Our Moment

12 2 0
                                    

Malam ini terasa berbeda dengan malam-malam sebelumnya bagi Daniel. Tidak ada yang istimewa sebenarnya. Hanya waktu libur yang Seungwoo berikan, setoples besar jelly dipangkuannya, film yang tayang di televisi, dan juga Soobin yang duduk di sampingnya. Sederhana. Namun hal itu sudah membuat seorang Kang Daniel merasa bahagia.

Sore menjelang malam tadi, Seungwoo menelfonnya saat hendak pergi bekerja. Katanya, ia tidak perlu datang karena Seungwoo tidak membuka kafe. Daniel senang bukan main. Terlebih saat kekasihnya datang tak lama kemudian. "Hanya ingin berdua dengan Niel Oppa, dan tidak ingin pergi kemana pun." Jawaban Soobin ketika Daniel bertanya sebaiknya mereka pergi kemana untuk menghabiskan waktu. Daniel tidak menolak. Toh nenek juga tidak keberatan. Soobin sering berkunjung. Bahkan menginap.

Setelah makan malam, nenek bergegas pergi ke kamarnya untuk tidur. Terlampau lelah katanya. Maklum, usianya sudah senja. Wajar jika cepat lelah. Nenek membiarkan Daniel dan Soobin berdua di depan televisi yang menyiarkan berita malam. Ah iya. Seongwoo sudah tidak lagi menginap di rumah Daniel sejak hari dimana Hangyul datang untuk memberinya kabar duka itu. Ia benar-benar merasa bersalah dan juga sedih, hingga akhirnya memutuskan untuk pulang bersama Hangyul.

"Oppa.."

Panggilan dari Soobin membuat Daniel yang tengah mengganti saluran televisi dan asik memasukkan jelly ke mulutnya, menoleh sebentar ke arah kekasihnya itu. Bergumam singkat kemudian kembali pada kegiatan mengganti saluran televisinya.

"Kenapa Oppa sangat membenci serangga?" Pertanyaan random dari Soobin membuatnya benar-benar menolehkan kepalanya menuju sang kekasih yang tengah bersandar di bahunya. Daniel berpikir sebentar. Menimbang-nimbang, apakah ia harus mengatakan alasan mengapa ia membenci serangga, atau tidak. Karena menurut Daniel, alasannya membenci serangga terdengar tidak rasional.

"Ya.. ya hanya tidak suka."

"Kenapa tidak suka?"

"Hanya tidak suka."

Soobin mendengus kesal. Tidak puas dengan jawaban yang Daniel berikan. "Ayolah, Oppa. Katakan saja. Aku tidak akan mengejek."

Air muka Soobin tampak kesal. Ia menjauhkan dirinya dari Daniel, kemudian memajukan bibirnya beberapa sentimeter. Namun sedetik kemudian, ia kembali bersandar di bahu Daniel sambil memasang ekspresi semenggemaskan mungkin.

"Ayolah, Oppa. Hm?"

Jika mereka sedang berada dalam komik, mungkin akan ada pancaran cahaya serta bunga-bunga lucu yang menguar dari Soobin. Sangat menggemaskan. Tampak seperti anak kucing yang ingin diadopsi di mata Daniel.

"Hah.." Daniel menghela nafasnya. Mengalah akibat pesona menggemaskan Soobin. "Baiklah, baiklah. Lagi pula, kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal ini, Bin-ah?"

"Hanya ingin tau. Cepat katakan, Oppa!" Soobin bersorak girang. Lagi-lagi membuat Daniel tidak tahan untuk tidak mengusak puncak kepala kekasihnya itu.

"Mungkin ini terdengar tidak rasional.. tapi, aku membenci serangga karena aku membenci sesuatu yang memiliki kaki lebih banyak dariku." Daniel segera menutupi dirinya dengan selimut yang mereka berdua gunakan, setelah mengatakan alasannya membenci serangga dengan cepat.

Soobin terdiam di tempatnya. Tidak habis pikir dengan tingkah ajaib sang kekasih. "Hanya itu?"

"Apa?" Suara Daniel sedikit tidak jelas karena teredam selimut.

"Hanya itu alasannya?"

Daniel menurunkan selimut yang menutupinya hingga sebatas hidung. Menatap Soobin, kemudian mengangguk dengan wajah memelas. Soobin mengangkat kucing Daniel yang berada di pangkuannya, mengarahkannya tepat di depan wajah Daniel. Kucing putih keabu-abuan yang Daniel beri nama Ori itu mengeong keras-keras. Tidak terima kegiatan rebahannya diganggu.

"Lalu, Ori dan yang lain ini memiliki berapa kaki, kekasihku yang tampan?" Daniel mengangkat empat jarinya. "Kenapa tidak dibenci juga? Kita kan, hanya memiliki dua kaki. Sedangakn mereka memiliki empat kaki." Tandas Soobin dengan gemas. Ia mengembalikan Ori ke pangkuannya yang terbalut selimut milik Daniel.

"Tidak. Itu berbeda."

"Sama saja."

"Berbeda, Bin-ah. Kucing itu lucu. Menggaskan. Sedangkan serangga itu tidak imut. Tidak menggemaskan."

Baiklah. Soobin akan mengalah. Ia tidak akan menang melawan Daniel dalam mode apa pun. Daniel mode dewasa saja sulit untuk didebat. Apalagi Kang Daniel yang mode anak-anak seperti saat ini. Itu hanya akan menghabiskan tenaganya. Keduanya kemudian kembali fokus pada televisi yang menayangkan kartun kereta api berwarna biru. Daniel yang memilih saluran televisi. Karena bosan dengan semua saluran, jadi ia memutuskan untuk memilih tayangan kartun Thomas. Padahal menurut Soobin, karakter kereta berwarna biru itu sedikit menyeramkan karena hanya memiliki wajah yang begitu. Namun Daniel tetap menikmatinya. Kekasih Soobin itu bahkan sesekali tertawa saat ada yang menurutnya bisa ditertawakan.

Itulah Kang Daniel.

Soobin menyamakan posisinya. Kepalanya ia sandarkan di bahu Daniel. Sedangkan tangannya, bergerak untuk melingkar di pinggang kekasihnya. Sebelah tangan Daniel yang tadi menjadi bantalan untuk Soobin, kini beralih memeluk bahu kekasihnya. Sangat nyaman. Terlebih saat Daniel tidak berhenti menepuk-nepuk kepalanya. Terasa seperti meninabobokan Soobin.

"Oppa, kau lebih suka seafood, atau daging?" Soobin memecah keheningan. Sejak tadi, hanya suara televisi yang mendominasi.

"Tentu saja daging. Aku alergi terhadap makanan laut jika kau lupa, Bin-ah." Ah, benar. Soobin lupa akan hal itu.

Keduanya kembali terdiam. Daniel sesekali melirik ke arah Soobin. Tak jarang ia melihat Soobin menguap. Sepertinya sudah sangat mengantuk. Daniel merapikan anak rambut Soobin dengan tangannya yang lain.

"Oppa.. lebih suka menaiki sepeda atau skateboard?" Soobin kembali memecah keheningan. Suara lirihnya benar-benar menunjukkan bahwa ia sudah sangat mengantuk.

"Kau mengantuk, Bin-ah. Lebih baik kau tidur sekarang."

Soobin menggeleng. "Tidak mau. Tidak mengantuk." Meski begitu, Soobin kembali menguap.

"Tidak mengantuk bagaimana. Matamu memerah dan berair, Bin-ah. Ayo tutup matamu, dan tidurlah."

"Kalau begitu, jawab dulu pertanyaanku tadi."

Daniel mengunyah jelly yang entah keberapa, setelah halus ia menelannya. Kemudian menjawab pertanyaan Soobin. "Aku lebih suka menaiki skateboard."

"Kenapa?" Tanya Soobin. Kedua matanya sudah tertutup. Namun ia belum menyebrang ke dunia mimpi. Untuk kesekian kalinya, Daniel mengabaikan televisi yang menyala demi memperhatikan Soobin. Ia tersenyum gemas saat kekasihnya itu tetap memaksanya berbicara meski dengan kesadaran yang menipis karena hampir jatuh tertidur.

"Karena.. mm. Entahlah. Aku suka saat melakukan free style dengan papan itu. Rasanya menyenangkan. Juga menenangkan." Daniel menjeda kalimatnya. Usapan tangannya tidak berhenti. "Kenapa, kau tiba-tiba menanyakan ini, Bin-ah?"

Tidak ada jawaban dari Soobin. Dan saat Daniel mengintip, ternyata kekasihnya itu sudah jatuh tertidur. Matanya tertutup dengan rapat. Nafas Soobin terdengar teratur. Daniel tersenyum. Ia meninggalkan sebuah kecupan di bibir dan kening Soobin, kemudian membenarkan selimut yang menyelimuti keduanya.

Sepertinya Daniel mengerti mengapa Soobin terus mengajaknya mengobrol meski kekasihnya itu sudah mengantuk. Soobin ingin mendengar suara Daniel. Bagi Soobin, suara kekasihnya memang lagu pengantar tidur yang terbaik. Sangat ampuh untuk membuatnya tidur.

"Tidur yang nyenyak, Bin-ah."

---

(050720)
22:22

The Circle of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang