Gue seorang pengecut

159 37 3
                                    

Kamu adalah alasan ku tetap bertahan di dalam dunia yang sangat membenciku

"Lo kenapa gak tinggal bareng Hujan? Secara kan dia sodara lo? "

Angin terlihat langsung merubah raut wajahnya,dia seperti tidak suka ada seseorang yang menanyakkan keadaan keluarganya apalagi Rain hanya orang baru di hidupnya.

"Ekhemm maaf Neng." Penjual bakso itu memberi kode kepada Rain melalui kontak matanya melirik kesamping Rain. Dan disana sudah banyak sekali orang orang yang sedang antre membeli bakso di tempat ini, bahkan Rain tidak sadar kalau tempat ini benar benar ricuh.

Awas dong mba nya kita juga mau makan

Kalo ngobrol tu inget tempat Mas Mba

Iya pacaran mulu

Dasar anak jaman sekarang gak tau tempat

Tapi dilihat lihat lucu juga

Lumayan buat cuci mata

Cewek nya baik mau nemenin dari nol

Begitulah kira kira celotehan Ibu Ibu yang sedang mengantri panjang. Mereka sebenarnya tidak keberatan jika Rain dan Jingga berada disana tapi apalah daya mereka yang sudah pegap dan sangat kelaparan.

"Maaf pak. Kami permisi, ini uangnya! " Angin menyerahkan uang selembar seratus ribu dan langsung pergi membawa Rain ke parkiran.

"Mas kembaliannya. " Teriak si penjual bakso.

"Ambil aja. " Acuh Angin tanpa mau menoleh ke belakang.

Rain dituntun sampai ke parkiran, dia daritadi hanya fokus melihat genggaman tangan Angin yang menariknya. Rasanya seperti terbakar ada di posisi ini. Tapi dia dengan cepat merubah ekspresinya kala mereka sampai di pinggir motor Angin dan menaikinya.

"Lo belum jawab pertanyaan gue kalau lo lupa!" Sindir Angin dengan menatap Angin lewat kaca spionnya.

Angin melajukkan motornya dengan kecepatan diatas rata rata. Hal itu membuat Rain langsung memeluknya. Entah itu untuk modus belaka atau kah Angin menghindari jawaban itu.

Tapi tiba tiba Angin menepikkan motornya di jalanan yang lumayan sepi jarang dilewati kendaraan lain karena ini merupakkan jalan yang sangat jauh menuju ke tempat tujuan.

"Gue pembunuh! " Ucap Angin tiba tiba memegang helm nya di depan dan menatap lurus ke jalanan.

Seolah tahu Rain ingin lebih Angin kembali mengeluarkan suara. "Gue seorang pembunuh Rain. Gue bunuh anak orang."

"Alasannya? "

"Guee.. Guee gak terima dia. " Mati matian Angin menyembunyikkan raut wajah ketakutannya dengan terus membuang muka kesamping.

"Hujan tau? "

"Dia gak tahu karena waktu itu dia sering pergi ke luar negeri untuk berobat dan saat pulang mereka semua langsung menyembunyikkan semua nya. "

"Lo pengecut! " Ucap Rain menggebu gebu. Entah kenapa dia sangat marah mendengar semuanya.

"Gue emang pengecut dan lo benar. Lo harus benci gue. " Matanya mulai memerah berusaha menahan cairan bening yang akan keluar.

Rain langsung memeluk Angin dari belakang. Dia tahu kehilangan seseorang itu sangat menyakitkan dan sekarang dia tidak mau Angin merasa kesepian hanya dengan kejadian masalalu yang menghantui nya.

"Gue sangat ngerti apa yang lo rasain sekarang. " Angin membalas pepukan itu dengan mengusap usap tangan Rain yang memeluknya erat.

"Maafin gue. "

"Iya Angin."

Rain sesegukkan di punggung Angin dan Angin yang terus mengulang ulang kejadian masalalu di pikirannya. Dia sangat terpukul dengan kecelakaan waktu itu meskipun kejadian itu bukan seratus persen kesalahannya tapi dia ada di tempat kejadian menyaksikkan semuanya.

~~~~~

"Eh lo anak baru berani berani nya lo deketin tiga cowok sekaligus di sekolah ini. " Bentak seseorang di bilik toilet.

"Apa urusan nya sama lo? " Tanya nya dengan senyuman sinis.

"Gue udah lama suka sama Angin. Dan lo dengan seenaknya langsung datang ngalihin semua perhatian Angin ke lo! " Cewek tersebut mendorong bahu Rain dengan telunjuknya.

"Habisin aja Cik." Kompor salah satu teman nya yang bernama Vivi membuat suasana hati Cika menjadi keruh.

Ya, orang itu adalah Cika. Tadi pagi mereka mengikuti Rain sampai kesini dan berakhir lah dengan adu mulut diantara mereka berdua.

"Lo denger ya Hujan itu punya gue. " Bentak salah satu teman Cika yang lainnya yang bernama Keina.

"Lo dengerkan jadi jauhin mereka berdua. " Cika tersenyum mengejek melihat penampilan Rain.

Rain tidak takut dengan apapun,maka sekarang dia mendongakkan kepalanya keatas menantang Cika dan teman temannya.

"Gue GAK MAU. " Tekan Rain diikuti kerlingan matanya kearah Cika.

"Berani ya lo. "

Plak

Cika langsung menampar pipi Rain dengan sekuat tenaga sehingga wajah Rain langsung tertutupi dengan rambutnya karena terhuyung ke pinggir.

Plak

Rain langsung membalas tamparan Cika, dia tidak segan segan menghabisi Cika jika mereka selalu mengganggu hidupnya.

"Guys. " Geram Cika dan kedua temannya langsung memegang tangan Rain dengan kencang.

Rain tentu saja memberontak dia tidak terima diperlakukan seperti ini tapi apa dayanya dia hanya satu orang sedangkan Cika tiga orang.

Plak

"Ini buat lo yang udah deketin Angin. "

Plak

"Ini buat lo yang udah ngerebut Hujan darj Keina. "

Plak

"Dan ini buat lo yang udah kecentilan narik perhatian Bintang dari Nadira. "

Byurr

Cika mengambil ember di pinggir kakinya dan menyiramkan nya keatas kepala Rain membuatnya basah kuyup.

Tubuh Rain terasa lemas, dia kedinginan. Mengingatkannya kepada kejadian masalalu."Shh. " Rintihnya.

"Gimana? Gue peringatin sekali lagi lo berhenti deketin mereka semua. "

Rain langsung duduk tersungkur dengan Cika menarik rambutnya kebelakang sehingga Rain langsung mendongak melihat wajah yang dipenuhi amarah Cika.




DaundrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang