Chapter 32- Your Eyes

666 50 10
                                    

~Efraim Sandega Clarasio~

🍁🍁🍁

Ibu selalu saja menanyakan tentang kapan aku membawa menantu baginya. Bahkan aku bingung dan benar-benar muak. Aku bahkan menemukan Anabell tapi ibu sudah menyuruhku untuk mencari perempuan baru setelah Silvi pergi.

Ah, sudahlah. Itu tidak penting. Sekarang masalahnya adalah cincin ini. Bagaimana bisa cincin Anabell ada di sini. Bukankah ini gila? Tapi tidak apa. Aku akan mencari tahunya sendiri. Sasaran yang paling jelas adalah ... Seira. Ya, gadis itu.

Saat pertama kali aku datang dari Paris. Pandanganku tidak luput dari dokter Seira. Aku seperti mengenal tatapan mata itu. Mata indah, sayu dan begitu teduh. Jenis mata yang berhasil membuatku jatuh hati. Tapi mata itu hanya dimiliki oleh Anabell seorang.

Jika dugaanku benar. Maka, dia adalah Anabell. Apa yang tidak mungkin bukan? Tapi untuk apa dia melakukannya? Bukankah itu aneh? Tidak. Harus kupastikan terlebih dahulu.

Mataku tetap memandang dia yang telaten merawat nenek. Dia sungguh berbakat. Senyum nenek juga tidak pernah luntur dari wajahnya.

"Tuan, saya permisi," ucapnya menunduk hormat lalu berlalu dari hadapan ku. Dia melakukan tugasnya dengan baik hari ini. Nenek sudah terlelap tidur. Saatnya aku beranjak. Menjalankan misi ku.

Author POV

Efraim mengikuti Anabell yang dikenalnya dengan sebutan dokter Seira. Dia mengikuti Anabell. Ya, Anabell sekarang duduk di taman yang sering dia kunjungi sebelum tidur. Dia selalu duduk di ayunan putih di taman itu. Di bawah rembulan, Anabell memancarkan kecantikan nya.

Efraim tidak henti-hentinya memandang Anabell dari kejauhan. Dia ingin memastikan sesuatu. Dokter Seira masih setia membelakangi Efraim. Dia membuka ikatan rambutnya dan melepas kacamatanya. Semua itu tidak luput dari pandangan Efraim. Sedikit samar karena pencahayaan tidak mendukung. Anabell dia ingin segera berbalik.

Ddrrtt.. ddrrtt...

Shit, batin Efraim. Dia tidak jadi melihat wajah dokter Seira sepenuhnya. Dia langsung mengangkat telepon dari sahabatnya. Elbram lebih tepatnya.

Anabell menoleh, dia merasa ada yang mengikutinya dari tadi. Ternyata tidak ada. Dia buru-buru pergi dari sana. Dan memasuki ruangannya.

Setelah pembicaraan nya dengan Elbram selesai dia menoleh ke ayunan. Kosong. Sial.
Efraim bergegas masuk ke rumah dan kamarnya. Di sana dia tidak bisa tidur karena cincin yang sudah tiga hari dia simpan.  Sampai jam tiga pagi, akhirnya ngantuk mulai menyerang nya.

🍁🍁🍁

Pagi ini, Efraim bangun kesiangan. Ah, dia lelah hanya karena memikirkan pasal cincin itu. Bisa dilihat dari rambutnya yang acak-acakan dan berantakan. Tapi tetap tidak mengurangi ketampanannya. Dia berjalan keluar kamarnya. Dan turun melewati aula tengah.

Pintu kamar Anabell sedikit terbuka.
Tidak sengaja dia melihat Anabell sedang mencari sesuatu. Di sana sangat jelas, di bawah pancaran sinar mentari pagi yang berasal dari kaca jendela yang sudah dibuka. Efraim berdiri dan melihatnya. Anabell masih saja membelakanginya. Bisa Efraim lihat, Anabell dengan gaun santainya. Tapi itu malah menambah kesan cantiknya. Dan...

𝑳𝒐𝒗𝒆 𝑴𝒂𝒌𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝑾𝒐𝒓𝒍𝒅 𝑺𝒑𝒊𝒏𝒏𝒊𝒏𝒈 [𝐓𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐓𝐞𝐫𝐛𝐢𝐭]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang