Involved pt.6

6K 789 41
                                    

"Haechan tidak berubah ya," Suara Jung Taeyong adalah yang pertama memasuki telinganya. "Masih sama sejak terakhir bermain bersama Jeno."


Pemuda yang ditatap hanya bisa mengerjap. Apakah itu maksudnya pujian?


Karena bingung menanggapi, Haechan hanya tersenyum seadanya. Lagipula, mulutnya masih sibuk mengunyah nasi dan sup buatan tuan rumah.


Enak. Pantas Jeno selalu menolak jika diajak makan malam diluar.


Well, masakan ibunya juga tak kalah enak, sih.


"Sayang, kenalan dulu sama Kak Mark." Suara ibunya terdengar saaangat halus—membuat Haechan menoleh dan yang terlihat justru senyum mengerikan.


Mungkin ibundanya berpikir, belum juga saling kenal sudah nyerobot makan aja nih si anak.


Ya gimana ya, Haechan paling lemah sama yang namanya makanan enak.


Menyadari Haechan yang masih sibuk mengunyah, Mark menyahut pelan. "Tadi sore kami sudah bertemu secara langsung—um..."


"Bunda. Mark dan Jeno bisa mulai panggil bunda saja, ya." Ten dan Taeyong lalu tertawa bersamaan saat melihat Mark gelagapan.


"S-sure."


Mark melirik Haechan, ingin tahu reaksi pemuda itu. Tapi tampaknya tak ada yang bisa menandingi berbagai masakan diatas meja. Mata Haechan membulat saat mencicipi salah satu kudapan yang dibuat ibunya.


Astaga, gemas sekali!


"Kudengar Mark baru saja menyelesaikan program studinya di Canada. How is it?"


Johnny bertanya santai pada Jaehyun—ayahnya, dan mau tak mau Mark harus ikut mendengarkan karena namanya disebut.


"Perfect—as always."


That's his father. Never not proud of his sons.


"Good." Johnny tersenyum puas. "Apa kau akan mengikuti jejak ayahmu?"


"Yes, sir. I've always interested in this business since I was a child."


Johnny mengangguk, mantap. Istrinya memang tak salah memilih calon mantu.


"Say Mark, what do you think about my son?"


Here we come...


Seluruh pasang mata di ruangan itu kini berfokus pada Mark—kecuali Haechan, tentu saja.


"He's—um, beautiful."


Dari telinga yang memerah, dan sikap kikuk yang tampak jelas, orang tua mereka jelas tak akan mundur dalam rencana ini.


Jeno—being a supportive (brat) brother, menggoda kakaknya. "Just beautiful?"


"No! I mean—he looks so pure, makes me want to protect him. Even tho we just met today, but I think we could be—um, more in the future." Mark yakin tak hanya telinganya yang merah sekarang. Dasar adik kurang ajar!


"More, huh?" Giliran ayahnya yang menatapnya dengan kerling jahil.


Heran, kenapa mereka suka sekali menggodanya?!


"Only, if he wants too."


"Who wants what?"


Haechan, dengan remah roti masih menempel di sudut bibir, menatap semua orang dengan raut penasaran.


Orang-orang ini sedang membicarakan apa (dan siapa) sih?


Oh dear...

My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang