Semenjak acara Graduation selesai di laksanakan, sejak itu pula sikap Bryan menjadi lebih aneh di mata Kayla. Apa yang sebenarnya sedang di pikirkan oleh cowok itu.
Kayla yang kini duduk di kursi penumpang bersama Bryan menatap cowok itu aneh. Ya, saat ini Kayla berada dalam mobil Bryan yang di kemudikan oleh sopir pribadi Ayahnya.
"Kita mau kemana, Mas?" tanya sang sopir membuat Bryan seketika tersentak dari lamunannya yang membuyar karena seruan sopirnya.
Bryan menatap sekeliling jalanan yang saat ini di laluinya, "Berenti di taman depan aja, Pak." pintanya yang langsung membuat sopir itu mengangguk.
Setibanya di taman yang dimaksud, Bryan langsung mengajak Kayla keluar dari mobil dan mencari tempat duduk yang teduh untuk keduanya singgah.
"Yan, kamu kenapa, sih? Aku perhatiin dari tadi kayak ada yang lagi kamu pikirin dan itu ngeganjal hati kamu banget." ujar Kayla akhirnya setelah beberapa saat mereka berdua hanya terdiam dengan pikirannya masing-masing.
Bryan memiringkan posisi duduknya dengan sebelah kaki yang di lipat di atas kursi taman, sehingga kini dia benar-benar duduk berhadapan dengan Kayla. Sorot kebimbangan yang ia tunjukkan jelas sekali terlihat di dalam matanya, dan Kayla kini merasakan hal yang sama.
"Kay." panggil Bryan sambil meraih sebelah tangan Kayla yang berada di atas pangkuan gadis itu, lalu ia genggam dan dipindahkan ke pangkuannya sendiri.
"Sebelumnya aku minta maaf karena belum pernah nyeratain ini sama kamu sejak aku sendiri baru tahu dua minggu lalu saat Kakek ngasih kabar kalo aku keterima di salah satu Universitas terbaik Amerika..." Bryan menggantungkan ucapannya yang membuat Kayla hanya terdiam mendengarkan semua perkataannya.
"Kamu inget pas aku mau bicara sesuatu sama kamu sebelum kita jemput Brian?" tanya Bryan kemudian yang dijawab anggukkan oleh Kayla. "Saat itu aku juga baru tau dan mau langsung ngasih tau kamu, tapi kepotong sama Lisa sampai akhirnya kita langsung jemput Brian ke bandara."
Kayla masih tak bergeming dengan sebelah tangan yang kini masih setia di genggam Bryan. "Sejak dua minggu terakhir, aku bingung buat mutusin sekolah di sana atau aku tetep di sini dan sekolah di Univ yang sama dengan kamu..-"
"Kenapa kamu bingung?" sela Kayla memotong ucapan Bryan. Cewek itu tersenyum manis, benar-benar manis sehingga membuat hati Bryan seketika menghangat dengan semua kebimbangannya yang sedikit menguap hilang.
"Sekarang aku tanya sama kamu. Apa sekolah di sana merupakan salah satu impian kamu?" tanya Kayla dengan mimik wajah yang berubah serius.
Bryan mengangguk pelan menjawab pertanyaan Kayla, membuat Kayla kembali menyunggingkan senyumnya. "Gak perlu mikirin aku. Sekarang yang terpenting adalah mewujudkan semua impian kamu, Yan." ucap Kayla dengan penuh kelembutan yang membuat Bryan malah menjadi semakin bimbang kembali.
"Apa yang kamu pikirin? Kamu pikir setelah kamu sekolah di sana kita jadi akan jarang berkomunikasi?" tanya Kayla lagi yang kembali di anggukki Bryan membuatnya seketika terkekeh mendapati jawaban kekasihnya.
"Kamu takut kalo kamu jauh dari aku, aku berpaling ke orang lain?" dan lagi-lagi Bryan hanya mengangguk, tapi kini Kayla merubah ekspresi wajahnya menjadi tatapan kesal pada Bryan.
"Kamu ngeraguin aku!"
"Enggak!" jawab Bryan cepat dengan gelengan kepalanya beberapa kali, membuat Kayla lagi-lagi tertawa kecil menanggapi jawaban Bryan.
"Kok malah ketawa?!" protesnya ketika mendapati Kayla yang kini tak bisa menghentikan tawanya.
"Kamu percaya sama aku kan, Yan?" tanya Kayla yang langsung di anggukki Bryan. "Apa kamu pikir aku akan bener-bener berpaling dan nyari cowok lain selama kamu jauh dari aku? Sedangkan hati aku sendiri aja nanti akan ikut di bawa pergi sama kamu." lanjut Kayla yang membuat Bryan menanggapinya dengan senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR KAYLA
أدب المراهقين'Mengenal tanpa dasar berkenalan?' Mungkin itu yang terjadi pada seorang Kayla Katrina dan Bryan Mahendra. Walau pada dasarnya wajah pria bernama Bryan itu memang tidak begitu asing baginya. Mengapa demikian? Ikuti cerita mereka dalam sebuah kisah m...