"Apa rasanya sangat menyakitkan?" Raemi mengangguk. Masih dalam dekapan orang itu. "Mungkin sudah saatnya untukmu berhenti mengejarnya, Raemi-ya."
Raemi melepaskan pelukannya. Menciptakan sedikit jarak antara dirinya dan orang itu. Raemi menatap mata orang itu dengan lurus. Di sela sembabnya mata Raemi, tersirat sorot tak suka dengan apa yang baru saja orang itu katakan.
"Ti-tidak, Wooseok-ah. Hiks.. aku.. ti, tidak ingin, hiks, menyerah."
Ya. Orang itu adalah Kim Wooseok. Wooseok yang menarik Raemi menjauh dari sana, dan memeluknya.
"Apa kau tidak lelah?" Raemi menunduk menatap sepatunya yang terlampau dekat dengan milik Wooseok. Bohong jika Raemi mengatakan tidak lelah. Namun rasa sukanya pada Daniel, seakan menggradasi kata lelah itu.
"Raemi-ya, ini saatnya kau melupakan Daniel. Jangan buang tenaga dan juga cintamu dengan sia-sia." Wooseok mengarahkan sebelah tangannya menyentuh pipi Raemi. Mengusap jejak air mata yang masih membasahi pipi gadis itu. Ia mengangkat pandangan Raemi, menyetarakan dengan pandangannya.
"Waktunya dirimu membuka hati untuk orang lain. Di luar sana, pasti banyak orang yang menyukaimu. Salah satunya adalah aku." Ucapan Wooseok menghentikan tangisan Raemi. Ia kembali menunduk, terlalu terkejut dengan pengakuan Wooseok.
Wooseok kembali menangkup kedua sisi wajah Raemi, menyetarakan lagi pandangan Raemi dengannya. "Kumohon. Berilah aku kesempatan. Aku mencintaimu sejak lama. Tapi melihatmu begitu tergila-gila dengan Daniel, aku selalu mengurungkan niatku untuk mengatakan hal ini."
Raemi diam. Semburat kemerahan mulai menjalar di pipi hingga telinganya. Membuat Wooseok menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum gemas. Sedetik kemudian, Raemi memeluk Wooseok, ia menyembunyikan wajahnya dalam dekapan namja itu. Meski sempat terkejut, Wooseok membalas pelukan Raemi tak kalah erat.
"Bari aku kesempatan. Aku akan membuatmu jatuh hati padaku." Wooseok menumpukan kepalanya pada kepala Raemi.
"Buatlah aku jatuh hati padamu, Kim Wooseok."
---
Soobin mendengus kesal. Ia melempar ponselnya dengan sembarangan ke arah tempat tidurnya. Benda itu menggelinding dengan kasar sebelum akhirnya berhenti karena membentur dinding kamar.
Hari ini Soobin libur. Begitu juga dengan Daniel. Liburnya kali ini bertepatan dengan anniversary mereka yang keempat. Empat tahun yang lalu, ketika mereka masih sekolah menengah, Daniel yang berstatus sebagai kakak tingkat Soobin menyatakan perasaannya pada Soobin melalui pengeras suara sekolah. Sangat memalukan bagi Soobin karena namanya disebut dengan jelas oleh Daniel. Hingga hampir seluruh penghuni sekolah mengenalnya.
Seharusnya ia merayakan hari bahagia itu bersama Daniel. Tapi apa? Nyatanya Daniel malah tak bisa dihubungi sejak pagi ini. Semua pesan yang Soobin kirimkan tak dibaca. Panggilan suara pun tak dijawab. Teman-temannya juga tampaknya sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Yang jelas, Daniel seakan menghilang ditelan bumi.
Seingat Soobin, kemarin mereka berdua sudah menyelesaikan kesalahpahaman itu. Lantas, kemana perginya Daniel?
Matahari mulai naik ke puncak paling tinggi. Salju di jalanan banyak mencair. Suhu udara juga mulai menghangat. Menandakan musim semi tak lama lagi - atau bahkan telah - tiba.
Tengah hari seperti ini membuat Soobin mengantuk. Ia beranjak menuju tempat tidurnya, berniat untuk menyebrang ke dunia mimpi barang hanya sekejap. Soobin meraih ponselnya lagi, berharap kekasihnya menelfon atau setidaknya membalas pesan yang ia kirimkan. Namun hasilnya nihil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Circle of Love
Romance'Nyatanya semua orang di dunia ini sama. Mereka tamu yang datang tak diundang, menetap untuk waktu yang tak lama, dan pergi dengan tiba-tiba.' -Kang Daniel 'Hyung! Kau dimana? Apa kau baik-baik saja? Aku ingin segera bertemu denganmu, Hyung!' -Kang...