"Kakak sudah makan belum?"
...
"Kelihatannya belum, ya?"
...
"Sebenarnya aku lapar, tapi ini buat kakak aja, deh!"
...
"Tenang, begini-begini aku tahan kok kalau cuma skip makan siang."
...
"Lagipula sepertinya kakak lebih butuh makan dibanding aku."
...
"Bahkan sekali lihat saja aku tau kalau kakak kekurangan gizi."
...
"Lengan kakak bahkan tidak ada ototnya sama sekali."
...
"Beda sekali dengan milik Jen—"
"Bisa diam tidak?"
Dan Haechan pun terdiam.
Bukan takut, ya. Hanya kaget saja.
Karena ini pertama kalinya Mark menyela ucapannya.
Biasanya mana pernah.
Mau Haechan bicara sampai mulutnya berbusa pun, paling hanya dibalas anggukan. Itu pun tanpa sedikit pun melirik ke arahnya.
Jadi bisa Haechan simpulkan kalau Mark sedang stress berat.
Karena tumpukan dokumen dimejanya?
Mungkin.
Salah sendiri mau jadi Ketua OSIS. Haechan menyindir dalam hati.
Tapi kalau boleh dibilang, dirinya lah yang paling bodoh disini.
Karena ingin mendapat perhatian Mark, dia bahkan mendaftar sebagai Wakil Ketua OSIS—yang sayangnya tidak berhasil.
Mana bisa bocah tengil dengan nilai selalu merah sepertinya bisa lolos, right?
Tapi Haechan pantang menyerah.
Selepas latihan paduan suara, dia selalu menyempatkan diri untuk datang ke ruang OSIS.
"Mau mengisi ulang baterai."
Begitu katanya setiap kali Renjun memicingkan mata saat melihatnya melongokkan kepala di pintu masuk OSIS.
Cuma bisa melihat dari pintu saja senangnya bukan main. Heran.
Kadang kalau dia punya waktu luang lebih, sering juga menghampiri Mark dengan beragam alasan receh.
Seperti sekarang.
"Oke, aku akan diam."
Dan tentu saja, belum ada sedetik pemuda itu sudah buka suara lagi.
Membuat Mark ingin melemparnya ke luar angkasa, kalau bisa.
"Kakak tak mau makan kue ini? Enak loh, aku sendiri yang—"
"Aku tak tertarik."
"Padahal belum dicob—"
"Pada kue itu, atau padamu."
Dan perkataan Mark itu sukses membungkam pemuda yang lebih muda.
Diikuti seluruh pasang mata di ruangan itu, tak ada yang buka suara. Bahkan Jaemin, yang berisiknya luar biasa.
Mereka secara terang-terangan menatap dua pemuda dengan kepribadian bertolak belakang itu. Well, lebih tepatnya ke arah Haechan saja, sih.
Ditolak didepan umum begitu.
Malunya itu, lho.
Tentu saja Mark sadar apa yang Haechan inginkan. Sejak awal kedatangannya di sekolah ini, tak sedetik pun terlewat dari gangguan yang disebabkan oleh Haechan.
Ya, buat Mark, Haechan tak lebih dari sekedar gangguan.
Dia berharap penolakannya akan memukul balik anak itu.
Tapi sungguh, reaksi Haechan sama sekali diluar perkiraannya.
Bocah itu justru menyeringai lebar dengan telunjuk tepat mengarah ke muka Mark.
"Kalau begitu akan kubuat kakak tertarik padaku. Lihat saja!"
Giliran adek yang ngejar kakak (~˘▾˘)~
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sunshine
RomanceWhat should I do then, sunshine? [SHORTFIC COLLECTION] Start 11/01/2020 End 20/06/2020 #7 Markchan