Tell Me! Yes or No?

5 2 0
                                    

Busan, 09 November

Ketiga orang itu duduk berdampingan di dalam bus. Minhee si bungsu, duduk paling ujung, dekat jendela. Kemudian, di sebelahnya ada Daniel. Ayah mereka duduk di ujung satunya. Mengawasi sambil mengulas senyum ketika anak bungsunya terus saja berceloteh.

Sungguh pemandangan yang tidak pernah Daniel lihat. Pernah, dulu sekali. Saat usianya mungkin sekitar empat atau lima tahun. Karena hanya saat itu yang Daniel ingat. Selebihnya, ayahnya selalu marah, membentak dan memasang wajah yang menurut Daniel, menyeramkan.

Seharusnya Daniel curiga atau merasa waspada jika tiba-tiba ayahnya selalu tersenyum seperti itu. Namun, Daniel tetaplah Daniel. Dia masih anak polos yang tidak mengerti banyak hal meski pemikirannya sudah cukup dewasa dalam menghadapi sesuatu. Jadi, Daniel hanya merasa senang ketika ayahnya mengajaknya pergi ke taman bermain dengan memasang senyum di wajahnya.

Tak berselang lama, mereka sampai di tujuan. Minhee sangat antusias ketika mereka memasuki tempat itu. Banyak sekali wahana yang ingin ia naiki. Juga banyak hal yang ingin Minhee coba.

"Minhee ingin naik apa?" Tanya ayah mereka dengan tersenyum. Ia tampak menunduk, menyamakan tingginya dengan putra kecilnya.

Minhee tampak sedikit berpikir. Berkali-kali ia berotasi di tempatnya, memindai apa saja yang ada di sekelilingnya. Kemudian memilih wahana mana yang ingin ia naiki. Tangan mungilnya mengusap-usap dagunya.

"Hyung ingin menaiki yang mana?" Bocah itu malah melemparkan pertanyaan ke hyungnya. Terlalu bingung untuk memutuskan. Namun sepertinya sudah memilih satu wahana yang ingin ia naiki.

"Terserah kau. Memangnya Minhee ingin naik yang mana?"

"Ingin menaiki kereta." Katanya sambil menunjuk kereta yang sedang berjalan di lintasannya. Melingkar, cukup luas.

"Tentu saja. Ayo ke sana!" Ayah mereka menggandeng tangan Daniel dan Minhee. Kemudian membawa dua anaknya menaiki kereta mini itu.

Minhee naik di gerbong paling depan. Tepat di belakang kepala kereta. Di belakang Minhee, Daniel juga tengah duduk manis sambil mengawasi Minhee. Adiknya itu tidak mau duduk berdua dengannya. Aku sudah besar Hyung, aku bisa duduk sendiri, katanya saat Daniel hendak duduk di satu gerbong dengannya.

Setelah tiga putaran, dua anak itu turun. Ayahnya kembali bertanya, ingin menaiki yang mana. Minhee langsung memilih wahana selanjutnya.

Cukup lama mereka bermain. Sepertinya kedua bocah itu kelelahan. Mereka pun memutuskan untuk duduk di salah satu kursi yang ada di sana. Minhee asyik memakan permen kapasnya. Sedangkan Daniel, masih kesulitan membawa makanan lain yang mereka beli. Ia meletakkan makanannya di kursi, kemudian ikut menikmati.

"Apa kalian merasa senang, hari ini?"

"Eung!" Daniel dan Minhee kompak menjawab. Kedua anak itu memang merasa senang. Sangat merasa senang malah.

"Syukurlah jika kalian merasa senang. Appa ingin meminta maaf. Selama ini pasti sangat berat bagi kalian. Terutama untukmu, Niel-ah."

Minhee tidak mendengarkan. Ia fokus pada makanannya. Daniel menggeleng. Mengatakan bahwa ia dan - mungkin - Minhee, baik-baik saja. Daniel hanya tidak ingin merusak suasana. Sudah lama ia ingin merasakan kasih sayang di antara ia dan ayahnya. Seperti saat ini.

"Appa hendak kemana?" Tanya Minhee ketika melihat ayahnya berdiri dari tempatnya.

"Appa ingin ke toilet sebentar. Kalian di sini saja, ya."

"Cepat kembali, Appa." Daniel berpesan saat ayahnya mulai berjalan menjauh. Ia duduk kembali di tempatnya. Kedua kakak beradik itu asyik memakan makanan yang tadi mereka beli sambil menunggu ayah mereka kembali.

The Circle of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang