Saling Membutuhkan

144 46 0
                                    

Daun butuh Hujan untuk tetap hidup dan bernafas

Jingga hanya menggelengkan kepala nya pelan mendengar suara ketus dari Rain dan juga dia sudah bisa tebak mood nya pasti sekarang sedang rusak.

Tapi tunggu

Dia tadi berbicara dengan siapa? Bukannya Rain hanya akan muncul pada saat malam kecuali keadaan nya sedang drop tapi tadi bisa dia dengar dari suaranya Rain terdengar sangat bahagia.

"Apa mungkin Rain sudah sembuh? " Gumamnya.

Tanpa pikir panjang Jingga segera menghubungi nomor Rain tetapi sialnya dia tidak mengangkat telepon darinya.

"Shit, dia pasti masih marah. "

Sedangkan di tempat lain Rain menatap malas kearah ponselnya, dia kemudian menonaktifkan hp nya yang terus berdering.

"Kenapa gak di angkat? " Tanya Hujan yang barusaja datang membawa satu mangkuk mie rebus di tangannya disusul oleh penjual jus.

"Males!"

"Baksonya gaada abis, jadi lo mau pesen apa? " Tanya Hujan yang belum mendudukkan bokongnya di kursi.

"Mangkuk gue mau mangkuk! "

"Buat?"

"Cepetan atau gue pergi! " Kesalnya.

Hujan hanya menghela nafasnya dan balik lagi mengambil mangkuk kosong dan setelah itu diletakkan di depan Rain bersamaan dengan dirinya yang duduk.

Rain mulai menyendokkan kuah mie yang ada di dalam mangkuk Hujan ke mangkuk kosong yang tadi diambilnya.

Deg

Hujan tertegun melihatnya, dia sibuk memperhatikkan Rain yang sedang asik menyeruput kuah itu.

"Lo sebenernya siapa sih? " Tanyanya dengan tatapan mengintimidasi.

"Gue Rain. " Jawabnya malas.

"Bukan. Lo-"

Belum sempat menyelesaikan ucapannya Angin datang dan langsung merangkul kasar bahunya membuat nya langsung tersedak.

"Kita perlu bicara!" Setelah itu Angin langsung pergi dan tak lama Hujan bangkit mengikutinya.

Rain hanya menghendikkan bahunya acuh, biarlah dua cowok itu pergi karena hanya akan membuatnya pusing jika sudah bertemu.

~~~~~

"DIA DAUN KAN? LO PEMBOHONG! " Bentak Hujan dengan meninju keras tembok yang ada di samping nya.

"JAWAB? KENAPA LO SEMBUNYIIN DIA HAH? "

"Alter Ago. "

"Maksud lo? "

"Kepribadiannya memang dia tapi dia bukan Daun kita. " Angin menatap sinis kearah Hujan yang mulai membahas perilahal dia.

"Dia masih dalam proses pemulihan, gue bakal balikin Rain kembali karena lo pasti ngerti kita ada di kejadian itu! "

"Tapi apa hubungan Rain dengan dia? "

"Gue masih cari tahu. "

"Gak lo gak boleh balikin Rain seperti semula, gue butuh dia." Lirih Hujan yang membuat emosi Angin menjadi naik.

"LO SADAR KEN DIA BUKAN DAUN!" Tegas Angin tak habis pikir dengan jalan pikiran Hujan.

"Terserah, pokoknya gue gamau Rain sembuh. " Setelah itu Hujan pergi meninggalkan Angin yang sedang mengeraskan rahangnya.

Dia sudah hilang akal, tidak peduli lagi yang dia butuh sekarang hanya gadisnya yang dulu. Dia menyesal telah meninggalkan nya dan sekarang dia kembali untuknya. Hujan percaya pasti dia sengaja mengirimkan Rain untuknya meskipun dalam wajah yang lain.

Flashback on

"Angin kenapa Hujan pergi ninggalin Daun sendirian. "Isak seorang perempuan kecil di sela sela tangisannya.

"Stttt, Ada Angin disini yang bakal nemenin Daun. " Angin kecil mengusap usap bahu anak perempuan tadi.

Bukannya mereda tangis anak perempuan itu malah semakin keras,membuat semua orang yang sedang berlalu lalang di taman itu menatap heran kearah mereka.

"Tapi Daun Butuh Hujan."

"Dan Angin butuh Daun. "

Seketika Daun langsung menatap manik yang sedang menatap nya tajam itu. Angin langsung mengahpus air mata yang mulai reda di pipi Daun.

"Angin janji ya bakal selalu jagain Daun? " Anak itu menaikkan jari kelingking nya keatas dan langsung ditautkan ke jari kelingking Angin.

"Janji. "

Flashback Off

"Sorry gue lama! " Hujan menghampir Rain dengan wajah datarnya.

"Oke. Lo kenapa? "

"Gapapa. "

"Kalo gue minta sesuatu boleh? " Terusnya lagi.

Rain hanya menaikkan sebelah alisnya. "Gue minta lo jauhin Angin. Gue dengan senang hati bisa jagain lo. " Hujan menggenggam erat tangan Rain.

Rain menggelengkan kepalanya. "Gue gabisa. Ada sesuatu yang bikin gue harus terus sama dia." Rain menarik kembali tangannya.

"CEILEHH SO SO AN DRAMATIS. " Vano datang menghampiri mereka berdua.

"Udah dewasa ya Babang Ken. " Giri langsung nyaut dan duduk di sebelah Rain.

Mereka berdua memang teman laknat, mereka tidak tahu situasi dan kondisi. Hujan sedang mengumpat kesal di dalam hatinya karena mereka datang menjadi pengganggu saja.

"Ken berubah ya setelah gue cium. " Rain tertawa mengejek kearah Vani dan Giri yang ditujukkan untuk Ken.

"Eh Anjir jadi lo beneran nyium ni bocah? " Tunjuk Vano ke muka Hujan tanpa melihatnya.

Sedangkan Hujan pipi nya sudah bersemu merah, Dia sangat malu jika membahas perihal waktu itu. Apalah daya nya yang masih polos.

"Wkwk si ken langsung Blushing. " Giri tertawa terbahak bahak melihat perubahan raut wajah Hujan.

Rain dan Vano hanya ikut terkekeh melihatnya. Memang Rain sangat pintar dalam mencairkan suasana.

DaundrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang