Kejujuran adalah hal yang sangat penting dalam menjalin sebuah hubungan
"Tempat ini? " Rain mengedarkan pandangan nya menatap satu persatu setiap sudut ruangan di tempat itu.
"Rumah lo! " Jawab Angin dengan membawa salah satu pigura foto yang terpajang disana. Angin meniup kaca foto tersebut karena terhalang oleh debu.
Rain diam tidak menjawab dia mengikuti langkah Angin dan berakhir melihat foto keluarganya dulu. Dimana ada Ayah, Ibu, Bintang, Rain, dan dia.
"Siapa dia? " Tanya Rain menunjuk fotonya sendiri.
"Itu lo Rain. Masa lo ga inget muka lo sendiri!" Angin terkekeh dengan jawabannya.
Disana ada dua orang anak perempuan dengan memakai baju couple berwarna biru muda dan yang membedakannya dari potongan rambut mereka. Rain yang dipotong pendek dan Daun yang di gerai panjang.
"Bukan itu bukan gue! " Bantah Rain tidak terima.
"Ini Rain Malatara dan ini Daun Maheswari! " Jelas Angin menunjuk bergantian dua anak di dalam foto itu.
Rain menggeleng kuat dia membanting pigura tersebut dan mencoba meyakinkan Angin dengan ucapannya.
Cringgg
"Gue bukan dia Angin. Gue bukan dia. " Rain berjalan mundur dan kemudian berlari sekencang kencangnya dari hadapan Angin.
Angin yang bingung tapi dengan segera dia menyusul langkah Rain yang terkesan sangat cepat tapi untungnya dia dapat dengan segera meraih tangan nya.
"Rain! " Panggil Angin agar Rain berhenti memberontak saat tangannya berhasil diraih oleh Angin.
"Lepasin. Lo gak percaya sama gue. " Teriak Rain dengan sekuat tenaga mencoba melepaskan cekalannya.
"Gue percaya. Gue percaya sama lo. Angin membawa Rain kedalam pelukannya dan diusap usap nya kepala Rain yang mulai terisak di dada nya.
"Sttt. Jangan nangis. "
"Gue... Gueee... Lo gak percaya hiks hiks. " Racau Rain didalam pelukan Angin.
"Gue percaya Rain. " Bentak Angin yang malah membuat Rain semakin terisak dipelukannya.
Setelah hampir sepuluh menit mereka berpelukkan dengan posisi Rain menyandarkan badannya dari depan kearah Angin sedangkan Angin hanya bisa berdiri karena disana tidak ada kursi satupun.
"Laper. " Cicit Rain dirasa keadaannya sudah baikan dia segera mengalihkan pembicaraan nya tidak mau terlalu larut membahas hal yang sangat dia hindari.
"Oke kita makan. " Angin langsung menarik tangan Rain dan memakaikan nya helm kemudian motornya melesat membelah jalanan mencari restoran di dekat sana.
"Gue mau makan bakso. " Tunjuk Rain pada gerobak tukang bakso yang sudah terpampang di sisi jalan.
"Iya bentar lagi kita sampe ke restoran! " Jawab Angin.
"Kita bisa makan disitu! " Rain kembali menunjuk penjual bakso tersebut.
"Jangan aneh aneh deh. Gue gabiasa Rain! " Angin mencoba acuh akan melewati gerobak tukang bakso itu.
"BERHENTIIII. " Teriak Rain dan Refleks Angin mengerem dadakan tepat di pinggir gerobak bakso tadi.
"Gue gak budek. " Kesal Angin.
Tanpa menjawab runtukkan Angin. Rain segera turun dan duduk manis di bangku panjang yang sudah tersedia disana. Angin yang melihat nya segera memarkirkan motornta dan menghampiri Rain.
"Lo yakin tempat ini bersih? " Bisik Angin tepat di telinga Rain yang masih menampilkan senyum manis nya.
"Seratus persen. "
"Mang ? bakso spesial nya dua ya. " Ucap Rain sedikit berteriak.
"Siap neng. "
Setelah itu hanya ada keheningan diantara mereka, Angin yang sibuk memainkan game inline di ponselnya dan Rain yang terus memperhatikkan cara pembuatan bakso itu dengan sesekali meneguk ludahnya karena harumnya sangat mengunggah selera.
"Alay lo! " Ucap Angin setelah mematikkan ponselnya dan melihat Rain hampir mengeluarkan liurnya.
"Biarin. "
"Ini silahkan neng, a. " Penjual bakso tersebut menghidangkan baksonya di depan mereka berdua dan langsung dilahap oleh Rain.
Rain mengunyahnya dengan sangat tidak sabaran sedangkan Angin hanya menatap horror kearah mangkuk nya.
"Loww gwaa mwakkkwaannn? " Tanya Rain di sela sela kunyahannya dan terlihat pipi nya yang sedang menggembul dipenuhi bakso dan mie.
"Telen dulu! " Ingat Angin menuangkan minum ke gelas diikuti kekehannya yang terlihat lucu mepihat Rain.
Rain langsung meneguk minuman itu sampai habis dan menatap Angin." Mau? " Tanya Rain menyodorkan sendoknya. Dan benar saja Angin langsung melahap bakso yang di suapinya.
"Gimana? "
"Enak. " Dengan cepat Angin mulai menyendokkan baksonya seperti Rain bahkan dia terlihat lebih lahap dari biasanya.
"Enak banget sumpah. " Lanjut memajukkan mangkuknya yang hanya tersisa kuahnya saja.
"Gue bilang juga apa. Lo sih yang lebay." Rain mengibaskan tangan nya di udara seperti sedang mengejek Angin.
"Iya Iya." Angin memutar bola matanya malas.
"Eh Gue boleh tanya sesuatu gak?" Tanya Rain menopang dadanya dengan tangan yang diletakkan diatas meja.
Angin menatap Rain dengan tatapan seolah bertanya "Apa? ".
"Lo kenapa gak tinggal bareng Hujan? Secara kan dia sodara lo? "

KAMU SEDANG MEMBACA
Daundrina
Teen FictionRain sayang Daun Tapi Daun butuh Hujan bukan Angin yang datang hanya ingin menghancurkan Daundrina Maheswari Start: 18 April 2020