"Namanya Mark, setahun lebih tua dari adek."
Haechan yang sibuk mengunyah cookies buatan ibunya hanya melirik sekilas. Well, kalau boleh jujur pemuda di foto itu terlihat sangat menarik.
Orang tampan memang cenderung tak suka senyum ya kalau difoto...
"Hm."
Munch.
Munch. Munch.
Sang ibunda gemas sendiri. Ditariknya pipi Haechan hingga anaknya menjerit tak terima.
"Ih, bunda! Kenapa tarik-tarik pipi Haechan?!"
"Habis bunda lagi ajak ngobrol tapi adek malah sibuk makan."
"Iya iya, Haechan dengerin." Pemuda berumur 17 tahun itu mengerucutkan bibir. "Memang dia siapa? Anak temennya bunda?"
Ten—ibunya mengangguk antusias. "Anaknya sahabat bunda dulu waktu kuliah. Cakep, ya?"
Kini foto itu beralih ke tangan Haechan. Dipandanginya sosok pemuda yang tiba-tiba dibicarakan oleh bundanya itu.
Iya sih, cakep. Tapi—
"Cakepan juga aku."
Duh, sepertinya sifat menyebalkan Johnny menurun pada sang anak.
Tak mau menyerah, Ten kembali duduk semakin mendekati anaknya. "Adek masih ingat Jeno tidak? Yang dulu sering main kesini sama Jaemin itu, lho!"
"Masih ingat kok, bun. Memang kenapa?"
"Mark ini kakaknya Jeno."
Haechan mau tak mau menoleh pada Ten. "Memangnya Jeno punya kakak? Kok Haechan baru tahu?"
Ten hanya tersenyum. "Baru datang dari Vancouver."
"Ah, pantas adek belum pernah tau." Haechan mengangguk paham.
Melihat anaknya yang sudah lebih bisa diajak bicara—tidak lagi mengunyah kue, Ten segera mengungkapkan tujuan awalnya. "Nah, berhubung adek belum pernah bertemu sama Mark, then you need to come with us."
Haechan mengerjap bingung. "Come? Where?"
Baru kali ini Haechan merasa waspada kala melihat senyum ibunya. Terlalu manis—and that's creepy af.
"Makam malam dengan keluarga Jung."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sunshine
RomanceWhat should I do then, sunshine? [SHORTFIC COLLECTION] Start 11/01/2020 End 20/06/2020 #7 Markchan