"Hai..." sapa Bryan begitu dia keluar dari mobilnya.
Kayla hanya tersenyum sekilas, lalu mengangguk menjawab sapaan Bryan. Ia berdiri di depan gerbang rumahnya.
"Kita berangkat sekarang?" tanya Bryan saat Kayla menghampirinya.
Kayla mengangguk semangat dengan senyum merekah diwajahnya, "Yuk." balasnya yang kemudian membuat Bryan langsung membukakan pintu mobil untuknya, lalu Bryan memutari mobilnya dan duduk di kursi belakang kemudi.
Setelahnya Bryan langsung melajukan mobilnya ke arah cafe. Yap, minggu ini Kayla meminta pergi ke cafe Rhea untuk bertemu juga sekalian membantu Rhea di cafenya.
Beberapa puluh menit kemudian, Bryan memarkirkan mobilnya di parkiran cafe.
"Tunggu bentar," ujarnya saat Kayla hendak membuka pintu mobil.
Kayla yang bingung akan permintaan Bryan pun memilih tetap diam dan menuruti perkataannya sambil menatap Bryan yang keluar mobil terlebih dahulu dan ternyata dia langsung membukakan pintu mobil untuk Kayla. Membuat Kayla seketika mendengus, tetapi kemudian tersenyum tipis.
"Kedua tangan aku masih berfungsi, Yan." katanya sambil menatap Bryan geli.
"Sekali-kali manjain pacar sendiri ini, juga, gak masalah 'kan?" tanyanya dengan tatapan menggodanya, Kayla memutar mata malas.
"Kamu terlalu berlebihan!"
"Ya udah iya maaf." ucapnya sambil memegang kedua telinganya. "Kita masuk sekarang aja, yuk. Bunda pasti udah nunggu." lanjutnya lagi sambil berjalan memasuki cafe dengan sebelah tangan yang menggenggam tangan Kayla.
Kayla menunduk, menatap tangannya yang ditarik oleh Bryan. Ia tersenyum sekilas lalu kembali mendongak menatap Bryan yang lebih tinggi beberapa centi darinya.
Kayla sadar, sangat-sangat sadar bahwa ia mengalami banyak perubahan sejak dekat dan sekarang menjadi kekasih Bryan. Mulai dari sikapnya, juga kebiasaannya yang cenderung tak peduli dengan keadaan orang-orang di sekitarnya. Kayla yang dulu hanya selalu menampilkan wajah tanpa ekspresinya, kini tampil dengan wajah semringahnya. Kayla yang dulu selalu berbicara sinis, ketus, dan dingin, kini berbicara dengan ramah dan hangatnya. Kayla yang dulu jarang atau bahkan tak pernah tersenyum, kini selalu memperlihatkan tawanya.
Entah mengapa, bersama Bryan dirinya benar-benar bahagia. Bersama Bryan, dirinya mampu kembali mengekspresikan emosinya.
Sudah sejak dua bulan terakhir saat mereka resmi berpacaran, tidak pernah sehari pun Bryan absen mengantar jemput Kayla setiap pergi ke sekolah. Mereka sudah seperti amplop dan perangko yang selalu menempel setiap pergi kemana-mana. Kemana pun Kayla pergi, disana pasti ada Bryan. Bryan selalu siap siaga, mengantar Kayla ke tempat manapun yang mau ia kunjungi -udah kayak sopir aja. Walau begitu, Bryan juga ikut senang akan perubahan Kayla. Ia bersyukur memiliki sosok wanita seperti Kayla, tegas -tapi hatinya tetap lembut. Ia seperti melihat cerminan Rhea dalam diri Kayla.
Bryan yakin, kini ia benar-benar telah menemukan kebahagiaannya sendiri.
"Hai Bunda," sapa Kayla semangat saat ia melihat Rhea yang sedang memberi arahan pada salah satu pelayan -sepertinya ia pegawai baru, pikir Kayla.
Rhea tersenyum lalu menghampiri Kayla dan Bryan, "Bunda kira datengnya agak siangan."
"Kay 'kan mau bantuin Bunda di sini," jawabnya setelah ia menyalimi tangan Rhea. "Ada pekerjaan buat Kay?"
"Gak ada sih..." Rhea mengantungkan ucapannya dengan ibu jari dan jari telunjuk menyentuh dagu seperti sedang berpikir. "Eum, kamu buatin Aa makanan aja." lanjutnya kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR KAYLA
Teen Fiction'Mengenal tanpa dasar berkenalan?' Mungkin itu yang terjadi pada seorang Kayla Katrina dan Bryan Mahendra. Walau pada dasarnya wajah pria bernama Bryan itu memang tidak begitu asing baginya. Mengapa demikian? Ikuti cerita mereka dalam sebuah kisah m...