"Sudah bangun, princess?"
Haechan berusaha membuka mata, tapi yang dilihatnya hanya gelap. Padahal dia yakin kalau dia sudah sadar.
Penutup mata, huh?
Maka tak ada cara selain berfokus pada suara asing yang menggema di telinganya. Satu yang dia sadari seketika adalah bahwa dia sedang dalam keadaan tangan dan kaki terikat di sebuah kursi.
"Ah, kau pasti bertanya-tanya mengapa kami menyekapmu disini."
Suara menyebalkan itu datang lagi.
Haechan berusaha menggerakkan tangan dan kakinya agar terlepas dari tali yang mengikatnya. Tapi nihil. Yang ada malah gurat merah mulai tercipta akibat gesekan yang terlalu keras.
Tiba-tiba, sepasang tangannya dipegang erat dari arah belakang. Menahannya agar tak banyak bergerak. "Easy, there."
Suaranya berbeda. Oke, sejauh ini ada dua orang.
Lalu tanpa diduga, penutup matanya dilepaskan begitu saja. Membuat Haechan harus berkedip beberapa kali, dan langsung terkejut dengan apa yang ada dihadapannya kini.
Mark, sedang berlutut tak jauh didepannya, dengan kedua tangan yang juga terikat.
Kepala pemuda itu sedikit menunduk, tapi Haechan yakin jika pemuda itu memang Mark. Well, dari warna rambut, pakaian, hingga sepatu yang dikenakannya sama persis dengan yang terakhir ia kenakan saat mereka masih di pesawat.
"Apa kau mengenalnya?"
Itu suara dari orang yang pertama kali membangunkannya. Dilihat dari jarak dekat, orang itu mungkin seumuran ayahnya.
Dan dia tadi bertanya apa Haechan mengenal Mark. Like hell I'll tell you, bitch!
"No."
Tanpa diduga, lelaki itu tertawa. Seolah Haechan baru saja mengatakan hal paling lucu sedunia.
"You must like him a lot." Pandangan pak tua itu—let's just call him that, yeah—menajam. "Takut aku akan menyakitinya?"
Haechan terdiam. Bagaimana bisa pak tua ini tahu kalau Mark berhubungan dengannya? Saat keributan terjadi pun Mark tidak berada disisinya.
Then how? Who is this man?
Melihat raut kebingungan bocah didepannya, pak tua itu melangkah makin dekat hingga tangannya menyapu pelan pipi Haechan. "Anyway, kau tak tahu betapa inginnya aku merobek kulit cantik ini hingga yang tersisa hanya tulang-belulangmu."
Mau tak mau Haechan sedikit merinding. Sudah jelas pak tua ini tak main-main dengan ucapannya.
Dalam posisi setengah membungkuk, lelaki itu sukses menutupi separuh pandangan Haechan. Ada bau darah pekat yang menguar dari tubuhnya. Entah pengaruh insting atau rasa penasaran yang begitu kental, kepala Haechan mendekat ke arah leher penculik itu. Dan seketika ia menyesali tindakannya barusan.
Sebab Haechan melihat dengan mata kepalanya sendiri, ada satu nama tercetak jelas diatas kulit leher pak tua itu. Sebuah tinta hitam yang sedikit tersembunyi dibalik kerah bajunya.
Disana tertulis TEN.
What?
Kepalanya penuh dengan berbagai asumsi. Dari yang masuk akal sampai yang paling gila. Sungguhan, kepalanya pusing memikirkan kenapa bisa nama ibunya berada disana.
No, that can't be true. Maybe that means another thing, right?
"But I can't." Astaga, orang tua ini masih bicara rupanya. "Since I've already made a deal with your prince charming over there."
Haechan memicing. Seketika tak ingin tahu apa yang dia maksud. Tapi mulutnya bergerak tanpa bisa dikendalikan. "What deal?"
Bajingan itu—he deserve that name!—menyeringai, seolah menunggu Haechan bertanya seperti itu. Kakinya lantas mendekati Mark dan tanpa aba-aba mendaratkan pukulan keras di kepala. "That I can do this," Rahang. "this," Perut. "and this—"
"Stop!" Haechan berteriak. Matanya melotot tak terima, memandangi Mark yang sama sekali tak membalas.
Kenapa kau hanya diam, bangsat!
Haechan marah. Ia merasa tak bisa berbuat apa-apa, bahkan mengenyahkan tali yang mengikat kedua tangannya saja ia tak sanggup.
Sedang Mark jatuh tersungkur didepannya. Baru saat kepalanya didongakkan, Haechan melihat jelas apa yang telah mereka lakukan sebelumnya.
Ada lebam di mata kiri, lelehan darah kering di kedua sisi bibir, hingga wajahnya bukan seperti Mark yang Haechan kenal.
"Ssshhh, don't cry, kid."
Apa katanya? Memang siapa yang menangis?
Oh...
Haechan baru sadar kalau ada yang hangat mengalir di pipinya. Kenapa dia menangis coba?
Bajingan didepannya menyeringai makin lebar. Sungguh, Haechan benci wajah itu.
"Now, shall we make a deal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sunshine
RomanceWhat should I do then, sunshine? [SHORTFIC COLLECTION] Start 11/01/2020 End 20/06/2020 #7 Markchan