ILY

8 3 0
                                    

Wooseok merasa sangat senang sekarang. Sejak ia keluar dari kelas, ia tak henti hentinya tersenyum. Bahkan sampai membuat semua temannya memiliki tanda tanya imajiner di kepala mereka.

Sekarang ia tengah menuju lokernya untuk menyimpan beberapa buku. Ketika sedang merapikan isi lokernya, Wooseok merasakan kehadiran seseorang di belakangnya. Benar saja. Ia melihat orang yang membuatnya tak berhenti tersenyum, tengah berdiri di depan lokernya.

"Raemi-ya, annyeong!" Sapa Wooseok. Yang disapa Wooseok mengangkat kepalanya, kemudian tersenyum ketika menyadari kehadiran Wooseok di sebelahnya.

"Aa.. Wooseok-ah. Waeyo?"

"Hmm.. kau tahu kan, jika kita satu kelompok untuk tugas tiga hari yang akan datang?" Raemi mengangguk. Senyum di wajahnya masih ia pertahankan, membuat ada letupan-letupan menyenangkan di dada Wooseok. "Jadi.. apa yang akan kita buat?"

"Apa, ya? Aku belum berpikir kita akan membuat apa untuk tiga hari mendatang. Kau sudah ada ide?" Wooseok menggeleng sebagai jawaban.

"Aku akan memikirkannya terlebih dahulu.. Nanti malam ak-"

"Wooseok-ah!" Ucapan Raemi terpotong oleh suara teriakan Daniel memanggil Wooseok. Kemudian, sosoknya yang tinggi datang dari belakang Wooseok.

'Aish.. Niel-ah.. kau datang disaat yang tidak tepat.' Batin Wooseok.

"Wooseok-ah, kita harus pergi ke cafe sekarang. Atau Seungwoo hyung ak-" ucapan Daniel terhenti ketika ia melihat seseorang di depan Wooseok. "Oh, mian. Aku akan pergi sekarang. Fighting Wooseok-ah!" Bisik Daniel di telinga Wooseok.

"Aku ke tempat Seungwoo hyung sekarang. Jangan terlambat Wooseok-ah!" Daniel menepuk bahu Wooseok. Kemudian meninggalkan dua orang itu.

"Niel-ah!" Panggilan Raemi membuat langkah Daniel terhenti. Ia berbalik, namun tidak berniat untuk kembali mendekat. "Apa kau suka coklat yang kuberi?" Tanya Raemi langsung pada intinya.

Daniel bingung. Harus ia jawab bagaimana. "Oh.. itu darimu?" Raemi mengangguk dengan antusias. "Maafkan aku. Coklat yang kau beri.. itu.. habis dilahap temanku. Aku hanya memakan coklat yang diberi kekasihku setelahnya."

Daniel menekan kata 'kekasih' di ujung kalimatnya. Ia tidak ingin Wooseok salah paham. Dan Raemi juga harus mengingat bahwa Daniel sudah memiliki kekasih.

"Maaf. Aku benar-benar harus pergi sekarang." Setelah itu, Daniel mengambil langkah seribu untuk pergi dari sana. Ia merasa atmosfer di tempat itu sedang sangat buruk. Raemi menatap kepergian Daniel dengan sorot mata sendu.

Wooseok terdiam di tempatnya. Di satu sisi, ia merasa kasihan pada Raemi. Di sisi lain, ia juga sangat menyukai orang di depannya itu. Entahlah. Wooseok bingung dengan pikirannya sendiri.

"Jadi.. bagaimana jika kita memikirkan tugas ini terlebih dahulu secara matang. Kemudian kita bisa membahasnya." Wooseok tersadar dari lamunannya. Raemi menatapnya dengan senyum yang tak pernah ia tinggalkan. Yang tentu saja menjadi candu untuk Wooseok.

"Aa.. ba, baiklah. Kita harus mencari ide terlebih dahulu."

"Hm. Nanti malam aku akan menghubungimu. Sekarang aku harus pergi, Wooseok-ah."

"Baiklah. Hati-hati di jalan Raemi-ya. Annyeong!"

'Moon Raemi.. walaupun ini menyakitkan, kenapa aku masih menyukaimu? Aish..'

The Circle of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang