🌷DIC -Perubahan Sikap

4.2K 380 20
                                    

Happy Reading dan vote dulu ya sebelum lanjut
________________________________

Begitulah Allah SWT membolak-balik hati. Bisa jadi beberapa menit lalu kita bersedih, tapi siapa sangka ada kebahagiaan pada menit setelahnya.

Dalam Isak cinta•

Sinar mentari pagi menerobos masuk melalui celah jendela. Usai mengaji, Faila segera merapaikan kamar, menyiapkan pakaian sang suami lalu beranjak membuat sarapan ke bawah. Dua puluh menit berkutat dan menyiapkan sarapan di meja, kakinya kembali melangkah menuju kamar. Membawa tas bajunya ke bawah. 

“Udah selesai, Mas?” Ia melangkah mendekat begitu melihat Lutfan tengah memakai dasinya di depan cermin, dengan teletan dibantunya memasangkan. Dan selama memasang itu suaminya hanya menatapnya. Selalu membuatnya salah tingkah.

“Nah sudah rapi.” Faila mendongak, tersenyum.

“Syukron sayangku.”

“Afwan, Mas.” Tangannya kini bergerak untuk merapikan rambut sang suami. Dengan kemeja putih yang membaluti tubuh Lutfan, laki-lakinya itu begitu tampan. Ditambah tatanan rambut yang begitu rapi.

“Masya Allah gantengnya suami Faila.”

Lutfan terkekeh.

Faila kemudian menatap pantulan dirinya di cermin dengan gamis dan khimar army yang membaluti tubuhnya. Sudah rapi. Kakinya lalu melangkah mengambil tasnya kemudian tas Lutfan.

“Sarapan udah siap. Yuk Mas!”

Lutfan mengangguk, mengambil alih apa yang dibawa sang istri. “Ini tugas suami sayang. Biar Mas bawa,” ucapnya seraya mengunci pintu begitu selesai. Keduanya berjalan beriringan menuju meja makan.
Sebelum Faila duduk, Lutfan meletakkan dulu tas mereka dan menarik kursi buat gadisnya. Hal romantis yang selalu ada dalam rumah tangga mereka.

Faila mengulum senyum, sebelum duduk mencium pipi suaminya. “Makasih Zauja sayang.”

Lutfan terdiam sejenak, masih dengan posisi berdirinya menatap gadisnya yang kini terlihat bahagia, lengkap dengan senyum manis di bibirnya. Ada yang beda dengan tingkah gadisnya. Biasanya tidak seagresif ini,

“Mas ayo duduk.”

Lutfan tersentak, mengangguk lalu menerima sarapan yang sudah disiapkan spesial untuknya. Tapi melihat gadisnya tidak mengambil piring membuat Lutfan heran. “Kamu gak makan?”

“Mas suapin Faila ya?” pintanya dengan mata berbinar.

Lutfan mengulas senyum, mengangguk. Mereka makan bergantian, Lutfan menyuapi Faila dulu, baru dia. Selama sarapan itu juga gadsinya hanya menatapnya.

“Kamu kok aneh?” Lutfan memiringkan kepalanya seraya menyesap kopinya.

“Aneh?” Faila mengerinyit, “Emang Faila kenapa, Mas?”

Lutfan mengeleng, tangannya kini bertenger di hidung istrinya. “Tingkahmu bikin gemas, sayang,” tukasnya dengan senyum menawan.

“Kayaknya bahagia banget. Ada sesuatu?”

“Sesuatu?” Lagi Faila bertanya balik, dia ikut mengambil teh panasnya. Kemudian mengeleng. “gak ada.”

Begitu selesai, Faila segera membereskan meja makan, sementara Lutfan membawa tas gadisnya yang berisi baju ke dalam bagasi mobil. Matanya menoleh ke arah pintu begitu Faila keluar dan mengunci pintu.

“Pak, saya malam ini tidur di Rumah Sakit,” pesannya.

“Baik, Den.” Pak Anton mengangguk dan beranjak untuk memuka gerbang.

Dalam Isak Cinta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang