~Anabell Claretta M~
🍁🍁🍁
"Ikut saya," ucap Efraim yang berjalan keluar. Aku menegang beberapa saat, setelahnya aku kembali menormalkan diriku. Aku mengikuti Efraim yakni ke ruangan nya.
Aku masih berdiri dan Efraim sudah duduk di kursi kebesarannya. Aku menunduk hanya menghadap meja yang di depan ku. Apa yang terjadi?
"Sudah berapa lama kau bekerja di sini?" tanyanya langsung. Aku mengembus nafas lega.
"Sudah satu minggu tuan," jawabku seadanya.
"Jika saya berbicara, maka tatap saya," ucapnya mendesis. Oh ya ampun, dia benar-benar tidak berubah, gerutuku dalam hati.
Dengan hati-hati aku mengangkat kepalaku menghadap dan menatap mata tajam itu. Aku meneguk ludahku kasar. Bagaimana kalau Efraim tahu? Apa dia curiga?
"Bagus. Masalah gaji, kau tidak perlu khawatir. Aku akan menambah gajimu karena sepertinya nenek lebih suka kau yang merawatnya."
Mendengar itu, tentu saja aku senang. Di gaji mahal dan ditambahi bonus. Setelah itu kau di puji.
"Ekhm . Terima kasih tuan. Anda sangat baik," ucapku.
"Sepertinya aku....." Perkataan Efraim terpotong karena panggilan seseorang.
"Baby, kau di dalam???" Ya, dia adalah Silvi. Aku benci kepadanya.
"Saya permisi tuan," ucapku menunduk hormat dan hendak pergi.
"Nanti kita lanjutkan," jawab Efraim.
Astaga. Nanti?
Saat berpapasan dengan Silvi, bisa kulihat ada tatapan seperti ingin membunuhku di sana. Apa aku salah lihat? Apa hanya perasaanku saja?
Aku menggeleng kepala dan pergi dari sana. Aku berat hati sebenarnya meninggalkan Efraim dan Silvi di sana. Apa yang mereka lakukan? Apa mereka berpelukan? Tidak. Aku tidak mau itu terjadi. Atau berciuman? Aku tidak rela. Bagaimana ini? Hatiku perih.
🍁🍁🍁
Semenjak pertemuan ku dengan Efraim tiga hari yang lalu. Aku kebanyakan menghindari Efraim. Jujur saja, aku merasa ada yang aneh. Sepertinya Silvi benar-benar tidak suka, jika aku berada di dekat Efraim. Aku bahkan lebih tidak suka kepada nya. Andai aku tidak menyamar, sudah kupastikan aku sudah menyemprotkan kata-kata yang pedas kepadanya.
Tapi, selama penyamaran berlangsung. Aku harus sabar. Sampai waktunya tiba.
"Nona, anda di suruh menghadap Nyonya besar," ucap seorang pelayan yang mengetuk pintu kamarku.
Aku tidak menanggapi. Toh, pelayan itu sudah pergi jika sudah menyampaikan pesan itu. Aku keluar dengan penyamaranku seperti biasa. Pasal cincinku, aku belum menemukannya. Aku tidak tahu dimana. Apa benar-benar hilang? Bagaimana?
"Ada apa nek," ucapku lembut melihat nenek yang sepertinya sedang marah.
"Kau harus panggil dia nyonya! Berani sekali kau. Kau pikir kau siapa??" ucap Silvi padaku. Dia sangat kasar ternyata.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝑳𝒐𝒗𝒆 𝑴𝒂𝒌𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝑾𝒐𝒓𝒍𝒅 𝑺𝒑𝒊𝒏𝒏𝒊𝒏𝒈 [𝐓𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐓𝐞𝐫𝐛𝐢𝐭]
RomansTERSEDIA DI SHOPEE @CARINA.BOOKSTORE CEK AKUN IG ANDROCENTAPUBLISHER UNTUK INFO TERLENGKAP!! ⚠️PLAGIAT DILARANG MENDEKAT ⚠️ ⚔️ DILARANG KERAS MENJIPLAK KARYA ORANG LAIN ⚔️ "Seharusnya aku sadar bahwa aku tidak boleh mencintaimu, seharusnya aku tida...