyunjin yang duduk di sampingnya. "Excuse me?."

Hyunjin terkikik geli. Entah kenapa, dia selalu menikmati ekspresi Yeji yang kelihatan banget di galak-galakin. Padahal, Hyunjin tahu kalau Yeji bukan cewek yang seperti itu. Hyunjin tahu, Yeji hanya—

"Gue nggak cemburu."

"Terus?"

Yeji menarik nafas sebentar sebelum akhirnya buka suara, "Gue nggak pernah ngerti kenapa peran protagonis selalu menjadi pemeran utama dalam setiap cerita. Mereka tuh nggak ngelakuin apa-apa kecuali nangis tapi mereka selalu dapetin apapun yang mereka mau," Yeji kembali buka suara dan membuyarkan lamunan Hyunjin. "Tanpa peran antagonis, mereka bukan siapa-siapa. Mereka tidak akan terlihat baik tanpa ada yang terlihat jahat, jadi bukankah seharusnya peran antagonis yang mendapatkan segalanya?"

"Gue nggak pernah kepikiran itu sebelumnya sih, tapi gue rasa itu masuk akal," komentar Hyunjin.

"Peran antagonis selalu berusaha untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka berjuang, tidak pantang menyerah, itulah kenapa gue menyukai peran antagonis... tapi gue nggak mau kalah. Gue yakin pasti ada satu kisah dimana peran antagonis mendapatkan apa yang diinginkannya."

Hyunjin kembali menyeringai. "Jadi, apa jawaban lo?" tanyanya sekali lagi.

Seulas senyum terlihat menghiasi paras cantik Yeji, terlebih ketika ia mengulurkan tangannya kearah Hyunjin dan berkata, "Nice to meet you, partner-ku."

Kemudian Hyunjin menjabat telapak tangan Yeji dengan hangat.

Kemudian Hyunjin menjabat telapak tangan Yeji dengan hangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Right Trough Me✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang