Jauh diatas sana

94 34 2
                                    

Gue egois gak sih. Kalau mau lo tetep ada di samping gue

"Rain lo yakin mau tinggal disini? " Tanya Bintang dengan raut wajah khawatir dan menatap Angin dengan tajam. Seolah dialah masalahnya disini.

Entah sudah berapa kali Bintang bertanya seperti itu, dia masih tidak percaya dengan seorang yang namanya Angin. Dan pasti jawaban Rain akan tetap sama.

"Iyaa Bang. Rain tinggal dulu disini! " Ucap Rain meyakinkan Bintang daritadi.

"Gue rada gak percaya sama ni anak! " Tunjuk Bintang pada Angin dengan dagunya.

"Gue juga Bin. Mending Rain tinggal sama gue aja. " Hujan mengedipkan sebelah matanya menggoda Rain.

Angin melemparkan ponselnya. Karena daritadi dia merasa sedang disindir sindir. "Lo tenang aja. Gue gak bakal ngapa ngapain dia, siapa juga yang tertarik sama badan tepos kaya gitu! " Sindir Angin dengan menatap Rain melalui ujung matanya.

Rain langsung mendelik tidak suka, Awas aja kalau Angin tergoda nantinya. Batin Rain berteriak meronta.

"Tapi-"

Ucapan Bintang terpotong dengan usapan halus dari Nadira dan kemudian dia menatap Nadira yang terlihat mengangguk.

Bintang menghembuskan nafasnya. "Yaudah kalau gitu. Besok kan libur, nanti Abang main kesini! " Ucap Bintang mengusap pelan kepala Rain dengan sayang.

"Iyaa, Bye Abang. Bye calon kakak ipar! " Ucap Rain menggoda Nadira yang sedari tadi hanya diam menundukkan kepala.

Nadira tersenyum tipis dengan pipi yang sedikit merona karena malu dan setelah itu mereka berdua pergi.

"Ngapain lo masih disini? " Ketus Angin.

"Siapa? gue? " Tanya Rain menunjuk dirinya sendiri.

"Bukan. Tu setan sebelah lo! "

Hujan langsung mendonggakkan kepalanya menatap tajam Angin. "Suka suka gue. Iyakan Rain? " Hujan merangkul bahu Rain.

"Heem. Gue juga mau lo ada disini! " Jawab Rain dengan tersenyum mengejek. Dia ingin membalas Angin yang menyebutnya tepos.

"Terserah. " Kemudian Angin pergi meninggalkan mereka berdua dengan wajah ditekuk entah karena apa.

"Ini Apartemen gue kalau kalian lupa!" Teriak Angin dari kamarnya dan di balas kekehan oleh kedua nya.

"Yaudah yuk Hujan kita main di kamar lo aja! " Teriak Rain sengaja agar Angin mendengarnya di dalam.

"Hayyyuuuu." Teriak Hujan tak kalah keras.

Angin langsung keluar dari kamarnya. "Gak, gaboleh." Ucap Angin dengan tegas.

"Kita cuma keluar elah. "  Hujan mengibaskan tangannya enteng.

"Iya lagian gue juga bosen. " Rain menyandarkan kepalanya di tangan Hujan dengan wajah sedikit ditekuk.

"Terserah. " Ucap Angin dingin.

~~~~~

"Kita mau kemana? " Tanya Rain karena daritadi mereka terus saja melewati semak semak belukar dan sudah jauh masuk kedalam hutan dengan berjalan kaki.

Rain sebenarnya sudah lelah, baru aja dia keluar dari rumah sakit dan sekarang dia harus berjalan sangat jauh.

"Ke tempat gue. Eh ralat kita! " Ucap Angin menatap Rain dengan tersenyum.

Rain yang melihat senyum Hujan malah menatapnya dengan horror. "Jangan macem macem ya lo! "Tegas Rain menunjuk wajah Hujan.

"Santai mbak. Gue gak akan macem macem. " Hujan terkekeh mendengar Ancaman dari gadis yang sedang di tuntunnya ini.

"Taraaaa. Udah sampe! " Hujan melepaskan pegangan tangannya dan setelah itu merentangkan nya untuk memberi tahu mereka sudah sampai di tempat tujuan.

Rain mengedarkan pandangannya. Yang dia lihat hanya lapangan basket sederhana dan tidak ada apa apa lagi disana.

"Nothing spesial? " Tanya Rain dengan mengangkat sebelah alisnya.

Hujan menunjuk keatas dan kemudian dia melompat mengambil tali seperti tangga yang digantungkan di pohon.

"Ayo? " Ajak Hujan dan mulai memegang tali  setelah itu dia menaiki nya diikuti oleh Rain dibawah.

Saat sampai diatas ternyata itu seperti rumah pohon tapi sedikit terbuka untuk memperlihatkan pemandangan air terjun yang terlihat darisana. Banyak gunung terlihat dari sana seperti mengelilingi mereka dan tentu saja pohon pinus yang tadi mereka lewati terlihat lebih indah dari atas sana. Semakin menambah keindahannya.

"Wahh bagus banget. Bener bener alami. " Takjub Rain dengan mata berbinar melihat sekelilingnya yang hampir terlihat darisana.

"This is verry spesial. " Ucap Hujan dengan menatap jauh gunung yang terlihat darisana.

"Lo pernah ngajak cewek sebelum gue? " Tanya Rain menatap Hujan yang terllihat sedang tersenyum.

"Ya gitu, Pacar kecil gue. Daun."

Daun?

"Dia mirip sama lo! " Terus Hujan mengalihkan pandangannya menjadi menatap lekat wajah Rain.

"Pantes lo waktu itu manggil gue Daun! " Rain mengangguk anggukkan kepala nya tanda mengerti.

Hujan tersenyum kecut. Dia menghembuskan nafasnya kasar. Selalu saja bayangan bersama Daun menghampiri nya.

"Gue kangen Daun. " Lirih Hujan tanpa sadar.

"Emang dia kemana?"

"Jauuuuhhh disana! " Tunjuk Hujan kearah langit dan setelah itu dia berbaring di paha Rain tanpa persetujuannya.

"Gue egois gak sih mau dia kembali? " Tanya Hujan menatap Rain dari bawah.

"Gimana ya. Dia udah gaada kan? Jadi gak mungkin aja gitu. " Rain tersenyum kikuk menanggapi pertanyaan konyol dari Hujan.

"Kalau gue mau lo selalu ada di samping gue gimana? "

DaundrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang