"Baik semua, jadi kita memutuskan sesuai dengan persetujuan bersama bahwa camping tahun ini akan dilaksanakan di Bandung. Sekarang kalian bisa kembali ke kelas masing-masing." Ucap sang ketua OSIS saat mengakhiri rapat mereka hari ini.
"Iya kak." Serempak semua anggota OSIS yang ikut bergabung dalam rapat tersebut. Kemudian mereka semua mulai pergi meninggalkan ruang rapat tersebut.
SMA Cakrawala ini setiap tahunnya memang selalu mengadakan camping dibulan ketiga sebelum ujian semester bagi para murid kelas 12. Tujuannya mungkin hanya untuk membuat para murid lebih aktif dan tidak jenuh dalam masa-masa pembelajaran yang saat ini memasuki fase sibuk-sibuknya.
Tentu sibuk karena mereka hanya akan aktif belajar di semester ganjil sebelum memasuki semester kedua yang hanya akan dipenuhi oleh kegiatan latihan Ujian Nasional.
Koridor terlihat sangat sepi karena ini masih termasuk waktu jam pelajaran. Kayla berjalan santai melewati setiap koridor menuju kelasnya, tapi saat dia berjalan tepat dikoridor depan labolatorium IPA samar-samar dia mendengar dan merasa ada seseorang yang memanggilnya.
Dia berhenti sejenak untuk memastikannya dan dia melihat kearah lapangan basket yang tidak jauh dari sana. Dia sudah menebak bahwa pria yang sedang memegang bola basket sambil melambai kearahnya yang berseru, tapi sedetik kemudian dia kembali melanjutkan langkahnya.
"Hei! Cewek yang pake jaket abu!" Sekali lagi Kayla berhenti saat mendengar seruan itu. Dia mulai mengedarkan pandangannya kesekitar sana, tidak ada siapapun lagi perempuan yang memakai jaket abu dan berjalan disana selain dirinya.
"Gue?" Gumam Kayla sambil menunjuk dirinya sendiri. Dan kemudian pria yang sedang berada dilapangan basket itu mengangguk dan mengisyaratkan agar dia mendekat.
"Ck, mau ngapain lagi sih dia?!" Gerutu Kayla sambil melangkah menghampiri sipelaku penganggu hari-harinya saat ini.
"Apa?" Tanya Kayla to the point saat dia sudah berada dihadapan pria gila itu.
"Kay, kemarin 'kan kamu nolak aku. Jadi sekarang aku mau nanya lagi." Ucap Bryan dengan tatapan berbinar sekaligus berharapnya.
"Nanya apa?" Kayla mulai heran dengan tingkah pria dihadapannya kali ini.
"Kamu mau jadi pacar aku atau aku timpuk kepala kamu pake bola basket ini?" Seketika itu juga pertanyaan sekaligus pernyataan Bryan membuat semua orang yang ada dilapangan basket membelalakan mata mereka. Bahkan pak Wira saja sampai menganga dengan mata membulat sempurna mendengar ucapan idiot murid barunya itu, dan minus Kayla tentunya.
Seperti biasa dia hanya menampilkan wajah datar dan mengintimidasinya yang sebenarnya membuat Bryan selalu saja gugup jika ditatap seperti itu olehnya, tapi Bryan selalu menepis rasa takut itu hanya demi mendapatkan hati Kayla. Menurutnya ini sangat menantang.
"Timpuk aja" ucap Kayla santai yang malah membuat semua orang yang menyaksikannya menatapnya tak percaya. Bayangkan saja, siapa orang yang mau kepalanya ditimpuk pake bola basket yang sangat berat? Baru Kayla!
"Kay" ucap Bryan yang malah lebih mirip dengan bisikan.
"Timpuk aja!"
"Kenapa? Gak berani?"
"Cih, lo bilang apa tadi? Lo ngancem gue? Kenapa berenti? Yaudah timpuk aja!" Kay tersenyum sinis menatap Bryan yang sama sekali tidak berkutik oleh ucapannya. "Lo mau jadi pacar gue?" Tanyanya sinis. Bryan menganggukkan kepalanya cepat, bermaksud tidak mau menyia-nyiakan kesempatan emasnya ini.
"Sore nanti temuin gue dilapangan basket deket kompleks perumahan gue! Lo tau 'kan?" Bryan mengangguk sekilas. Sebenarnya dia tidak begitu tau dimana lokasi tempat tinggal Kayla, tapi tidak masalah. Dia bisa bertanya pada teman-teman Kayla. Pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR KAYLA
Ficção Adolescente'Mengenal tanpa dasar berkenalan?' Mungkin itu yang terjadi pada seorang Kayla Katrina dan Bryan Mahendra. Walau pada dasarnya wajah pria bernama Bryan itu memang tidak begitu asing baginya. Mengapa demikian? Ikuti cerita mereka dalam sebuah kisah m...