Suara pintu yang terbuka tepat setelah layar menghitam dan bayangan ibunya total menghilang. Tanpa perlu menoleh pun Haechan sudah bisa menebak siapa yang melangkah mendekatinya.
"Did you hear that?"
Tak ada jawaban hingga beberapa detik berlalu.
"Yes."
Diputarnya tubuh hingga kini keduanya berdiri saling berhadapan.
Sungguh, dalam jarak dekat seperti ini mata Mark terlihat lebih jelas dibanding biasanya. Brighter. Tanpa ada satu keraguan pun, seolah dia siap membeberkan apa saja yang Haechan mau dengar.
"You knew..." kalau mereka merencanakan ini sedari awal.
Tentu saja Mark tahu.
Entah informasi macam apa yang ayahnya sampaikan pada Mark hingga mereka berpisah di bandara saat itu. Juga perintah untuk bersedia saja menerima berbagai pukulan musuh hanya demi memastikan keadaannya baik-baik saja.
Haechan menghela napas.
Sedari awal hidupnya memang tak pernah normal.
"Kau hutang banyak penjelasan padaku." Well, tak ada salahnya membiarkan Mark lepas kali ini. Lelaki itu pasti juga merasa letih dibalik wajahnya yang luar biasa datar.
"Thank you," for saving me.
Setidaknya aku harus berterima kasih 'kan?
Melihat kondisi Mark yang mengenaskan—seperti seekor anak anjing dengan kemeja yang dipasang asal, rambut tak beraturan, tapi anehnya terlihat makin tampan!— Haechan memutuskan untuk mengajaknya jalan-jalan sebentar. "Apa kau lapar?"
"Aku baru selesai makan."
Tentu saja dia menjawab begitu!
Heran, biarpun ada tanah longsor, puting beliung atau bahkan meteor menabrak bumi pun sepertinya Mark akan selalu seperti itu. Menutupi apa yang ia anggap sebagai kelemahan.
"Tapi aku masih lapar," Haechan tak peduli. Ditariknya lengan Mark agar mengikutinya. "Let's go buying some snacks!"
Dan siapalah Mark hingga sanggup menolak?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sunshine
RomanceWhat should I do then, sunshine? [SHORTFIC COLLECTION] Start 11/01/2020 End 20/06/2020 #7 Markchan