Suara lonceng dari pintu menandakan seseorang baru saja masuk. Seorang pria dengan seragam cafe dan buku menu di tangannya menghampiri pelanggan yang baru saja datang.
Setelah mencatat apa yang dipesan oleh pelanggan itu, pria itu masuk kembali ke dapur. Sebentar lagi cafe tutup. Pelanggan yang datang juga telah berkurang. Setelah beberapa menit, pria tadi datang kembali dengan pesanan pelanggan.
"Selamat menikmati!" Ucapnya ketika memberikan pesanan itu.
Pria itu melanjutkan pekerjaannya. Sesekali ia bercakap-cakap dengan pelanggan yang masih menikmati makanan mereka. Atau dengan sesama rekannya. Tepat pukul 10 malam, cafe tutup. Pria itu masih sibuk membersihkan beberapa meja. Beberapa rekannya telah lebih dulu pulang.
"Woaa.. hari ini benar-benar melelahkan. Cafe sangat ramai."
"Ya. Mungkin ini karena resepmu, Hyung. Masakanmu tak pernah mengecewakan. Tak salah jika mereka memenuhi cafe milikmu ini." Kata pria itu.
"Kau ini ada ada saja. Mm.. Niel-ah. Bagaimana dengan adikmu? Kau sudah bertemu dengannya?"
Pria yang dipanggil Niel itu hanya menggeleng samar.
"Belum Hyung. Aku belum menemukannya."
Rekan sekaligus pemilik cafe itu menepuk pelan bahu pria itu. Pria itu tersenyum seadanya. Kemudian menuju dapur untuk mencuci beberapa piring kotor.
"Seungwoo Hyung, aku akan pulang sekarang."
"Ya. Berhati-hatilah di jalan. Bersabarlah Daniel. Kau pasti akan bertemu kembali dengan adikmu."
Daniel melangkahkan kakinya keluar dari cafe. Ia mengambil ponsel yang selama ia bekerja tak tersentuh. Sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya.
Jika sudah selesai, kabari aku.
Daniel baru saja akan membalas pesan itu. Namun seseorang tiba-tiba memeluk lengannya. Ia hampir berteriak jika tak langsung menyadari siapa wanita yang memeluk lengannya.
"Ya! Kau membuatku terkejut, Bin-ah."
"Hehehe.. mian. Aku tidak bermaksud untuk mengejutkanmu, Oppa. Kau sudah makan, Oppa?"
Daniel menggeleng. Tak sempat katanya.
"Baiklah. Ayo kita makan malam sebentar. Kita cari restoran. Semoga masih ada yang buka."
Mereka berdua menyusuri jalan, mencari restoran yang masih buka di dinginnya malam bersalju. Wanita itu mengeratkan pelukannya pada lengan Daniel. Daniel balas merangkul wanita di sampingnya, tak tega melihat kekasihnya kedinginan.
---
"Ya! Pencuri! Tolong! Tasku dirampas oleh orang itu! Tolong aku!"
Seorang pemuda yang tengah berjalan sendirian itu terkejut dengan sebuah teriakan dari seorang gadis yang tasnya baru saja dicuri. Dengan inisiatifnya sendiri, pemuda itu berlari mengejar pencuri. Jauh di belakangnya, gadis pemilik tas juga ikut mengejar.
"Hei! Berhenti!"
Pencuri itu menambah kecepatan berlarinya. Si pemuda tertinggal. Namun ia menemukan sebuah jalan lain yang lebih singkat untuk menghadang pencuri.
Pencuri itu menoleh ke belakang. Melihat tak ada seorang pun yang mengejarnya, ia melambat. Namun betapa terkejutnya si pencuri ketika melihat pemuda yang tadi mengejarnya telah berada di depannya.
"Kembalikan tas itu, Tuan! Itu bukan milik Anda." Kata si pemuda.
"Pergilah, nak! Aku tidak ingin menyakitimu."
Pencuri itu menggertak. Namun tak membuat si pemuda takut.
"Aku hanya akan pergi dengan tas itu."
Ucapan pemuda itu membuat pencuri naik darah. Pencuri itu langsung merengsek maju. Satu pukulan mendarat di pipi si pemuda. Perkelahian pun tak dapat dihindarkan. Antara pemuda dan pencuri saling baku hantam.
Beberapa pukulan mendarat di wajah pemuda itu. Menciptakan semburat warna biru keunguan di sana. Meskipun begitu, pemuda itu tetap berusaha merebut tas tersebut. Hingga akhirnya, tas berhasil direbut oleh si pemuda ketika gadis itu datang, dan pencuri itu kabur.
"Kau baik-baik saja?"
Pemuda itu mengangguk.
Malam semakin larut ketika gadis itu mengajak si pemuda duduk disebuah minimarket yang buka 24 jam. Gadis itu mengobati memar di wajah si pemuda dengan hati-hati. Sesekali ia meringis membayangkan bagaimana rasa sakit itu jika terjadi padanya.
"Sudah. Semua sudah kuobati." Katanya ketika selesai mengobati luka di wajah si pemuda.
"Padahal sudah kubilang. Tak perlu repot-repot mengobati ini. Aku bisa melakukannya sendiri nanti di rumah."
"Tidak, tidak. Ini kulakukan untuk berterima kasih karena kau telah menolongku."
Kemudian keduanya terdiam. Sibuk dengan pikirannya masing-masing. Gadis itu memainkan ujung jaket yang ia kenakan. Masih tak tahu apa yang harus dibicarakan.
"Kita belum saling mengenal, kan?" Si pemuda membuka suara memecah keheningan. Gadis di sebelahnya sontak menatapnya.
"Namaku Kang Minhee. Apakah kita pernah bertemu sebelumnya? Aku merasa tak asing dengan wajahmu."
"Aku Han Soojin. Tidak. Kita tidak pernah bertemu sebelumnya. Memangnya kau pernah melihatku dimana?"
Minhee menyebutkan sebuah perguruan tinggi tempatnya menimba ilmu, yang sontak membuat Soojin membulatkan bibirnya.
"Oou. Di sekitar sana? Aku memang tengah menjalani pendidikan di sana. Kau juga?"
Minhee mengangguk. Keduanya pun terlarut dengan pembicaraan yang asik. Hingga tak sadar jika waktu telah menunjukkan hampir tengah malam.
"Minhee-ya, sepertinya aku harus pulang. Sudah hampir tengah malam. Kakak pasti sudah menungguku."
"Perlu diantar? Tidak baik untukmu jika berkeliaran sendirian di tengah malam." Tawar Minhee.
"Tak perlu. Rumahku tak jauh dari sini. Aku bisa pulang sendiri. Aku pulang sekarang."
Minhee mengangguk. Kemudian keduanya berpisah di persimpangan. Tak perlu waktu yang lama, Soojin sampai di rumahnya. Dengan perlahan, ia membuka pintu rumahnya. Setelah masuk, ia langsung mematikan lampu otomatis yang menyala. Kemudian berjalan mengendap-endap supaya tak menimbulkan kegaduhan.
"Dari mana saja? Ini hampir tengah malam."
Soojin baru saja bernapas lega setelah melewati ruang keluarga yang gelap. Namun suara berat kakaknya dari arah sofa membuatnya terkejut. Ia kira tak ada siapapun disana.
"Aa.. O, Oppa." Katanya takut takut.
"Lain kali hubungi Oppa dulu jika pulang telat. Oppa sangat khawatir jika kau belum pulang."
Soojin menceritakan semua kejadian yang dialaminya tadi. Kakaknya mendengarkan dengan baik sambil sesekali menanggapi dengan pertanyaan. Raut lelah dan khawatir bercampur di wajah kakaknya. Soojin kira kakaknya akan marah jika ia terlambat pulang. Namun ternyata tidak.
"Baiklah. Segeralah berbenah kemudian pergilah tidur. Besok kau harus pergi ke kampus lagi."
"Nee."
This is my first fanfic.
Jadi harap dimaklumi
-α
KAMU SEDANG MEMBACA
The Circle of Love
Romance'Nyatanya semua orang di dunia ini sama. Mereka tamu yang datang tak diundang, menetap untuk waktu yang tak lama, dan pergi dengan tiba-tiba.' -Kang Daniel 'Hyung! Kau dimana? Apa kau baik-baik saja? Aku ingin segera bertemu denganmu, Hyung!' -Kang...