Sebentar lagi jam kerja Minhee akan berakhir. Pelanggan yang datang juga semakin berkurang. Karena memang ini sudah larut. Minhee masih berkutat dengan buku-bukunya di meja kasir. Jika boleh jujur, sebenarnya ia sudah sangat mengantuk. Padahal tiga kaleng kopi sudah ia habiskan supaya tetap terjaga. Namun tetap tidak mengusir rasa kantuk Minhee.
Minhee mulai terpejam. Ia tak peduli jika besok atasannya akan marah. Toh minimarket sedang sepi. Tak apa jika ia menutup matanya sebentar, dan mengistirahatkan sejenak badannya.
Belum lama Minhee menutup mata, ia terlonjak kaget karena mendengar suara pintu minimarket yang dibuka dengan keras dan terkesan terburu-buru. Suara loncengnya yang nyaring tentu saja menarik kembali kesadaran Minhee. Ia bahkan semakin dibuat terkejut oleh seseorang yang baru saja membuka pintu itu.
"Haah.. m-Minhee-ya.. haa, ha. T-tolong aku.. hiks. A-aku.. hah, hah.. hiks, orang itu.."
"Soojin-ah, kau kenapa?" Hilang sudah rasa kantuk Minhee ketika melihat Soojin yang datang dengan nafas memburu, juga air mata yang terurai menjadi satu dengan keringat dingin.
"Hei, gadis manis. Di mana kau?" Suara berat seorang pria terdengar sebelum Soojin mengatakan sesuatu pada Minhee. Soojin menegang ketika mendengar suara itu. Dengan berusaha menahan tangisnya, Soojin bersembunyi di balik tubuh Minhee. Sekarang Minhee tahu apa yang terjadi, tatkala cengkraman Soojin di lengannya semakin erat ketika pria itu melihat keberadaan Soojin.
Pria itu memasuki minimarket. Ia tepat berada di depan Minhee. Membuat Soojin semakin menenggelamkan diri di balik tubuh Minhee. Pria itu menatap Minhee. Atau lebih tepatnya, seseorang di belakang Minhee, dengan senyum miring yang misterius.
"Ada yang bisa kubantu, Tuan?" Minhee menghalangi pandangan pria itu dari Soojin. Ia menatap pria itu dengan tatapan tajam. Menelisik segala sesuatu yang ada pada pria itu. Mata dan wajah yang memerah, serta cara berjalan yang tidak benar. Jangan lupakan bau menyengat alkohol yang sangat kentara. Meyakinkan Minhee bahwa pria ini telah melakukan sesuatu pada Soojin.
"Aku.. ada urusan.. dengan gadis di belakangmu." Pria itu mengusap tangan Soojin yang berada di bahu Minhee. Sedetik kemudian, Minhee mencekal tangan itu dengan kuat.
"Ada urusan apa Anda dengan kekasihku?" Sekali hentakan, tangan itu terlepas dari tangan Soojin.
"Oh.. dia kekasihmu, ya? Tidak ada. Aku.. hanya ingin bermain dengan kekasihmu i-"
Sebuah pukulan mendarat mulus di rahang pria itu, sebelum ia menyelesaikan kata-katanya. Habis sudah kesabaran Minhee. Ia sungguh muak dengan pria di depannya. Tak peduli jika pria itu lebih tua darinya.
Pria itu memegangi rahangnya yang lebam. Tak terima dengan apa yang baru saja Minhee lakukan, ia balas meluncurkan sebuah pukulan pada Minhee. Pukulah itu mengenai ujung bibirnya, menyebabkan ujung bibirnya sobek dan mengeluarkan darah.
"Soojin tunggulah di sini!" Perintah Minhee ditanggapi dengan berpindahnya Soojin ke balik meja kasir. Sedangkan Minhee menjauhkan pria yang terus saja mencoba mendekati Soojin. Ia tak ingin Soojin terluka. Selain itu, ia juga tak ingin gajinya dipangkas karena telah membuat kekacauan di minimarket itu.
Setelah berhasil keluar, perkelahian pun tak dapat terelakkan. Pukulan demi pukulan mendarat sempurna di tubuh Minhee. Sesekali Minhee berhasil memukul balik, atau menghindar. Namun tubuh pria itu lebih besar darinya, membuat Minhee tersungkur kehabisan tenaga.
Pria itu mendekat. Ia menarik kerah baju Minhee, hendak melayangkan satu pukulan lagi. Namun gerakannya terhenti ketika sebuah mobil patroli berhenti tak jauh dari mereka, disusul dengan turunnya dua petugas polisi yang segera memisahkan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Circle of Love
Romance'Nyatanya semua orang di dunia ini sama. Mereka tamu yang datang tak diundang, menetap untuk waktu yang tak lama, dan pergi dengan tiba-tiba.' -Kang Daniel 'Hyung! Kau dimana? Apa kau baik-baik saja? Aku ingin segera bertemu denganmu, Hyung!' -Kang...