Lo butuh gue

120 41 0
                                    

Ajarkan aku untuk bisa merelakan seseorang tanpa sebuah jawaban

"Bintang? " Panggil Nadira ketika melihat Bintang memasuki perpustakaan dengan senyuman yang tak luput dari bibirnya.

Bintang hanya menatap nya datar sebentar dan setelah itu dia masuk kedalam mencari buku di berbagai rak. Nadira langsung mengikuti langkah Bintang dia mengikuti gerak gerik Bintang di depannya yang hanya terhalang rak buku kosong.

"Bin? " Ulang Nadira saat Bintang membuka salah satu buku dan membacanya.

"Hm."

"Gue minta maaf. " Nadira melipatkan tangannya diatas rak sebagai penumpu kepalanya masuk kedalam.

"Hm. "

"Lo bisa jelasin? Disini gue salah apa? Gue cuma gamau pacar gue deket sama cewek lain? Lo anggap gue apasih? Gue pacar lo bukan dia! "

Deg

Bintang langsung tertegun dia menatap Nadira dengan pandangan yang sulit diartikan dan selanjutnya dia mengusap pelan kepala Nadira.

"Maaf. "

Nadira langsung tersenyum senang hanya dengan mendengar kata maaf saja dia langsung berlari menghampiri Bintang dan memeluknya.

"Makasih. "

"Hmm. " Bintang membalas pelukan Nadira dan mengusap usap rambutnya.

"Lo jauhin dia demi gue ya! "

Bintang langsung melepaskan pelukannya dan memegang erat bahu Nadira. "Lo cukup ngertiin gue."

"Ngertiin gimana sih Bin?  Gue gak ngerti, maksud lo dalam hal apa? " Nadira mulai terisak hanya dengan mengucapkan kata itu.

Gue gatau

"Nad? Anggap aja ini rintangan dalam hubungan kita ya! "

"Ajarin gue. Anjarin gue buat bisa ngelewatin ini semua. " Nadira kembali memeluk Bintang dengan isakannya.

Karena sejujurnya gue gatau hati ini kepada siapa akan berlabuh

~~~~~

"Rain gue mau ngomong sesuatu! " Ucap Angin langsung menarik tangan Rain yang sedang bergelayut manja di tangan Bintang dengan Nadira yang sedang makan didepannya.

"Apa sih lo! " Rain menghempaskan kasar tangan Rain tetapi Angin tetap pada pendiriannya dia menarik kembali tangan Rain.

"Angin lo apa apaan sih! " Bintang bangkit dari duduknya berniat akan menyusul Rain.

"Stop it. Lo diem disitu gue ada urusan sama dia! " Bentak Angin yang langsung membuat Bintang berhenti karena dia sangat tahu sahabatnya jika sudah berbicara dengan nada tinggi maka itu berarti urusannya sangat penting.

Rain diseret oleh Angin menuju taman belakang sekolah, karena hanya tempat itulah yang jarang didatangi oleh semua siswa karena mitos nya terkenal angker.

"Kenapa lo lakuin itu ke Nadira? " Tanya Angin datar.

"Gue gak suka sama dia! " Ketus Rain dan setelah itu dia duduk dengan melipat kedua tangannya di dada.

"Sekarang lo bayangin kalo lo ada di posisi Nadira gimana? Gimana perasaan lo saat pacar lo sendiri memilih cewek lain daripada dia? " Angin berlutut di hadapan Rain mensejajarkan badannya.

"Bilang aja lo suka! Gue sih bakal biasa aja karena cewek itu adalah ADIKNYA! " Rain memutar kedua bola matanya malas.

"Tapi kenyataannya Nadira gatau kalau lo itu adiknya! " Tegas Angin menatap tajam Rain yang seketika langsung ciut di tempatnya.

Hening

"Kenapa lo diem? Baru nyadar lo? Lo itu salah!  Kalau lo mau deket sama Bintang tanpa komentar orang lain lo bilang sekarang ke seluruh dunia lo itu adalah adiknya! " Angin beranjak dari tempat itu dengan memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.

Rain tidak menjawab lagi perkataan Angin dia menyatukkan tangannya dan menatap lurus ke depan.

Gue sayang sama lo bang

"RAIN! " Teriak Hujan yang sedang berlari menghampiri nya.

Rain mendongakkan kepalanya menatap Hujan dengan mata yang berkaca kaca, dia butuh seseorang sekarang untuk menjadi sandarann nya.

Belum sempat Hujan berbicara lagi Rain langsung berhambur ke pelukannya dan menumpahkan segala kesesihannya disana.

"Lo kenapa? Lo diganggu hantu disini? " Tanya Hujan  melepaskan pelukannya dan menatap Rain serius.

"Ish. " Rain memukul bahu Hujan dan kemudian dia mengucek mata nya yang hampir saja mengeluarkan air mata.

"Gue serius. Lo ngapain disini sendirian? "

Bukannya menjawab pertanyaan Hujan. Rain malah memeluk kembali Hujan yang masih terlihat bingung.

"Gue butuh Hujan. " Gumam Rain yang masih terdengar oleh Hujan.

"Daun butuh Hujan. " Ulang Hujan mengusap bahu Rain.

Rain mematung di tempatnya, kenapa selalu seperti ini kepalanya serasa di ombang ambing oleh masalalu. Dia sakit,

"Shhh. " Rain memegang kepalanya yang berputar putar.

Hujan yang mengerti dengan situasi segera mengusap kepala Rain mencoba meredakan sakit nya dengan terus mengecup puncuk kepala Rain.

Ini kali kedua lo ada disaat gue butuh

Hujan mengeratkan pelukannya seolah tidak mau Rain pergi dari dirinya, "Daun itu milik Hujan! " Bisik Hujan di sela sela pelukannya.

"Daun? "

"Sttt. "






DaundrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang