10 - Merasa Bersalah

72 9 1
                                    

Pagi ini tidak biasanya Bryan sudah berada disekolah dan kini dia sedang duduk bersandar dikursi panjang yang ada didepan kelasnya sambil memasang earphone dikedua telinganya.

"Pagi Bryan." Sapa para siswi yang sedang berlalu lalang dihadapannya yang hanya dibalas oleh senyum simpulnya.

"Hei." Sapa seorang siswi berambut ikal dengan postur tubuh yang tinggi dan ideal bak seorang model yang kini duduk disamping Bryan.

"Tumben pagi-pagi banget udah nyampe sekolah, Yan?" Tanyanya dengan senyuman yang terus mengembang diwajah cantiknya.

"Gue punya PR yang belum dikerjain, dan kebetulan materinya ada dibuku dari perpus. Jadi ya gue abis ngerjain tugasnya." Jelas Bryan. "Lo juga tumben jam segini udah disekolah Ra, biasanya lo orang paling terakhir yang datang kesekolah." Ledek Bryan yang kemudian terkekeh kecil.

"Kepaksa Yan, mobil gue mogok dan mami maksa gue buat berangkat bareng sama papi yang kebetulan ada kerjaan mendesak dari kantornya." Jelas Maira sambil mengerucutkan bibirnya.

"Udah gak usah bete kayak gitu, lo jelek kalo cemberut." Goda Bryan sambil mencolek dagu dan mencubit pipi Maira. Pada dasarnya Bryan memang orang yang mudah bergaul dan tidak pemilih dalam hal pertemanan.

"Ishh. Apaan sih Yan," kata Maira yang malah semakin merajuk.

"Haha. Iya iya maafin gue."

"Eum, Yan." Panggil Maira.

"Ya."

"Nanti pulang sekolah gue boleh nebeng lo gak? Soalnya rumah kita 'kan juga searah tuh." Pinta Maira.

"Eum, gimana ya? Rencananya sih abis pulang sekolah gue mau langsung main futsal." Sesal Bryan.

"Yaaahh, gimana dong. Padahal hari ini Audy katanya juga gak akan masuk sekolah." Ucap Maira yang malah semakin murung.

"Audy? Emang dia kenapa?" Tanya Bryan penasaran.

"Semalem katanya dia dibawa kerumah sakit gara-gara kena demam berdarah." Jawabnya sedih.

"Yaampun, kasian banget."

"Hmm, yaudah deh. Nanti pulang sekolah gue anterin lo dulu, baru pergi futsal." Putus Bryan akhirnya.

"Serius? Gak ngerepotin 'kan?" Tanya Maira memastikan.

"Gak lah." Jawab Bryan yakin.

"Aaaa...makasih Yan." Dengan reflek Maira langsung memeluk Bryan, tapi Bryan langsung mencoba mendorong Maira dan melepaskan pelukannya.

"Iya, santai aja." Balasnya tersenyum.

Tanpa mereka sadari, sejak pertama Maira mendekati Bryan ada sepasang mata yang selalu mengawasi interaksi Bryan dan Maira.

"Cih, satu-satunya." Gumamnya sambil tersenyum sinis.

***

"Baiklah, sekarang silahkan kalian semua mengganti seragam kalian dengan pakaian olahraganya masing-masing." Perintah pak Wira yang langsung dianggukki oleh semua murid kelas 12-A itu.

Setelah selesai, pak Wira langsung menyuruh semua muridnya berbaris untuk melakukan pemanasan.

Selanjutnya pak Wira menyuruh semua murid perempuannya  berteduh dan beristirahat sejenak, sedangkan murid laki-lakinya langsung ditempatkan dilapangan futsal.

"Kay." Panggil Mily.

"Hmm." Kayla hanya bergumam menjawab panggilan Mily.

"Liat tuh si Maira, ewhh enek banget gue ngeliat muka tu anak. So cantik, kecentilan banget lagi. Tau gak? Tadi pagi gue ngeliat dia mepet-mepetin Bryan mulu loh." Ucap Mily sengaja sambil memperhatikan raut wajah Kayla yang tiba-tiba berubah menjadi merah padam seperti menahan amarah, tetapi sedetik kemudian Kayla kembali mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar kembali.

DEAR KAYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang