Sedang Mencoba...

5 3 0
                                    

Suara kicauan burung di luar jendela, juga sinar mentari yang menyilaukan, membuat Yohan sedikit terganggu dalam tidurnya. Ia mulai mengerjapkan mata. Perlahan-lahan, ia bangkit dari tidurnya. Yohan mencoba melawan gravitasi yang ditimbulkan oleh ranjang Minhee.

Yohan tak yakin semalam Minhee tidur di mana. Yang Yohan tahu, sesaat sebelum ia jatuh tertidur, Minhee masih terduduk di depan meja belajar. Tengah berkutat dengan buku-buku setebal kamus. Sepertinya Minhee tak tidur di sebelahnya. Mungkin ia tidur di tempat lain.

"Oh, Hyung. Kau sudah bangun rupanya. Selamat pagi." Kepala Minhee menyembul dari balik pintu ketika Yohan tengah meregangkan otot-ototnya. Minhee melangkahkan kakinya memasuki kamar. Ia membuka tirai yang masih setengah terbuka, yang seketika membuat cahaya matahari segera menerangi kamarnya.

"Bagaimana tidurmu, Hyung? Nyenyak?"

"Hm. Tempat tidurmu bahkan seakan memiliki gravitasi yang menarikku untuk tetap tidur."

Minhee terkekeh pelan seraya menggelengkan kepala karena ucapan Yohan. "Baiklah. Segeralah untuk mandi, kemudian pergilah ke dapur! Aku sudah membuat sarapan."

Yohan menggumamkan sesuatu sebagai jawaban. Ia masih mengumpulkan nyawa yang masih belum seutuhnya kembali setelah tidur singkatnya. Dikatakan singkat karena semalam ia baru tidur sekitar pukul dua dini hari. Setelah sampai di apartemen Minhee, dan melihat kondisi Minhee, Yohan tak jadi bercerita. Ia hanya duduk diam setelah mengembalikan kotak obat Minhee. Minhee juga sedang sibuk dengan bukunya, membuatnya semakin tak ingin mengganggu sahabatnya itu. Kemudian, malah ia diajak Minhee yang sebenarnya terlalu larut - untuk makan malam. Belum makan malam karena minimarket sedang ramai, kata Minhee.

Dengan langkah gontai, Yohan memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah beberapa menit, ia keluar dengan menggunakan pakaian milik Minhee. Ia tak mempersiapkan apapun ketika menginap. Begitu Yohan merasa tak tahan dengan kondisinya saat itu, ia segera menuju Minhee.

"Kau memasak semua ini?" Saraf olfaktori Yohan terbuai dengan bau makanan yang sudah Minhee siapkan di meja makan. Minhee yang masih sibuk menggoreng ikan, berbalik ketika suara Yohan mengagetkannya.

"Tidak, Hyung. Hanya beberapa. Yang lain baru saja kubeli di lantai dasar ketika kau masih tertidur." Jelas Minhee sambil mengangkat ikannya dari penggorengan. Setelah memindahkannya pada piring, Minhee membawa dirinya duduk di depan Yohan, kemudian mulai menikmati sarapan.

Harus Yohan akui bahwa masakan Minhee memang lezat. Mungkin karena diantara teman-temannya, hanya masakan Minhee yang bisa dikatakan sebagai makanan. Terakhir kali ia mencoba memakan makanan Woojin, Junho, dan Jinyoung, malah berakhir dengan lidahnya yang tak bisa merasakan apapun untuk beberapa saat karena saking asinnya. Sedangkan Minhyun dan Jisung, mereka memiliki banyak uang untuk membeli makanan, jadi tak perlu repot memasak ketika yang lain datang untuk berkunjung.

"Hari ini kau ada kelas, Hyung?"

Yohan mengunyah makanannya terlebih dahulu kemudian menelannya sebelum menjawab pertanyaan Minhee. "Ada, siang nanti. Kenapa?"

"Tidak. Setelah ini aku akan pergi ke minimarket. Ada beberapa barang yang harus kubeli karena sudah habis."

"Oh.. apa itu habis karena aku? Ah.. maafkan aku Minhee-ya. Jika saja keadaan tak seperti ini mungkin ak-"

Minhee terkejut. Bagaimana bisa Yohan berpikir kebutuhannya habis karena Yohan. "Tidak, Hyung. Tidak. Memang sudah saatnya untuk belanja bulanan." Dengan cepat ia memotong perkataan Yohan.

"Hei, mengapa kau berkata seperti itu, Hyung. Aku malah senang jika kau menginap."

Yohan hanya tersenyum, kemudian menawarkan diri untuk menemani Minhee berbelanja. Mihee tentu saja tak keberatan, ia merasa senang jika ada seseorang yang menemaninya berbelanja.

'Sebenarnya apa yang terjadi, Hyung? Kau berbeda dari biasanya.'

---


Sejak kemarin setelah pulang dari toko buku, mendadak kekasih Daniel sedikit susah untuk dihubungi. Ada tiga opsi yang mungkin terjadi pada kekasihnya. Yang pertama, pesan Daniel tidak masuk pada ponsel Soobin. Yang kedua, pesan Daniel memang sengaja diabaikan. Dan yang ketiga, opsi pertama hanya alasan untuk opsi kedua. Dan Daniel akan memilih opsi pertama. Karena ia yakin dengan Soobinnya.

Selain itu, Soobin juga seperti selalu melamun. Padahal Daniel sedang mengajaknya berbincang. Daniel benar-benar tak habis pikir.

"Bin-ah, kau baik-baik saja?" Tak ada jawaban yang keluar dari bilah bibir Soobin. Ia masih setia menendangi kerikil di tanah yang bercampur dengan salju yang hampir mencair. "Bin-ah!"

Soobin tampak terkejut ketika Daniel menyentuh pundaknya dengan perlahan. "Y-ya?" Ucapnya dengan gugup. Daniel menghela nafasnya dengan berat.

"Kau baik-baik saja? Apa kau sakit?" Ulang Daniel.

"Tidak, Oppa. Aku baik-baik saja." Soobin kembali pada kesibukannya, dan kembali mengabaikan Daniel. Daniel rasa, ia tak memiliki salah apapun pada Soobin. Jadi, ia juga hanya diam ketika Soobin mendiamkannya.

Setelah beberapa saat mereka berjalan dalam keheningan, keduanya sampai di rumah Soobin. Daniel berdiri menghadap Soobin. Ia memandangi kekasihnya cukup lama. Mencoba mencari kejelasan tentang keadaan Soobin. Namun sepertinya, Soobin benar-benar menyimpannya dengan baik.

"Segeralah masuk! Meski musim dingin hampir berlalu, udara tetap dingin. Ini juga hampir malam. Pastikan dirimu hangat." Daniel memajukan tubuhnya, kemudian menarik kekasihnya ke alam dekapannya. Soobin menggumamkan sebuah kalimat untuk mengiyakan ucapan Daniel.

"Ada hal yang ingin kukatakan. Namun kurasa, kau sudah mengetahui hal ini." Daniel memeluk Soobin dengan erat. Seakan tak ada hari esok untuk mereka bertemu. "Aku mencintaimu. Hanya kau satu-satunya gadis yang berhasil membuatku jatuh cinta."

Soobin terdiam. Ia bisa mendengar nada kesungguhan dalam setiap kata yang diucapkan Daniel. Namun hatinya masih sakit mengingat kejadian kemarin. Sekuat apapun ia mencoba mempercayai Daniel, bohong jika ia tidak merasa sakit. Bukannya ia tidak mempercayai kekasihnya. Hanya saja, kekasih mana yang tidak cemburu ketika melihat pasangan mereka tengah bersama orang lain? Tak ada. Kecuali jika mereka tidak saling menyayangi.


---


Seungwoo baru saja membalik tanda buka di kaca cafenya, menjadi tanda tutup. Hanya tersisa Eunsang, Wooseok, Daniel, dan Seungyoun di sana. Yang lain sudah pulang terlebih dahulu.

"Niel-ah, apa ada masalah? Sepertinya sejak tadi kau tidak fokus. Apa yang terjadi?"

Seungwoo duduk di depan Daniel, diikuti yang lain setelah selesai membereskan cafe. Seungyoun menarik satu kursi di sebelah Daniel, kemudian mendudukkan tubuhnya di sana. "Seungwoo Hyung benar. Apa ada yang mengganggu pikiranmu, Niel-ah?"

"Tidak. Aku hanya memikirkan Soobin. Seharian ini dia mengabaikanku. Aku tidak mengerti apa yang terjadi padanya. Saat kutanya apa dia baik-baik saja, dia bilang dia tak apa." Jelas Daniel. Jika urusan seperti itu, Seungyoun tidak tahu harus berbuat apa untuk membantu. Begitu juga dengan Wooseok. Ia hanya diam setelah mendengar penjelasan Daniel.

"Kau pernah mendengar ini Niel? Terkadang, seorang wanita ingin dipahami dengan memberi pasangannya kode yang sulit dipahami. Seperti misalnya jika Soobin mengatakan baik-baik saja, itu artinya ia sedang tidak baik."

Daniel juga tahu itu. Yang tidak Daniel ketahui adalah, mengapa tiba-tiba Soobin bersikap seperti itu padanya.

"Oh, Hyung. Kurasa aku tahu penyebabnya."

"Eh? Kau tahu?"

"Tapi aku tidak yakin apa benar itu penyebabnya."

The Circle of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang