Kutub Utara Kutub Selatan

9 3 0
                                    

Tiga hari berlalu dengan begitu cepat. Setidaknya itu yang Wooseok rasakan. Ia merasa waktu yang ia habiskan bersama Raemi, sangat kurang. Padahal, sejak kelompok itu dibentuk, Wooseok selalu bersama dengan Raemi. Dimalam hari, mereka akan saling menghubungi. Tentu saja untuk membahas tugas. Namun bukan Wooseok jika obrolan mereka tidak meluas kemana-mana.

Dan bagi Wooseok, itu masih tidak cukup. Ia sangat menikmati waktu yang ia miliki bersama Raemi. Wooseok tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan itu. Bahkan kesempatan untuk makan siang bersama seperti saat ini. Ketika ia dan beberapa sahabatnya tengah makan siang, mereka tak sengaja bertemu dengan Raemi. Dan berakhirlah Raemi yang ikut menikmati makanannya bersama mereka.

Wooseok seketika menjadi banyak bicara. Ya, walaupun sebelumnya ia juga banyak bicara, kali ini ia terlihat dua kali lebih banyak bicara. Terutama pada Raemi, yang duduk di sebelah kanannya. Walaupun tampak mendengarkan setiap kata yang diucapkan oleh Wooseok, diam-diam Raemi memperhatikan orang di depannya. Kang Daniel.

"Niel-ah, apa kau bisa membuka ini untukku?" Raemi menyodorkan sebuah botol yang masih tersegel rapat.

"Aa.. Niel-ah, bisa kau ambil gambar aku dengan minuman ini? Sepertinya akan tampak bagus." Sebelum Daniel menerima botol Raemi, Seungwoo yang duduk di sebelah Daniel, memberi Daniel ponsel miliknya.

Daniel mengiyakan, kemudian melakukan apa yang hyungnya minta. Raemi menarik tangannya yang mengulurkan botol tadi. Raut wahahnya kecewa. "Aku akan membukanya untukmu." Botol telah beralih ke tangan Wooseok. Raemi tersenyum, dan mengucapkan terima kasih.

Begitu juga dengan Daniel. Bibirnya bergerak mengucapkan terima kasih tanpa bersuara pada Seungwoo. Seungwoo yang menyadari akan hal itu, hanya tersenyum dan mengangguk.

Ya.. Daniel menceritakan Raemi pada Seungwoo. Karena Daniel telah menganggap Seungwoo sebagai kakak kandungnya, jadi ia merasa Seungwoo bisa diandalkan jika ia memiliki masalah. Terlebih lagi, Seungwoo pendengar yang baik. Ia akan mendengarkan semua yang Daniel atau temannya keluhkan, kemudian membantu mencari solusi, dan terkadang mengingatkan jika ada yang kurang benar. Benar-benar seperti sosok ayah di mata teman-temannya.

Mereka masih menikmati makanan mereka dengan tenang. Hingga Raemi terus mencoba mengajak Daniel berbicara, menariknya dengan pertanyaan-pertanyaan yang menurut teman-teman Daniel, tak penting untuk dibicarakan.

"Oh iya, Niel-ah. Bagaimana dengan kekasihmu?" Kali ini Seungyoun yang bertanya. Atau mungkin, mengalihkan pembicaraan Raemi.

"Soobinie? Dia baik-baik saja. Tak lama lagi adalah anniversary kami." Daniel menampakkan senyumnya yang -mungkin sejak kedatangan Raemi- tadi menghilang.

"Woaa.. sepertinya kita akan mendapat paket makanan dengan gratis." Ucapan Eunsang dibenarkan oleh semua. Kecuali Daniel.

Seketika meja yang Daniel tempati ramai. Teman-teman Daniel sibuk menggoda Daniel. "Eyy.. ayolah Hyung. Supaya hubunganmu dengan Soobin nuna, langgeng."

Akhirnya Daniel hanya menjawab, "Iya. Jika aku sedang berbaik hati." Teman-temannya tersenyum ketika mendengar kata 'iya'. Namun kembali kesal setelah mendengar kalimat selanjutnya.

"Bagaimana jika kita berfoto?" Tanya Raemi. Dengan inisiatif sendiri, Raemi memindahkan tubuhnya ke samping Daniel. Dengan jarak yang cukup dekat, Raemi mengambil gambar mereka semua.

Daniel terkejut. Yang lain juga. Setelah cukup membaca situasi yang terjadi, Daniel jelas tidak suka dengan tindakan yang baru saja dilakukan oleh Raemi. Marah? Tentu saja. Namun Daniel masih memiliki hati, untuk tidak membentak atau memarahi yeoja di depannya itu.

"Hmm.. aku harus pergi sekarang." Ucap Daniel sambil berdiri, dan tentu saja diiringi dengan senyum yang dipaksakan.

"Pergi? Kemana?" Wooseok menatap Daniel.

"Mm.. Niel-ah, apa kau marah padaku?" Tanya Raemi setelah menatap air muka Daniel. "Tak usah pergi. Aku saja yang pergi. Permisi."

Setelah mengucapkan itu, Raemi benar-benar melangkah pergi. Namun ketika ia melewati Daniel, kakinya tak sengaja terantuk kaki meja. Menyebabkan ia kehilangan keseimbangan, dan terjatuh. Raemi mungkin akan benar-benar terjatuh jika Daniel tidak menahan tubuhnya. Raemi terjatuh tepat di dada bidang seorang Kang Daniel.

Karena sadar dengan posisinya yang terlalu dekat, Daniel segera menjauhkan tubuh Raemi. Sekilas Daniel melirik ke arah Wooseok. Wooseok hanya terdiam, dengan ekspresi yang sulit untuk diartikan.

"Tidak. Aku harus menjemput Soobin. Hyung, aku pergi sekarang." Daniel melangkahkan kakinya. Namun sebelum jauh, Daniel berhenti. "Dan juga. Moon Raemi. Sekali lagi, aku mengingatkanmu. Aku telah memiliki kekasih. Jadi, tolong jagalah sikapmu!" Kemudian melanjutkan langkah panjangnya.

---

'Aish.. benar-benar menyebalkan. Jaga sikapmu katanya. Cih. Apa yang harus kulakukan? Aku ingin Daniel menjadi milikku. Apa aku harus menyingkirkan kekasihnya?'

"Kau baik-baik saja?" Raemi tersadar dari lamunannya. Menatap namja di sampingnya.

"Hm? A-aku baik-baik saja. Mengapa kau bertanya seperti itu Wooseok-ah?"

Setelah Daniel pergi, Raemi juga memutuskan untuk pergi. Walaupun ia menolaknya dengan mengatakan ia bisa pulang sendiri, Wooseok tetap ingin mengantarnya pulang. Jadi, di sinilah mereka sekarang. Berjalan berdampingan menuju rumah Raemi.

"Kau sejak tadi hanya diam. Kukira kau sakit."

"Aniya.." Raemi tersenyum. Begitu juga dengan Wooseok.

'Aku tahu Raemi-ya.. tadi kau hanya berpura-pura terjatuh. Aku melihatnya. Dan aku juga tahusebenarnya kau pasti sedang memikirkan Daniel. Tapi Daniel benar. Dia telah memiliki kekasih. Tak bisakah kau melihat keberadaanku? Tak bisakah kau menyadarinya? Tak bisakah kau membuka hati?'

---

"Minhee-ya.. hiks, a-aku sangat ta-takut.. hiks."

"Tenanglah Soojin-ah. Jangan takut! Aku ada di sini. Aku akan melindungimu. Gwaenchana.. I'm here for you."

Minhee mencoba menenangkan Soojin yang tengah menangis dalam dekapannya. Sesekali ia mengusap punggung gadis itu dengan lembut. Mencoba menyalurkan rasa tenang dari usapan itu. Soojin masih menangis. Ia menyembunyikan wajahnya di dada Minhee. Minhee tak peduli jika bajunya akan basah. Ia hanya ingin Soojin kembali tenang.

"Kuantar pulang, hm?" Minhee menatap Soojin dalam dekapannya. Tangannya naik untuk menghapus air mata yang membentuk sungai di pipi gadis itu. Soojin mengangguk ditengah nafas sesenggukannya. Ia melepas pelukannya pada Minhee, membiarkan Minhee melepas seragam kerjanya dan mengambil barang miliknya.

Jujur saja. Minhee tidak tega dengan Soojin. Setelah mengambil barangnya, ia mengantar Soojin pulang. Tentu saja dengan arahan dari gadis itu.

'Aku akan menjagamu. Tak akan kubiarkan hal seperti tadi terulang kembali, Soojin-ah.'

The Circle of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang