Sudah tiga kali ia menoleh ke belakang. Tapi tak ada seorang pun yang ia kenal ditengah kerumunan pengunjung.
Haechan menghela napas.
Rusak sudah waktu luangnya.
Dengan langkah tergesa, hampir setengah berlari bahkan, Haechan mengambil jalan memutar dan berhenti di belakang sosok yang sedari tadi mengikutinya.
"Bisa tolong berhenti lakukan itu?"
Sosok itu—Mark menoleh cepat dan hampir mencekik leher kalau saja yang mengagetkannya barusan bukan Haechan.
Haechan sendiri hanya diam, tak bergeming.
Dia tahu kalau pemuda ini memang terlatih dan berbahaya. Tak masalah jika dia tergores sedikit. Justru bisa menjadi alasan kuat untuk memberhentikan Mark dari pekerjaan sampingannya ini.
"Aku takut matamu nantinya menempel di punggungku."
Mark tak membalas. Mata pemuda itu menelisik Haechan dari atas hingga bawah. Memastikan kondisi anak dari Johnny itu baik-baik saja.
Duh.
"Aku sudah berkeliling mall ini sepanjang hidupku." Haechan mendengus. "Tak ada pisau melayang, suara pistol ditembakkan, ataupun ledakan bom."
Tangannya mendorong dada Mark mundur. "Jadi kau bisa pergi dan biarkan aku sendiri."
Mark menatap tajam. Mana bisa ia pergi begitu saja? Taruhannya adalah kepala, asal kalian tahu.
"Tidak ada jaminan hal itu tidak akan terjadi."
Haechan mendecak, benar-benar kesal sekarang.
"Kau tak lihat alat pemindai di depan?" Lalu matanya melirik gagang pistol dari balik jaket yang dikenakan Mark. "Well, aku heran mereka memperbolehkan pengunjung membawa pistol."
Pemuda yang lebih tua mendekat hingga deru napas mereka terdengar jelas. "It's for your own safety—"
"No shit, Sherlock." Haechan memotong, tatapannya menantang.
Sejak awal tahu kalau Mark bekerja dibawah pengawasan ayahnya, Haechan tak pernah suka pada pemuda itu.
Tampan, sih. Haechan tidak menyangkal. Hanya saja tiap kali melihatnya, bawaannya ingin marah-marah terus.
Heran.
"Haechan?"
Suara yang sudah ia hapal diluar kepala itu sukses mengalihkan perhatiannya.
Tak jauh dari tempatnya berdiri, Lami bersama para gadis lain mendekat. Melihat senyum Lami membuat Haechan hampir tersipu malu.
Well, hampir.
Dia lupa kalau ada Mark yang masih berdiam begitu dekat, hingga jaket pemuda itu terasa menempel dengan punggungnya.
Siapa dia?
Wah, tampan sekali.
Gebetan baru?
Mungkin, lihat saja wajahnya.
Yup, totally his type.
Idih, bcd.
♥(ˆ⌣ˆԅ)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sunshine
RomantikWhat should I do then, sunshine? [SHORTFIC COLLECTION] Start 11/01/2020 End 20/06/2020 #7 Markchan