Trait pt.3

2.6K 378 10
                                    

Jika ada yang bertanya bagaimana perasaan Haechan sekarang, maka jawabannya adalah buruk.


Sangat buruk.


Like, real bad.


Kenapa katamu?


Karena setelah hampir tiga hari penuh tidak bisa melihat Mark—salahkan tugas dan jadwal mereka yang selalu bertolak belakang— hingga akhirnya hari ini dia punya waktu luang untuk mengunjungi ruang OSIS seperti biasanya, berharap bisa menyaksikan wajah tampan itu meski cuma sekilas, dan mendapati kenyataan yang membuat Haechan hampir berucap kasar.


Pintu ruangan didepannya telah terkunci rapat.


Tidak ada suara gemerisik Jaemin yang selalu terdengar hingga lorong tempatnya berdiri.


Yang berarti kesempatannya menjumpai Mark menjadi nol persen.


Come on, man!


Why does the universe always try to be annoying?!


Dengan decak kesal, bocah itu menggerakkan gagang pintu naik-turun, berulang kali. Tak peduli kalaupun nantinya pintu itu malah jadi rusak.


Sialan!


"Um, permisi?"


Satu suara lembut datang dari belakang, membuat Haechan sontak menoleh.


Tapi karena sedang luar biasa kesal, jawaban yang keluar dari mulutnya jadi tak terkendali.


"Apa?!"


Gadis berambut panjang itu kaget, segera memberi jarak, takut kalau-kalau Haechan akan kembali membentaknya.


"Eh, aku cuma mau bilang kalau pintunya masih rusak."


Dibalas dengan suara mencicit begitu, mau tak mau Haechan jadi sadar diri.


"Sorry, bukan maksudku buat ngebentak."


Gadis tadi balik menatap Haechan dari balik bulu matanya. Mengamati dari kepala sampai kaki. Entah apa yang dipikirkannya. Tahu-tahu dia berucap, "I think I've seen you around before."


Haechan mengerjap.


Memang sih, dia bukan termasuk jajaran anak populer seperti Jeno—well, setidaknya itu yang dia pikir. Tapi Haechan cukup yakin kalau banyak yang mengenalnya. At least, sekedar tahu lah.


Walaupun mereka tahunya karena aku sering membuntuti Mark.


My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang