Kalung itu lagi

79 31 1
                                    

Semuanya sudah mati termasuk kenangan kita

Flashback on

"Gue yang bikin ppt dan lo cari materi! " Ucap seorang cewek dan langsung mengeluarkan laptopnya.

"Oke. " Jawabnya.

Tapi saat dia akan mencari bahan materi matanya tertuju pada seseorang yang dia kenal sedang berpelukan entah bersama siapa yang jelas itu spesies sama seperti dirinya.

Rain

Angin menyipitkan matanya memperjelas seseorang yang dia duga adalah Rain. Dan ternyata benar setelah melepaskan pelukan nya banyak yang memuji mereka. Tapi siapa cowok itu?

Angin terus memperhatikkan gerak gerik mereka berdua. Cowok itu pergi ke toilet sebentar dan Rain yang pergi keluar. Sepertinya mereka akan pindah tempat karena disini terlalu ramai hanya dengan melihat adegan mesra seperti itu.

"Dea lo kerjain dulu. Gue ada urusan. " Ucap Angin kepada teman sekelompoknya. Karena Angin dan Dea terlambat mengumpulkan tugas jadi tugas mereka ditambah dengan membuat power point.

Dea hanya ber oh iya, dia masih fokus dengan kegiatannya di layar laptop.

Angin duduk di kursi yang tadi ditempati oleh Rain. Dia bersidekap dada menunggu cowok itu selesai dari toilet.

"Apa hubungan lo sama Rain? " Jingga langsung disuguhkan pertanyaan ketika baru keluar dari toilet.

"Penting buat lo? "

"Gue orang yang ditunjuk Bu indah buat bikin dia sembuh? " Ucap Angin memberi tahu.

"Oh jadi elo orangnya? " Tanya Jingga menatap sinis Angin.

"Jadi lo siapanya Rain? " Angin masih keukeuh dengan pertanyaan pertamanya.

"Bukan itu yang seharusnya lo tau. "

Jingga menghembuskan nafasnya mulai mengingat kejadian masalalu dimana dia, Rain dan Daun.

"Lo pasti kenal Daun? Dan dia adalah kembaran Rain. "

Kembaran?

Angin diam ditempatnya meresapi kata kata yang keluar dari mulut cowok di depannya ini. Setau dia Daun itu hanya memiliki satu orang kakak dan.

Bintang

Drtt Drtt

Angin langsung mengalihkan pandangan nya kearah ponsel Jingga yang berdering.

"Iya Rain. Gue baru selesai. "

"Lo diluar? Oke wait. "

"Sorry bro gue harus cabut. Pesan gue cuma satu jangan terlalu tekan Rain." Setelah itu Jingga mengambil jaket nya dan pergi dengan terburu buru.

Flashback Off

"Ngapain aja lo sama si Ken?" Tanya Angin saat mendengar suara pintu kamarnya dibuka oleh seseorang.

"Tidur! "

Angin terlonjak kaget di kasur nya. Hampir saja bola matanya keluar. "Lo gila? " Bentak Angin.

"Iya. Gue gak setepos yang lo bilang. " Kesal Rain dan duduk di sisi ranjang Angin.

Angin menghembuskan nafasnya kasar dan berjongkok di hadapan Rain yang sedang merajuk tidak terima disebut tepos. Padahal mah beuh modelan kaya Rain itu godaan iman kaum adam.

"Emang dasar nya udah tepos. " Angin menjitak pelan kepala Rain. Padahal Rain sudah siap dengan segala bujuk rayu yang akan dikeluarkan oleh Angin, Eh malah kepalanya yang menjadi sasaran seperti nya seorang Rain harus bertindak.

Seketika langsung terbit senyuman jail dari bibir Rain dia mengalungkan tangannya yang lebih leluasa karena Angin yang berjongkok di bawah nya.

Rain memiringkan kepalanya dan kemudian berbisik. "Yakin? " Tanya Rain diikuti gerakan lain dengan menggigit pelan telinga Angin.

"PANAS PANAS. ASTAGFIRULOH." Angin melompat lompat tidak jelas seperti sedang kesetanan dan kemudian mengunci diri di dalam kamar mandi.

Rain hanya bisa terkekeh melihat kelakuan Angin. Dia menggeleng gelengkan kepalanya tidak paham dengan sifat labil Angin yang dengan mudah cepat berubah.

Lalu pandangan Rain tertuju pada laci di kamar Angin yang membuat nya penasaran, karena waktu itu Angin pernah menghalang halanginya membuka laci tersebut.

Dia berjalan perlahan dengan mata yang tak lepas dari laci itu. Kemudian dia membuka nya sedikit demi sedikit dan yang dia temukan hanya sebuah kalung dengan liontinnya.

Rain mengambil kalung itu dengan iseng dia memakai nya hanya untuk mencoba karena kalung itu sangat menarik dimatanya. Kemudian dia membuka liontin dengan bentuk hati itu dan telihat foto dua orang anak kecil.

Rain merasa familiar dengan kedua orang itu dia mencoba mengingat ingat tapi bukan jawaban yang dia dapat melainkan rasa sakit yang sangat hebat bertepatan dengan suara gludug tanda hujan dari luar.

Rain langsung berguling guling tidak jelas hanya dengan gemercik air hujan yang mulai mengenai bangunan itu sehingga menimbulkan bunyi yang sangat nyaring. Rain berguling ke kanan ke kiri memegangi kepalanya mencoba mencari posisi agar sakitnya berkurang.

Bukannya melemah kepalanya malah semakin hebat merasakan rasa sakit sampai dia membenturkan pelipisnya sendiri dan keluarlah cairan kental dari pelipisnya.

"RAIN! " Pekik Angin saat baru keluar dari kamar mandi.

"Lo kenapa Rain. Lo kenapa bisa kaya gini?. "Angin membawa Rain ke pelukannya tidak tega dengan apa yang dilakukan gadis itu.

"Sssaak--kit. "Rain masih setia memegang kepalanya yang terus berdenyut.

Setelah itu Rain langsung tidak sadarkan diri di pelukan Angin. Dengan segera dia merebahkan tubuh Rain diatas kasur dan diambilnya kotak p3k untuk mengobati pelipisnya yang berdarah tadi.

Dia bimbang apakah dia harus menelpon Bu Indah dokter Rain ataukah tidak? Pasalnya dia tidak mungkin mengganggu nya di tengah malam seperti ini, itu hanya akan mengganggu acara bersama keluarganya. Angin rasa sebaiknya besok dia akan membawa Rain kesana.




DaundrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang