Chaperone pt.9

3.3K 436 5
                                    

"So, who is he?"


Haechan sedang duduk di pinggiran kasur, dengan mata menatap tajam ke arah ibunya. Well, not exactly his real mom. Karena dihadapannya sekarang hanyalah gambaran ibunya yang dihasilkan oleh projector di pojok kamar.


Mengingat fakta bahwa kini mereka berada pada benua yang berbeda. Tapi Haechan tak peduli. Toh, ibunya pasti sedang santai di rumah. Kalaupun ada kerjaan, pasti tak jauh-jauh dari berlian, tas, atau sepatu dengan nilai tidak wajar.


Kadang Haechan bertanya-tanya, untuk apa ibunya selalu membeli barang semacam itu. Paling hanya dipakai sekali lalu menumpuk di ruang ganti.


"Hm?"


Ten menggumam kecil sembari mengeluarkan pakaian untuk dijajar di atas tempat tidur. Tubuh mungilnya tak henti berjalan mondar-mandir ke lemari, total mengabaikan sang anak yang kini menatapnya kesal.


"That old man, mom!"


Seruan Haechan sontak membuat Ten menghentikan kegiatannya. Dengan satu helaan napas, mulailah ia bercerita kepada sang anak.


Tentang masa mudanya selama bersekolah di Chicago.


Tentang pertemuannya dengan Johnny.


Tentang bagaimana hubungan mereka berjalan luar biasa menggairahk—Mom! I don't want to know that!—ops, we're gonna skip that part.


Hingga lelaki itu muncul dan berusaha menarik Ten keluar dari pelukan Johnny.


Namanya Benjamin. Kapten tim jurnalistik di universitas mereka, dan terkenal sangat ambisius. Ten akui lelaki itu memang tampan. Dan saat mencoba mendekatinya dulu, Ten hampir terbuai oleh perilakunya yang sangat manis. Hanya saja saat itu dia sudah bersama Johnny dan tidak berniat untuk lepas dari sisinya.


Baik-baik Ten menolak, berharap mereka masih bisa menjadi teman. Tapi tanggapan lelaki itu sungguh di luar dugaan. Di hadapan Ten dan seluruh teman sekelasnya, Benjamin tertawa seperti orang gila dan berkata, 'Tidak ada tempat bagimu selain di sisiku. Bagaimanapun caranya, aku pasti akan mendapatkanmu.'


Haechan melotot, ngeri. Dasar orang gila! Kalau begitu ceritanya wajar saja ada tattoo bertuliskan nama ibunya di leher lelaki tua itu.


Well, ibunya memang cantik sih. Menarik, punya kepribadian yang memikat, belum lagi latar belakang keluarga yang tidak bisa dibilang remeh.


Lihat saja hobinya dengan segala pernak-pernik itu!


Haechan mendengus. Untung saja ayahnya sangat kaya. Kalau tidak, bagaimana bisa memenuhi keinginan ibunya yang kadang membuatnya berdecak heran.


Lamunannya buyar saat ibunya berucap pelan. "Kalian seharusnya tidak pernah bertemu."


Kemudian hening tercipta diantara keduanya.

My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang