May I..?

3 2 0
                                    

Pagi ini Minhee mengawali harinya dengan sebuah senyum yang mengembang sempurna. Terkadang hanya tersenyum simpul, atau kemudian tersenyum lebar hingga memamerkan deretan giginya yang tampak rapi.

Jika Minhee boleh bercerita, sejak ia menjalin hubungan dengan Soojin beberapa bulan yang lalu, hari-harinya terasa lebih berwarna. Selalu saja seperti banyak sekali bunga yang bermekaran dalam perutnya. Perasaan hangat juga selalu menyelimuti Minhee. Sangat bertolak belakang dengan kehidupannya yang dulu.

Sudah beberapa bulan. Yohan masih tinggal bersama Minhee. Sebenarnya Yohan sudah menemukan sebuah hunian yang bisa ia tinggali bersama kakaknya. Namun Minhee tidak memperbolehkan Yohan untuk pindah dalam waktu dekat.

"Hyung.. aku pergi dulu." Pamit Minhee pada Yohan yang tengah sibuk dengan bukunya di depan televisi. "Tak apa jika aku meninggalkanmu sendirian, kan?"

"Aku bukan anak kecil, Minhee-ya. Tentu saja aku bisa menjaga diri." Yohan terkekeh di ujung kalimatnya. Ia meletakkan penanya di tengah-tengah buku, kemudian menoleh ke arah Minhee. "Tapi.. bukankah hari ini kau tidak ada kelas?" Sambungnya setelah menatap Minhee dari ujung kepala hingga ujung kaki. Pakaian Minhee terlihat rapi. Ketimbang terlihat hendak pergi ke kampus, Minhee lebih tampak seperti hendak... pergi berkencan.

"Memang tidak ada. Hari ini aku ada janji dengan Soojin. Kebetulan aku memiliki banyak waktu luang hari ini."

Yohan hanya mengangguk. Bergumam untuk membalas ucapan Minhee, mengiyakan sahabatnya itu keluar, kemudian kembali fokus pada bukunya.

Minhee menutup pintu apartemennya saat setelah mengeluarkan dirinya dari dalam sana. Senyumnya kembali mengembang. Sebuah pesan singkat dari Soojin yang mengatakan bahwa dirinya sudah berada di kafe membuat senyumnya itu mengembang.

Aku ingin perasaan seperti ini selalu ada.

---

Lonceng di atas pintu kafe tersebut berbunyi ketika Minhee masuk. Ia mengedarkan pandangannya terlebih dahulu, mencari sosok Soojin, sebelum akhirnya kembali melangkah menuju salah satu meja tempat kekasihnya itu menunggu.

Soojin sedang asik dengan ponselnya saat Minhee berjalan mendekat. Ia sama sekali tidak menyadari keberadaan kekasihnya itu bahkan setelah Minhee berada tepat dibelakangnya.

Minhee merendahkan tubuhnya, menyejajarkan kepalanya di telinga Soojin. Ia melingkarkan lengannya pada bahu Soojin sambil menyapa kekasihnya, "Sudah lama menunggu?" Lalu memberi satu kecupan di pipi sebelah kanan Soojin.

Soojin tidak bisa untuk tidak terkejut. Perlakuan manis Minhee secara beruntun itu membuat Soojin nyaris menjatuhkan ponselnya ke lantai. Pipinya memanas. Mungkin sekarang sudah merona karena malu. Debaran menyenangkan yang Soojin rasakan juga semakin membuatnya kehilangan kata-kata. Sebenarnya Minhee sudah cukup sering berlaku seperti itu selama beberapa bulan belakangan. Namun tetap saja, rasanya seperti ada ribuan serangga bersayap yang terbang dalam perutnya.

Untung saja kafe sedang tidak terlalu ramai. Jika saja kafe ramai, Soojin mungkin akan lebih merasa malu. Bisa-bisa ia ingin mengganti wajahnya jika Minhee melakukan hal tadi saat kafe sedang ramai.

"K-kau mengejutkanku, Minhee-ya." Soojin gugup.

Minhee terkekeh pelan. Ia melepaskan pelukannya pada Soojin, kemudian membawa tubuhnya menduduki kursi lain di depan kekasihnya. "Uuuh.. gemasnyaaa. Boobooku sedang merona. Sangat imut. Menggemaskan." Lanjutnya sambil mencubit pipi Soojin.

The Circle of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang