22 - Kepastian Hati

53 8 1
                                    

Setelah puas berjalan-jalan dengan teman-temannya -yang sebenarnya tidak dia rencanakan. Melainkan itu rencana Bryan sendiri. Kayla merebahkan dirinya di sofa ruang tamu dengan masih menggunakan seragam lengkapnya. Kelvin yang tadi pulang tidak terlalu sore mendekati putri bungsunya. Dia menengok ke meja, dimana ada beberapa paper bag terletak di sana.

"Belanja apa, sayang?" Kelvin bertanya sambil mengangkat kepala Kayla, kemudian dia ikut duduk di sofa dan menempatkan kepala Kayla di pahanya.

"Gak belanja apa-apa. Tadi Kay cuma di beliin dress simple sama Bunda, terus setelahnya Kay cari tas sama heels yang senada sama dressnya." jawab Kayla dengan mata tertutup. Ia benar-benar lelah setelah seharian menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Mulai dari nonton di bisokop, makan, bermain time zone, sampai fotobox bersama, hingga yang terakhir Bryan memaksanya untuk fotobox berdua, dan semua hasil fotonya di serahkan pada Kayla -untuk kenang-kenangan. Itu yang dikatakan Bryan saat menyerahkannya.

"Di beliin dress sama Bunda?" Kelvin mengerinyit saat mendengar jawaban putrinya. "Bundanya Bryan?" tanya Kelvin lagi.

Kayla menggangguk, ia membuka matanya, menatap Kelvin dengan senyum merekah. Membuat hati Kelvin seketika menghangat.

"Kamu beneran di beliin dress sama Bundanya Bryan?" tanya Kelvin lagi memastikan.

"Iya." Kayla kembali mengangguk, tapi sedetik kemudian dia menggeleng cepat seraya bangkit dari rebahannya. "Eng-enggak..maksud Kay..eum, tadi Kay mau bayar, tapi Bunda ngelarang. Katanya sesekali Bunda mau beliin, gak akan sering juga.." ucapnya mencoba menjelaskan.

Kelvin manggut-manggut. Ia menatap putrinya lamat, lalu tersenyum simpul. "Papa lebih setuju kamu sama orang yang bisa bikin kamu lebih bahagia.." kata Kelvin sembari menarik Kayla kedalam dekapannya.

Kayla mengerutkan keningnya bingung, "Maksud Papa?" Ia mendongak, menatap wajah sang Papa bingung.

"Nanti kamu juga ngerti." jawab Kelvin sambil mengelus lembut kepala Kayla.

Kayla yang masih tidak mengerti kemana arah pembicaraan Kelvin memilih untuk diam dan menikmati kehangatan dari pelukan Papanya.

"Pa, Kay. Key pulang!!" teriak Keynan dari arah ruang utama. Lalu kemudian dia menghampiri adik serta ayahnya yang sedang duduk di ruang tamu.

"Darimana kamu?" tanya Kelvin ketika melihat Keynan yang baru pulang dengan wajah semringahnya.

Keynan cengengesan, lalu ikut duduk bersama Kayla dan Kelvin, sehingga kini Kayla duduk di apit oleh kedua pria dewasa itu. "Biasa, Key abis ajak Loli jalan." jawabnya dengan masih menampilkan wajah yang tampak bahagia.

"Kakak tau gak? Sejak Loli pacaran sama Kakak, dia tuh gak Lola-Lola banget. Kalo kita lagi obrolin sesuatu sekarang dia suka ikut nimbrung tanpa melenceng dari topik." jelas Kayla semangat sambil duduk tegak, sehingga pelukan Kelvin terlepas.

"O ya?" Keynan melotot, tapi kemudian dia tersenyum lebar, "Ya kalo gitu bagus, dong. Itu tandanya Kakak bawa pengaruh baik buat dia."

Kayla memutar mata malas kala mendengar perkataan Keynan, "Iya, tapi sekarang Kakak yang ikut lebay, ketularan alaynya Loli yang udah kena virus kelebayan Mily!" sarkasnya malas menatap Keynan.

"Eh, siapa bilang?! Siapa juga yang lebay, Kakak tuh gak lebay, ya! Kakak cuma lagi bahagia aja." elak Keynan menatap adiknya serius.

"Fine. Terserah Kakak aja."

"Ish, udah-udah. Kenapa kalian malah jadi berantem, sih?" Kelvin menginterupsi perdebatan Kakak-Adik itu. "Mending sekarang Kay bersih-bersih, terus istirahat. Dan kamu Key, kamu juga mandi, setelah itu ke ruangan Papa. Kerjaan kamu numpuk karena akhir-akhir ini kamu sering bolos. Jangan mentang-mentang kamu anak yang punya perusahaan, jadi kamu seenaknya aja keluar masuk kantor, Keynan!"

DEAR KAYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang