Seolah dipermainkan oleh satu orang yang berubah menjadi dua orang.
"Enghh. " Rain merenggangkan kedua tangannya yang terasa sangat pegal dan kepalanya yang masih berputar putar.Dia membuka kedua matanya dan mulai menyesuaikan cahaya yang berada di dalam ruangan yang bernuansa navy.
Tunggu-
Ini bukan kamarnya, lalu dimana dia sekarang. Rain membellakkkan matanya saat menyadari baju nya sudah berganti dengan kaos oblong kebesaran yang dia kira pasti milik seorang cowok.
"Punya siapa? " Angin meninggikan tangannya yang memegang erat sebuah kalung yang biasa dia pakai.
"Gue! "
"Udah berani ya lo sekarang? " Angin mulai mendekati Rain yang masih terbaring memegangi kepalanya.
"Kenapa gue harus takut?"
"Di sekolah aja kayanya kaya orang cupu, tapi diluar udah kaya jalang lo! " Angin mencengkram kuat dagu Rain.
"Maksud lo? " Tanya nya dengan susah payah.
"Lo Nana kan? "
"GUE RAIN BUKAN NANA! " teriaknya tidak terima.
"Lo nyuri ini darimana hah? Jelas jelas gue liat kalung ini dipake Nana dan gue gak mungkin salah liat disini ada foto gue sama dia! " Angin menghempaskan wajah Rain kesamping.
Flashback on
"Gue gamau, " Ucap Angin dengan sesekali mengecup leher putih Rain yang tidak terhalang apapun karena rambutnya yang digulung keatas.
Deg
"Enghh.. Le.. pas.. sin!" Rain semakin kehilangan kesadarannya dan ambruk di pelukan Angin.
Pikiran Angin serasa diputar putar dibawa ke amsalalu yang seharusnya itu semua sudah harus ditutup rapat oleh waktu.
Dia kembali lagi bertemu lagi dengan kalung yang seharusnya sudah dia bawa sejak dulu, pikirannya menjadi kacau seperti ini hanya dengan mengingat kembali dia yang sudah pergi.
Kemudian Angin mengambil paksa kalung yang dipakai oleh Rain dan segera membopong badannya untuk diintrogasi nanti. Niatnya yang akan bersenang senang bersama wanita malah berakhir dengan kejadian masalalu yang tidak perlu dia ungkit lagi.
Flashback Off
"GUE GAK TAU DAN GAK MAU TAU! " Rain memegangi kepalanya yang terasa berdenyut dengan berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh Angin.
"Hujan... Hujann iya hujan. " Dia memukul mukul kepalanya sendiri saat sekelebat ingatan itu mulai menghampirinya lagi.
"Lo gapapa? " Angin yang tadinya akan kembali melontarkan berbagai banyak pertanyaan diurungkan setelah melihat Rain yang terlihat kesakitan.
"Gue bawa lo kerumah sakit! "
"Gak, ambilin obat gue. " Rain menunjuk kearah tas nya yang tak jauh dari tempatnya berbaring sekarang.
Angin dengan sigap segera mencari obat yang ada di dalam tas Rain, tetapi kemudian dia sedikit terkejut melihat sample dari obat itu. Dia ingat jelas saat itu ada sodara nya yang memiliki kelainan jiwa dan diberi obat sama seperti ini.
Apa cewek ini gila?
Berbagai macam pertanyaan semakin bertambah di kepala Angin, sampai dia melupakan Rain yang sedang merintih kesakitan.
"Shhh.. " Rain menghela nafasnya panjang setelah berhasil menyayat tangannya dengan pisau yang biasa disediakan Angin untuk memotong buah.
"Bego! " Angin segera merebut pisau itu dan melemparkannya ke dinding. Dan langsung memasukkan obat itu ke mulut Rain.
Tapi anehnya bukannya berhenti Rain malah semakin menjadi, Angin yang tidak tau harus berbuat apa segera mengikat tangan Rain yang masih bercucuran darah.
Pasti dia punya dokter khusus
Angin segera mengambil ponsel Rain dan betapa terkejut nya dia. Ponsel ini adalah ponsel yang sering digunakan oleh Nana. Meskipun Angin sangat cuek kepada Nana tapi dia pernah melihat Nana mengeluarkan ponsel ini dan wallpaper nya tetap sama.
Dia mulai mencari kontak dengan nama yang menandakan seperti dokter. Tapi matanya tertuju dengan kontak yang bernama Psikolog Rain dan dengan cepat ia langsung menelpon orang tersebut.
"Hallo Bu. Saya teman nya emm.. Rain. Dia sekarang tidak bisa dikendalikan!"
"..."
"Penyakit? "
"..."
"Baik Bu. "
Setelah mendapat persetujuan dari psikolog tadi bahwa dia akan segera datang kesini. Angin segera mengirimkan pesan tentang lokasi Apartemennya saat ini.
Angin hanya bisa mondar mandir ditempatnya dengan pikiran yang sudah kemana mana dan terus mendengar rintihan kesakitan dari Rain.
"Shhh.. Ibuuu Rain butuh Ibu. "
Angin langsung menuju kearah kamarnya tetapi tertahan dengan suara ketukan pintu.
Tok Tok
Cklek
"Dimana Nana? " Tanya seorang wanita paruh baya bekacamata tebal dengan memakai dress selutut dan membawa tas kecil ditangannya.
"Nana? " Beo Angin.
"Rain! "
"Di kamar. " Angin langsung memberi jalan kepada wanita itu mempersilahkannya lebih dulu memasuki kamar.
"Tunggu disini! " Peringat wanita itu dan menutup pintu kamar Angin.
What the fuck
Angin heran, ini kamar siapa? Kenapa seolah olah dia disini hanya orang asing yang mengantarkan korban kecelakaan ke rumah sakit.
Dengan perasaan gelisah Angin tidak tenang, dia duduk kemudian berdiri lagi dan begitu seterusnya sampai wanita itu membukakan pintu kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daundrina
Novela JuvenilRain sayang Daun Tapi Daun butuh Hujan bukan Angin yang datang hanya ingin menghancurkan Daundrina Maheswari Start: 18 April 2020