🌷DIC -Cemburu

5.8K 496 3
                                    

Bismillah ...
Vote dulu ya sebelum lanjut 😊
________________________________

Teruntuk kamu terima kasih telah hadir menciptakan semburat rona. Memahat sebuah rasa, mencipta orbit yang selalu mengantar sebuah fitrah cinta

•Dalam Isak Cinta•

"Senin, Ma."

Perhatian Faila beralih begitu mendengar langkah kaki disusul suara. Lutfan bersama mama Fania terlihat tengah menuruni tangga. Ia tersenyum yang dibalas senyum oleh sang suami namun wajah flat oleh Fania.

"Sayang, kita makan malam di sini ya."

Faila melirik Fania yang hanya meliriknya sekilas sebelum berlalu ke dapur begitu saja. Menatap Lutfan, Faila mengangguk. "Boleh,
Mas."

"Kamu ke kamar dulu gih. Istirahat."

"Mas Lutfan mau ke mana?" tanyanya khawatir.

"Mas di sini aja sayang. Takut ditinggal ya?" Lutfan mengedipkan sebelah matanya.

"Enggak," balasnya cepat. Walau begitu pipi gadis itu sudah merona karena panggilan sayang yang mulai sering dipakai Lutfan untuknya.

"Yuk!"

"Mas Lutfan ikut ke kamar?"

"Mau ditemani?"

Spontan Faila mengangguk. Membuat Lutfan terkekeh.

"Ya udah yuk! Kayaknya pengen banget yang berduan sama suaminya."

"Mas Lutfan mulai lagi," Lutfan tertawa.

Dengan lembut ditariknya tangan sang istri dan membawanya ke atas. Namun, Faila menahan. "Kenapa?"

"Itu Ma-"

"Mau digendong?"

Mata Faila membulat sempurna. "Ih enggak. Faila mau bilang Mbok Suti buatin minum. Minum dulu."

Lagi Lutfan terkekeh. "Bawa aja ke atas."

Faila mengangguk. Baru dia akan membawa nampan itu, Lutfan mengambil alih. "Mas aja."

"Padahal gak berat," protesnya mengikuti Lutfan yang berjalan dahuluan.

Begitu pintu kamar Lutfan terbuka, Faila berdecak kagum melihat kerapian kamar seroang laki-laki. Selain rapi kamar itu begitu bersih dan harum membuat Faila memuji sang suami di dalam hatinya

"Mau tidur?"

Lutfan yang mendudukkan dirinya di tepi kasur membuat Faila beralih.

"Habis ashar kan gak boleh."

Lutfan tersenyum. "Duduk sini," ujarnya menepuk tempat di sampingnya.

"A- mau ngapain Mas?" tanyanya gagap.

"Emang kamu mikir apa?" tanya Lutfan menahan tawa.

Faila menatap jendela kamar yang terbuka. Cahaya jingga menyelinap masuk dari sana. Cantik. "Gak ada," balasnya berjalan menuju balkon.

"Loh, mau ke mana?"

Faila tidak menjawab. Senyumnya terbit menatap senja yang berlangsur datang. Awan halus bersama warna langit yang Oren membuat matanya tak berkedip. Selalu cantik.

Faila menatap satu titik, pada matahari yang ingin berpulang ke perpaduannya. Matahari seakan balik menatapnya, melambai dengan senyuman teduh. Seteduh senja yang menunggu kepergiannya. Faila tersenyum lembut.

"Senja lebih menarik daripada Mas?"
Lutfan ikut berdiri di sebelah istrinya. Bukan menatap senja tapi menatap pandangan yang menatap si senja.

"Kamu senyum manis ke senja aja? Di sini ada yang lebih enak dipandang juga. Berpahala lagi."

Dalam Isak Cinta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang