Chapter 8-You're the Reason

925 151 14
                                        

~Efraim Sandega Clarasio~

🍁🍁🍁
"

Ada apa?"


"Datanglah ke base camp sekarang."

"Baiklah," ucapku memutus telpon sepihak. Dan aku jamin pasti Jack sedang menggerutu tidak jelas sekarang.

Segera aku bersiap siap. Kupakai celana jeans pendek selutut Levi's terbaru yang baru keluar kemarin. Kaos baru Superlative luxury, tidak lupa jam tangan.

Setelah itu, aku bersiap siap mengambil kunci mobilku. Dan turun ke bawah.

"Hai nek," sapaku seraya mencium pipi nenek.

"Hai ibu,"ucapku lagi mencium pipi ibuku

"Ayo makan bersama Effo,"ucap nenek.

"Mm, no. Aku akan keluar bertemu teman temanku."

"Baiklah, hati hati sayang,"ucap ibuku melanjutkan acara makannya.

"Baiklah, aku pergi ibu, nek"

Kukeluarkan mobilku dari garasi, keluar dari kediaman CLARASIO membelah jalanan Jersey. Ingin rasanya aku tersenyum terus jika aku mengingat wajah cantiknya, wajah imut gadisku.

Sedang apa dia yah??

Jangan salahkan diriku yang terlalu ingin tahu tentang gadisku.

Segera kukirim pesan kepadanya.

To:My future 😘

Hay, baby girl, sedang apa?

My future😘

Hay Eff, aku sedang belajar untuk materi besok😊


Oh ya Tuhan, kenapa dia sangat menggemaskan, baru dia mengirim emoticon senyum sudah berhasil membuatku gila.

Oh ayolah Efraim sadarkan dirimu

To:My future 😘

Begitu yah, okey..jangan begadang, love you dear ❤

Aku deg deg an apa yang akan Anabell balas.

My Future 😘

Okey Eff, kamu juga jangan begadang, see you tomorrow 💋

Dan yah....dia berhasil membuatku gila. Ingin sekali aku memeluknya dan menciumnya.

🌞🌞🌞

"Hai dude, seperti kau sangat senang, what happend?? c'mon tell me somenthing dude,* ucap Matt dengan nada lebaynya.

"Aku rindu Anabell," ucapku tiba tiba.

"What the hell, oh My God, kembalikan Efraim kami yang dulu, kenapa ini bisa terjadi, apakah ini karma?"balas Jack sangat berlebihan.

"Ck, diamlah,"balasku malas, dan menyandarkan kepalaku ke sofa, kututup mataku perlahan.

Sementara Elbram, Jack, dan Matt hanya senyum senyum melihat perubahanku.

"Oh ya, apa yang akan kita lakukan di sini, bagaimana kalau kita bermain bilyard,"ucap Elbram.

Aku masih tetap dengan posisiku.

"Ide bagus, ayo!"ucap Jack.

Mereka bertiga beranjak, aku masih setia dengan posisiku yang nyaman. Anggap saja aku gila, ini lebih nyaman bersandar tenang sambil mengingat wajah Anabell yang menggemaskan daripada bermain bilyard.

"Hey dude, you don't join?"Matt bertanya menaikkan alisnya sebelah.

"Ck, kenapa kalian sangat ribut?"ucapku berdiri dan mengambil posisi.

Kami memulai permainan, hingga bosan.

🍁🍁🍁

Pagi ini, aku bangun cepat, tanpa harus dibangunkan oleh pelayan. Aku mandi, bersiap siap dan tidak lupa berkaca pada cermin yang baru saja ibu belikan.

Tidak peduli apa kata orang, yang penting aku akan segera bertemu dengan Anabell.

"Hai ibu, ayah, nek...."ucapku seraya duduk bersama mereka di meja makan.

"Bagaimana sekolahmu boy," ayah tersenyum kepadaku.

"Semuanya lancar ayah,"balasku sambil menunggu hidangan yang disiapkan untukku.

"Oh iya Efraim, jangan pulang sekolah terlalu lama, nanti malam kita akan mengadakan acara di rumah, keluarga KARUNA akan datang membawa puterinya yang cantik."

"Uhuk..uhuk.*

"Jangan bilang ibu mau menjodohkanku dengan putri keluarga Karuna,"ucapku tidak terima.

"Benar sayang, bagaimanapun juga, kau harus punya pendamping yang selaras dengan kita,"jelas ibuku seperti tidak ada dosa, menjodohkan anaknya tanpa persetujuan orang yang dijodohkan.

"Tapi ibu..."

"Jangan membantah Efraim, ini demi kebaikan dan masa depanmu," ucap ibu lagi.

"Kenapa dengan masa depanku?bukan keluarga Karuna yang menentukan masa depanku, aku sendiri yang menentukan,"ucapku membantah.

"Boy, tenanglah dulu, relax ok?"

"But dad, i don't want an arranged marriage, i want my own choice, please!" Aku benci hal ini.

"Nek, nenek membelaku kan?"ucapku berharap banyak saat ini.

"Iya sayang, nenek setuju dengan apa yang kamu katakan, tapi jalani saja dulu, ok? Turuti keinginan ibumu, nenek tahu apa yang ada dalam pikiranmu,"ucapnya.

Oh ya Tuhan. Kenapa harus begini. Aku hanya menginginkan Anabell, aku hanya mau Anabell yang menjadi ibu dari anak anakku nanti, kenapa harus wanita yang paling aku benci dijodohkan padaku, kenapa tidak Anabell saja.

Aku bisa gila nanti.

"Selera makanku hilang, aku pergi,"ucapku datar dan meninggalkan mereka semua di meja makan.

"Efraim, ibu belum selesai bicara."

"Efraim!!"

Aku bahkan sangat benci kepada ibu sekarang, biarkan saja aku dicap sebagai manusia berdosa karena telah membenci ibunya sendiri. Aku selalu menuruti permintaan ibuku, tapi kali ini tidak, aku akan tetap pada pendirianku.

Anabell itu adalah alasannya.

🍁🍁🍁

𝑳𝒐𝒗𝒆 𝑴𝒂𝒌𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝑾𝒐𝒓𝒍𝒅 𝑺𝒑𝒊𝒏𝒏𝒊𝒏𝒈 [𝐓𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐓𝐞𝐫𝐛𝐢𝐭]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang