Dibalik Hujan

310 83 35
                                    

Terkadang kita tidak sepeka itu.
Mengetahui perasaan seseorang dengan begitu mudahnya.

Hari hari nya kembali lagi harus dipertemukan dengan yang namanya sekolah, sebenarnya dia sangat muak dengan keadaannya ini yang merubah segalanya.

Di wajahnya memang dia terlihat sangat senang dan lemah tetapi lain di hatinya dia ingin mengeluarkan semua keluhannya kepada semua orang.

Dia lelah

Tetapi wajahnya tidak terlihat seperti itu, dia ingin sembuh dari semua yang menyiksa hidupnya ini selama berbelas tahun.

Gadis itu menatap keluar jendela angkutan umum dan terlihat langit mulai berubah menjadi gelap diikuti suara gemuruh petir yang lumayan keras.

Sepertinya sebentar lagi akan segera turun hujan dia harus segera sampai disekolah atau tidak sama sekali.

Tangannya mulai bergetar tak karuan. Dia mengeratkan jaket hitam yang dibawanya tadi ke tubuhnya yang semakin cepat bergetar.

Guludugg Guludugg

Langit yang berwarna hitam ke abu abuan itu sedikit demi sedikit mengeluarkan beberapa bulir air hujan.

Gadis itu semakin bergetar hebat saat terkena tetesan kecil dari arah jendela, "Di..sss.s..si.. ni pak. " Setelah memberikan ongkos nya dia segera berlari masuk ke dalam sekolah nya.

Sekolah sudah lumayan ramai, Nana segera membanting tas birunya dan dengan cepat dia mengambil satu botol kecil obat. Dan tak lupa dia mengeluarkan buku teman temannya di meja.

Nana  berlari dengan terseok seok tujuannya sekarang adalah uks, ya dia harus segera sampai di tempat itu.

"Ibuuu. " Nana merintih kesakitan di lantai pojok kasur uks. Dia meringkuk merasakan sakit pada kepalanya yang terus berdenyut tiada henti.

Kepalanya seakan memaksa dirinya untuk mengingat kejadian masa silam tapi tubuhnya menolak untuk kembali mengingatnya.

Bibir nya pucat menahan erangan sakit yang ingin dia keluarkan, Nana menggingit bibir bawahnya untuk sedikit menghilangkan rasa sakit nya.

"Jangan.. Jangan... Jangan. " Kepala nya menggeleng ke kanan dan ke kiri dengan mata yang dia pejamkan dengan erat.

"Hiks Hikss Ibuu Hikss. "

"Ibuuu, sakit. "

Nana memasukkan obat yang tadi dia ambil kedalam mulutnya, tetapi nihil obat itu tidak membantu disaat Nana sedang drop seperti ini.

Dia kemudian mengeluatkan sebuah kater dari saku seragam putihnya dan mulai menyayat sedikit demi sedikit pergelangan tangannya hingga mengeluarkan cairan kental berwarna merah.

"Astagfirulloh, " Seseorang terkaget melihat ada seorang gadis yang sedang meringkuk di bawah kasur dan para nya dia sedang melakukan aksi bunuh diri.

Nana tidak terganggu sama sekali dia terus melanjutkan sayatan ketiga nya. Namun, untuk kali ini tangannya terasa berat seperti ada yang menahannya.

Dia mendongak keatas belum sempat dia berkata bibirnya lebih dulu diraup oleh seseorang yang tidak sama sekali tidak dia kenal. Nana menjatuhkan kater nya dan memukul mukul dada bidang cowok itu tetapi orang tersebut malah semakin memperdalam ciumannya di bibir Nana dan sampai pada keduanya hampir kehabisan nafas.

Mata mereka bertemu dengan jarak yang sangat dekat,hidung keduanya pun masih menempel satu sama lain.

Plakk

Nana menampar keras cowok tersebut,karena keduanya sama sama terkejut dengan perbuatan mereka,dia langsung terhuyung ke belakang.

"Apa apaan sih lo, gue itu jelas jelas udah nyelamatin elo. " Cowok itu mengusap usap sikunya yang berbentur salah satu tiang kasur di belakangnya.

"Nana gak ngapa ngapain. "

"Gak ngapa ngapain?" Beonya.

"Lo hampir bunuh diri tau gak, Mati lo tau kan? Karena saking greget nya dia menonjok dinding di samping kepala Nana.

"Nana.. Nana gak ngapa ngapain.. Arggghhh. " Dia memukul mukul kepalanya sendiri karena ingatan itu kembali muncul di hadapannya.

Cowok itu kaget dengan apa yang dilakukan Nana, tanpa pikir panjang lagi dia segera membawa Nana ke dalam pelukannya.  Mengusap usap punggungnya berharap itu bisa meredakan sakit nya.

"Saaa... Kkkit. " Nana mencengkram erat punggung cowok itu menyalurkan rasa sakit nya.

Tanpa merasakan sakit dia terus mengusap rambut Nana, dengan bibir nya yang tanpa henti mengecup puncuk kepala Nana.

Hening

Tidak ada lagi suara rintihan gadis di dekapannya ini, dia kemudia melihat ke arah dadanya dan melihat gadis itu tertidur pulas dengan nafas teraturnya dan air mata yang masih belum kering di pipi nya.

Cowok itu yang diketahui namanya adalah Kenrahujan Atmaja, dengan sigap dia memindahkan gadis itu ke atas kasur dengan sangat hati hati.

Melihat tangan Nana yang terluka dia segera mencari cari kotak merah yang ada di uks dan segera mengobati luka sayatan di tangan Nana.

"Bego! " Umpatnya saat melihat ada dua sayatan disana, untung nya dia gak terlalu sinting untuk memperdalam tekanan kater nya.

~~~~~

"Darimana lo? Baru juga masuk sekolah udah bolos aja loh. " Bintang menghampiri ken yang barusaja memesan makanan nya.

"Gada bedanya sama lo. " Ken mulai memakan nasi goreng nya.

"Hehh kita ini udah senior disini sedangkan lo masih junior, ya gak?" Bintang menyenggol tangan Angin yang sedang menyalakan rokok nya.

"Hmm. "

"Si Giri sama Vano kemana tu curut? " Terus Angin menatap lekat Bintang.

"Ohh dia lagi dihukum Pak Tarno karena ketauan jailin istrinya tadi pas dateng ke sekolah. " Jelas Bintang dengan memasukkan dua gorengan ke mulutnya.

Angin hanya menggeleng gelengkan kepalanya mendengar kelakuan kedua temannya itu, dan saat itu lah dia akan berteriak-

"Bukan temen gue. " Sahut ken dan meminum es teh nya.

"Itukan yang mau lo bilang?"

Angin hanya mampu menghela nafasnya, jika sudah ada kembaran nya ini pasti saja pikirannya akan langsung tertebak sempurna.

"Dasar upin ipin. "

"Apa lo Ucok! "

"Lo Tarman. "

"Bacot lo Wangsih. " Ken menaikkan pisau di dekatnya yang tadi dia gunakan untuk membuka botol minuman milik Bi Imah. Dan membuat Bintang langsung begidik ngeri.

"Dira mana? Bintang mengalihkan pembicaraan nya untuk menghindari perdebatan yang akan berujung kematian ini.

"Lo masih gak ngerti? " Angin menatap tajam Bintang yang sedang menggaruk garuk lehernya yang tidak gatal dan menggelengkan kepalanya tidak mengerti.

"Anjing lo. " Angin bangkit dari duduknya dengan meletakkan uang sepuluh ribu dan pergi tanpa mengucapakan sepatah kata pun.





DaundrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang